"Niel, ayo ke kantin!"
Si pemuda menghembuskan nafas kasar sebelum menjawab, "Aku masih harus mencari bahan untuk tugas dari Prof. Baek, Jisung Hyung"
"Masih banyak waktu tersisa, minggu depan baru dikumpulkan. Ayolah, Niel"
"Tidak, aku tidak mau berakhir jadi mahasiswa abadi sepertimu" ucapnya sebelum berjalan meninggalkan kelas dengan terburu-buru.
Lebih baik cepat kabur sebelum - "Yakkk! Awas kau Kang Daniel!"
Benar kan, teriakannya bahkan masih terdengar keras padahal saat itu dirinya sudah hampir sampai diujung tangga. Hanya tiga lantai, jadi pemuda itu memutuskan memakai tangga saja dari pada harus antre menunggu lift.
Tujuannya kali ini adalah perpustakaan. Daniel tidak peduli jika teman-temannya mengejeknya saat dia lebih mementingkan tugasnya daripada berkumpul dengan mereka di kantin ataupun di cafe depan kampus. Dia harus menjaga nilainya agar tidak mengecewakan paman dan bibinya yang sudah membiayai kuliahnya.
Akan ada waktunya untuk bersenang-senang nanti, saat dia sudah lulus dan mendapat pekerjaan yang baik. Sekarang adalah waktunya bekerja keras, agar dia bisa memperbaiki kehidupannya dan juga ibunya.
"Ah, maaf Sunbae! Aku tidak sengaja, maafkan aku"
"Astaga... Kepalaku bisa gagar otak kalau begini" terdengar suara seseorang yang tidak asing dari rak sebelah.
"Sungguh, aku tidak sengaja. Ma -"
"Berhenti meminta maaf!" pemuda itu kini terlihat benar-benar marah.
"Seongwoo, jangan ribut, ini perpustakaan" Daniel menghampiri mereka karena pemuda yang kesal itu ternyata sahabatnya.
"Mudah saja kau bilang begitu, Niel" si pemuda kini mendelik pada Daniel, "gadis ini menjatuhkan kamus tebal itu di kepalaku" kini dia menunjuk kamus tebal di dekat kakinya.
"Aku ti -" gadis itu menghentikan ucapannya karena menyadari tatapan Daniel.
"Dia bilang tidak sengaja. Lagipula dia sudah minta maaf, dia pasti kesulitan mengambilnya karena raknya tinggi, jadi tidak sengaja menjatuhkannya" sudut bibir Daniel sedikit terangkat saat menyadari gadis itu memahami isyaratnya.
"Baiklah, beruntung kau cantik. Lain kali minta bantuan jika tanganmu tidak sampai. Kamus besar itu bisa saja membuat orang pingsan"
Daniel mengambil kamus itu dan memberikannya pada si gadis berambut panjang, yang dibalas gadis itu dengan senyuman lebar, hingga gigi taring atasnya yang tidak rata mengintip.
Sungguh, itu senyum tercantik yang pernah Daniel lihat.
Waktu pertama kali
Kulihat dirimu hadir
Rasa hati ini inginkan dirimu
"Niel!"Nyawa Daniel akhirnya kembali ke tubuhnya setelah Seongwoo menepuk bahunya.
"Ah, ya -"
"Astaga, Niel.. Tutup mulutmu, kau terlihat seperti orang idiot" pemuda satunya tersenyum geli melihat ekspresi temannya.
"Aku tau dia cantik, tapi jangan bersikap konyol seperti itu" lanjutnya.
Si pemuda berbahu lebar itu kini menggaruk lehernya yang tidak gatal, menyadari sikap konyolnya yang sejak tadi menatap gadis itu sampai tidak terlihat lagi dibalik rak-rak tinggi.
"Harusnya aku minta nomornya tadi, dia sudah menjatuhkan kamus raksasa itu ke kepalaku. Setidaknya aku dapat kompensasi"
Jari telunjuk Daniel mendorong dahi sahabatnya, "Kau hanya memanfaatkan kesempatan. Dia sepertinya anak baru, jangan mengganggunya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Park Woojin - One Shoot
FanfictionHanya berisi koleksi cerita One Shoot GS Woojin as Girl - always Disini pairingnya campur-campur cem gado-gado, ena kan 😁 Selamat menikmati 🤗