Terlalu Cinta

201 18 32
                                    

"Kau yakin tidak ikut?"

"Park Jihoon, tidak peduli berapa puluh kali kau bertanya, jawabanku akan tetap sama"

"Ayolah.. Jangan bersikap kekanakan, Jinnie. Kau anggota resmi sejak kelas satu. Hanya karena kau punya masalah pribadi dengan ketuanya, bukan berarti kau keluar dari klub. Lagipula banyak anak-anak diluar klub yang ikut"

"Kau lupa alasanku ikut klub itu?"

Ucapan si gadis kontan membuat sahabatnya kehilangan kata-kata. Pemuda itu akhirnya memutuskan untuk memperbaiki posisi duduknya, kembali menghadap kedepan dengan bibir dimajukan.


"Wae?"

Sesosok pemuda dengan tubuh yang lebih besar baru saja mendudukan diri dibangkunya yang berada tepat disamping si gadis, mendapati kedua murid yang dikenal sebagai sahabat lekat itu saling mendiamkan dengan gestur menggemaskan yang nyaris identik.

"Jihoon memaksaku ikut acara klub fotografi"

"Aku tidak pernah memaksamu!"

"Kau terus memintaku ikut. Apa namanya kalau bukan memaksa?"

"Aku hanya ingin sahabatku ikut agar aku tidak kesepian disana. Apa itu salah?"

"Kalau begitu tidak usah ikut! Kau bahkan bukan anggota klub itu"

"Park Woojin!" - "Park Jihoon!"

"EKHEM!"

Suara yang lebih berat tiba-tiba menyela perdebatan mereka.

Kedua murid berbeda gender itu mengangkat wajahnya untuk melihat sosok yang berdiri di depan kelas, lalu tersenyum canggung mendapati wali kelas mereka tengah menatap tajam keduanya.

"Tolong simpan tenaga kalian untuk materi debat yang akan kita bahas nanti. Bisakah kalian berdua tenang sementara aku mengajari teman-teman yang lain? Atau kalian lebih senang melanjutkannya diluar?"

"Maaf, Mr. Kim"




Bahkan saat bel istirahat berbunyi, keduanya masih saling mendiamkan.

Pemuda yang sejak tadi menyaksikan itu akhirnya tidak tahan untuk berkomentar, "Sampai kapan kalian akan seperti ini?"

"Diamlah, Kang" ucap si gadis sembari menatap tajam pemuda disampingnya.

Bukannya takut, pemuda itu justru tersenyum menahan gemas. Tangannya terangkat untuk mencubit pipi si gadis, "Kau seperti kucingku jika sedang marah".

"Jangan samakan aku dengan pacar berbulumu!"

"Wae? Kau cemburu? Tenang saja, bagiku kau jauh lebih menggemaskan dari Ori"

"Get a room, plea - Oughh!" pemuda bermata almond itu mengaduh saat tangan si gadis memukul kepalanya.

"Ayo ke kantin, aku lapar" gadis itu berjalan keluar kelas tanpa menengok kebelakang.

"Aishhh.. Kalau tidak ingat dia sahabatku, sudah kutendang sampai Hawai!"

"Dia pasti akan senang jika kau benar-benar bisa menendangnya sampai kesana" sambung si pemuda berbahu lebar sebelum menyusul keluar.

"Kenapa mereka selalu meninggalkanku? Hey! Park Woojin! Kang Daniel! Tunggu!"




















"Kenapa berhenti disini?" Woojin mengerutkan dahinya saat motor Jihoon berhenti di pertigaan dekat rumahnya.

"Aku masih kesal padamu, jadi kau jalan kaki saja dari sini"

Park Woojin - One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang