Prang..!
Botol wine yang masih setengah penuh terjatuh menghantam lantai, meninggalkan noda merah di lantai dapur yang mulanya sewarna pasir. Gadis itu melangkah tanpa peduli telapak kakinya terkena serpihan kaca, membuat beberapa jejak kaki sewarna darah tercetak di lantai sepanjang langkahnya menuju ruang tengah.
Sudut bibirnya terangkat saat melihat seseorang yang duduk diam disana, sebelum meneguk red wine dari gelas yang sejak tadi ada dalam genggaman tangan kanannya. Satu kakinya disilangkan setelah mendaratkan dirinya di sofa, seolah tidak merasakan beberapa pecahan kaca yang merobek telapak kakinya.
"Jadi, apa yang akan kau lakukan sekarang, Kang Daniel?"
Yang ditanya hanya diam, lalu melangkah menjauh sebelum kembali membawa kotak P3K bersamanya. Pria itu kemudian duduk bersila di depan gadis yang masih dengan santai menyilangkan satu kakinya.
"Kenapa kau ceroboh sekali, kita ke dokter besok" tanya si pria seraya membersihkan noda merah yang bercampur darah.
"Jangan mengalihkan pembicaraan"
"Kita obati dulu lukamu, lalu bahas itu nanti"
Setelah menit-menit yang terasa begitu panjang karena tidak satupun dari mereka bicara, pria bermarga Kang bangkit dari duduknya setelah membebat luka kekasihnya. Dia membuang nafas lelah sembari melepas dasinya yang terasa mencekik, lalu menggulung lengan kemeja putihnya sebelum mulai membersihkan kekacauan disana.
Si gadis hanya diam mengamati, enggan bergerak sedikitpun dari tempatnya. Matanya sesekali melihat kearah Daniel sembari meneguk sisa minumannya, dengan senyum dingin menghiasi wajah pucatnya.
Dia masih mengingat jelas saat siang tadi datang ke kantor pria itu, berniat memberi kejutan dengan membawakan bekal makan siang untuk tunangannya. Tapi yang didapati justru Daniel sedang tertawa bahagia bersama gadis lain disana.
Tidak, dia bukan tipe gadis pencemburu. Dia bahkan tidak pernah protes meskipun Daniel pergi ke luar kota hanya ditemani sekretarisnya, tapi lain urusannya jika wanita itu yang datang.
Wanita yang pernah mendatanginya tahun lalu, muncul dengan dalih membebaskan Daniel dari perjodohan yang katanya merusak hubungan mereka.
널 어쩌면 좋을까
neol eojjeomyeon joheulkka
이런 맘은 또 첨이라
ireon mameun tto cheomira
Up & Down이 좀 심해 조절이 자꾸 잘 안돼
Up & down i jom simhae jojeori jakku jal andwae
하나 확실한 건
hana hwaksilhan geon
I don't play the game
Pria berbahu lebar itu merebahkan tubuh besarnya ke sofa, tepat disebelah gadis yang sejak tadi tidak beranjang dari sana. Matanya melirik seseorang yang terlihat memejamkan matanya, tapi Daniel tau gadis itu tidak sedang tidur. Tangannya terulur menggapai salah satu lengan si gadis yang terentang disampingnya untuk digenggam."Aku tidak bermaksud membohongimu. Sungguh -"
"Kenapa kau selalu seperti ini?" gadis itu membuka matanya, tapi tatapannya kosong kearah langit-langit ruangan, "Seolah aku yang jahat disini.."
"Jinnie" kali ini pria itu menangkup wajah gadis itu dengan kedua tangannya, hingga kedua mata gadis itu mau menatapnya, "Dia yang memegang project itu. Aku tidak mengatakannya karena tau reaksimu akan seperti ini. Dia tadi datang untuk memberikan rancangan baru. Percaya padaku, Park Woojin"

KAMU SEDANG MEMBACA
Park Woojin - One Shoot
FanfictionHanya berisi koleksi cerita One Shoot GS Woojin as Girl - always Disini pairingnya campur-campur cem gado-gado, ena kan 😁 Selamat menikmati 🤗