CHUKKAE!!!
"Lihatlah, siapa yang akhirnya menikah lebih dulu disini?!"
Pria berambut hitam itu terdengar seperti sedang berorasi, tangannya diangkat tinggi-tinggi.
"Ong Seongwo!"
Pemuda manis berpipi chuby yang duduk didepannya berseru menyemangati.
"Oppa, berhenti minum sebelum kau benar-benar tumbang!" gadis mungil disamping pria bermarga Ong meraih kaleng bir yang masih berada ditangan kekasihnya.
"Aku sedang bahagia, sayang. Biarkan aku mengumumkannya keseluruh dunia"
"Seluruh dunia sudah tau, jadi berhenti minum dan duduklah dengan tenang"
"Kau lebih tenang menghadapinya sekarang, Daehwi" ucap gadis manis yang duduk didepan si gadis mungil, gigi taringnya yang tidak rata menyembul malu-malu saat sudut bibirnya sedikit terangkat.
"Kukira kesabaranku akan habis setelah bertahun-tahun bersamanya, tapi ternyata Tuhan memberiku stok lebih banyak untuk menghadapi tahun-tahun kedepan"
"Dan hal yang sama mungkin juga dia rasakan saat menghadapimu" si pemuda manis berpipi chuby menambahkan.
"Katakan saja kau iri, Park Jihoon. Cari pacar sana!" cibir Daehwi.
"Dia mungkin perlu waktu sepuluh tahun lagi untuk menemukan gadis yang lebih cantik darinya"
"Bilang saja kau iri dengan wajah cantik ku, Park Woojin"
Jihoon mengalungkan satu lengannya dibahu gadis yang duduk disebelahnya, yang dibalas dengan cubitan dipipi chuby nya.
"Aku akan menjadi 10 kali lebih cantik saat aku pulang nanti"
Senyum di wajah Jihoon memudar, "Kenapa tidak melanjutkan kuliahmu disini saja?"
"Aku pergi bukan berarti aku tidak akan pernah pulang, kan? Jangan berlebihan, mommy masih sanggup membelikanku tiket untuk pulang ke Korea setiap bulan"
"Dasar orang kaya sombong!"
Bukan Jihoon yang mengatakannya, tapi pemuda lain yang baru saja datang. Si tampan itu bergabung di meja mereka, tidak lupa memeluk Daehwi dan menjabat tangan Seongwoo, lalu mendudukan diri disamping Woojin. Gadis itu kini duduk diantara dua pemuda.
"Donghyun hyung! Kau tidak memelukku juga?" Jihoon protes karena si pendatang baru tidak menyapanya.
"Tidak, kau terlihat mabuk. Aku tidak tahan baunya"
"Jinnie bahkan minum lebih banyak dariku!" Jihoon tidak terima.
"Berisik, Ji!" gadis yang duduk diantara mereka tiba-tiba saja terlihat kesal, "Aku ke toilet dulu"
Gadis itu membasuh mukanya dengan air keran, memandang pantulan wajahnya dalam cermin lebar didepannya. Beberapa gadis lain disampingnya terlihat sibuk membenahi make up mereka, tapi Woojin hanya diam dan menatap pantulan matanya sendiri.
Kim Donghyun. Bagaimana bisa dia bersikap biasa saja setelah apa yang Woojin katakan malam itu? Seolah dia tidak pernah mendengar apapun, seolah semua masih sama seperti sebelumnya.
Malam itu, setelah pengakuan cinta yang seharusnya tidak pernah Woojin ungkapkan, Donghyun memeluknya. Hanya memeluknya erat tanpa mengatakan apapun, lalu mengantar gadis itu pulang karena mommy Woojin menelepon setelah menemukan belanjaan gadis itu berserakan di depan pintu.
Hari-hari berikutnya, pemuda itu tidak pernah menampakan batang hidungnya lagi dihadapannya. Woojin rasa, Donghyun akhirnya benar-benar menjauhinya. Gadis itu bertekad menjalani harinya senormal mungkin sebelum keberangkatannya, terus merecoki Jihoon agar pikirannya teralihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Park Woojin - One Shoot
Fiksi PenggemarHanya berisi koleksi cerita One Shoot GS Woojin as Girl - always Disini pairingnya campur-campur cem gado-gado, ena kan 😁 Selamat menikmati 🤗