Selingkuh Sekali Saja

506 31 7
                                    

Woojin tidak mengerti apa yang ada di dalam kepalanya, kenapa dia hanya diam saat Daniel menciumnya disini?

Suara deburan ombak seperti musik pengiring bagi dua insan yang tengah terhanyut dalam ciuman panas. Si pria terus menyesap bibir ranum si gadis tanpa ampun, seolah ini kesempatan terakhirnya.

Ya, mungkin ini memang kesempatan terakhirnya, jadi Daniel nekat saja.




kau temukanku telah jatuh
dalam cobaan terdahsyat
dari cinta ku tlah tergoda
aku tak setia
aku hianati kita




Woojin mendorong bahu lebar itu untuk melepaskan tautan bibir mereka. Nafasnya tersengal, wajahnya merah padam, ini begitu memalukan. Dia hanya bisa memejamkan matanya karena tidak sanggup menatap wajah tampan yang kini tidak berjarak.

Dirasakannya dahi pria itu kini menempel di dahinya, membuatnya membuka mata, yang langsung dihadapkan dengan mata tajam pria bermarga Kang.

"Apa aku salah jika mencintaimu juga?" ucap pria itu lirih.

Suara dering telepon menyadarkan kembali otaknya yang sempat buntu, gadis itu menjauhkan wajah dan juga posisi duduknya.

My love calling...

"Ya Oppa?"

Suara apa itu? Daniel jadi mengajakmu ke pantai? Maaf Oppa belum bisa pulang hari ini. Apa jalan-jalannya menyenangkan?

"Um, kami banyak bermain air disini"

Boleh Oppa bicara dengan Daniel sebentar? Tolong berikan teleponnya.

Gadis itu menyerahkan handphone-nya, "Oppa mau bicara" ujarnya pada sosok disampingnya.

"Ya, Hyung?" - "Ah, baiklah" - "Tenang saja, Hyung" - "Aku akan menjaganya" - "Um, jangan lupa oleh-olehnya"

Gadis itu menerima kembali handphone-nya,

Kau mau oleh-oleh apa sayang?

"Kau pulang dengan selamat sudah cukup bagiku, Oppa"

Sungguh, apa gadis itu tidak sadar seseorang disampingnya mendengar semuanya?

Aku merindukanmu, Jinnie. Padahal baru 3 hari.

"Aku juga merindukanmu"

Hati Daniel rasanya seperti dicubit saat mendengarnya.

Pasti menyenangkan bisa jalan-jalan ke pantai. Bagaimana kalau kapan-kapan kita pergi? Hanya kita berdua?

"Um, ayo ke pantai bersama, hanya kita berdua"

Kali ini hati Daniel sepertinya benar-benar patah.

Ah, mama memanggilku. Kutelepon lagi nanti malam. Jangan pulang terlalu sore, Love you..

"Love you too"

















"Kau tidak ingin mengatakan sesuatu?" tanya Woojin saat mobil Daniel telah berhenti di depan rumahnya.

"Hum?"

"Kalau kau mau minta maaf, aku akan memaafkanmu soal tadi"

"Aku tidak akan meminta maaf, Jinnie. Aku melakukannya karena aku ingin, dan kau tidak menolak. Apa itu sebuah kesalahan?"

"Aku - terlalu terkejut. Karena itu aku tidak bisa bereaksi apa-apa" terlihat semburat merah dipipi gadis itu saat mengatakannya.

Cantik sekali, ingin rasanya Daniel membelai dan mengecup pipi merah itu. Tapi akal sehatnya masih menahannya untuk tidak mengambil tindakan gegabah lagi.

Park Woojin - One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang