Chapter 30: Ordinary Tarantella

7 0 0
                                    

Leila dan teman-temannya langsung ke kantin dan melihat anggota stella quintet kecuali Yunoki dan Hihara-senpai yang sudah lulus duluan. Mereka terlihat sedang berbincang-bincang dengan asiknya. Tiba-tiba mereka menyuruh para anggota Stellar itu duduk. Len pun menyodorkan makanan kepada Leila.

"Apakah kau sudah menunggu lama?" tanya Leila.

"Tidak juga. Makanlah. Sebelum bel masuk berbunyi." ucap Len.

"Baik. Terimakashi.. a-a-anu, kau bayar bagianku?" ucap Leila menatap makanan spaghetti itu.

Len mengangguk pelan. "Tapi jangan khawatir, kau tidak perlu membayarku." ucap Len.

"Booo, berhentilah pacaran." ucap Amou kesal.

Muka Leila dan Len berubah menjadi merah setelah Amou berkata. Walaupun sebenarnya itu biasa saja. Hanya bicara satu sama lain apakah dilarang? Leila pun makan dengan lahapnya. Kaji pun sibuk berbicara dengan Amou. Sebenarnya mereka rada bosan.

"Habis uas kan nanti libur. Mau kemana?" tanya Kaji.

"Kok pada ngomongin liburan sih?" ucap Tsuchiura bingung.

"Ya, kan bentar lagi kita kan mau lulus. Apa kau lupa kita sudah kelas 3?" ucap Amou mengingatkan.

"Ya, aku tahu. Tetapi tetap saja gak bisa leha-leha. Ujian masuk universitas masih rintangan setelah lulus." ucap Tsuchiura berpikir logika.

"Ah, itu gak penting. Selama kita belajar dengan giat pasti bisa. Kecuali, lu sering kelayapan dan jarang masuk kelas." ucap Nana.

"Senpai, menurutmu setelah kalian atau aku dan Shouko lulus apa yang akan terjadi dengan Seiso?" tanya Shimizu.

"Ntahlah. Tapi aku tidak mau cepat lulus." ucap Leila menatap Len.

Saat melihat ekspresi Leila seperti itu, Len merasa hatinya seperti dicabik. Pergi meninggalkan seseorang dicintai demi mengejar impian, mimpi terbesarnya untuk mencapai apa yang ia inginkan. Len pun memegang lembut tangannya. 

"Jangan khawatir. Aku akan pulang tiap liburan musiman kok." ucap Len.

"Ya.. Aku mengerti." ucap Leila memaksa tersenyum.

Ketika itu bel masuk pun sudah berbunyi. Masing-masing pergi ke kelas mereka. Nana merasa khawatir. Apa yang terjadi jika Len benar-benar pergi Vienna? Apakah Leila bakal mau menunggu selama 4 tahun lebih? LDR itu menyakitkan dan penuh perjuangan. 

"Ada apa Nana?" tanya Kahoko menepuk pundaknya.

"Ah, tidak apa-apa. Hanya habis berpikir saja." ucap Nana menengok.

"Oh masa Leila dan Tsukimori-kun?" ucap Kahoko.

"Ya. Aku khawatir dengan mereka berdua. Aku tidak bisa memprediksikan apa yang terjadi. Sayang sekali." ucap Nana menghela nafas panjang. 

"Ya, berharap saja." ucap Kahoko.

"Ku dengar kau dengan Tsuchiura sudah pacaran kan?" tanya Nana.

"Eh? Iya. Ryotaro baik sih sama aku. Jadi, aku merasa nyaman." ucap Kahoko mukanya memerah seperti rambutnya. 

Bel pulang sekolah pun berbunyi. Leila membereskan mejanya dan ingin pergi ke suatu tempat. Walaupun sebenarnya tangannya sedang kesakitan. Sakit hatinya lebih sakit dibandingkan kalau Len pergi begitu saja. Leila pun keluar kelas. Len ingin memanggilnya tapi dia tidak mendengar. Leila pun berada dipinggiran sungai. Lili pun muncul.

"Leila. Kenapa kau disini sendirian? Bukannya sudah waktunya untuk pulang?" ucap Lili.

"Aku tidak boleh berada disini? Ada saat aku ingin sendiri saja begitu." ucap Leila.

Leila pun merogoh sakunya dan mendapatkan pesan dari ibunya bahwa ayah dan ibu Leila akan datang ke Jepang. Leila sekilas kaget. Lili pun menatap apa yang Leila lihat. Peri kecil itu tersenyum.

"Mungkin kau butuh orang tuamu. Apalagi ibumu." ucap Lili. 

"Mungkin." ucap Leila beranjak pulang. 

Sesampainya dirumah, Leila mengatakan kepada Len bahwa orangtuanya akan datang ke jepang. Len belum pernah bertemu dengan orang tua Leila. Dia sedikit penasaran. Esoknya, di bandara Leila menunggu sambil duduk dibangku panjang. Banyak orang yang lalu lalang tanpa henti. Len juga sedang melihat kesana kesini kalau orang tua Leila datang apa belum.

"Len, aku mau ke toilet." ucap Leila berdiri sambil menatap ponselnya.

"Oke. Cepat balik lagi." ucap Len tersenyum.

~Len POV~

Aku duduk sambil melihat Leila pergi menuju toilet. Aku merasa sedikit gugup. Orang tua Leila? Seperti apakah keduanya? Aku penasaran. Tiba-tiba aku melihat Leila datang dengan seorang pria paruh baya. Disitulah aku ingin marah. Siapa laki-laki itu? Aku pun mendekatinya.

"Leila!" ucap Len memanggil.

"Chi? dov'è leila?" ucap wanita tersebut yang memiliki penampilan seperti Leila.

"Leila, kenapa kamu bersama laki-laki ini?!" ucapku marah-marah.

"Young man, it's seems you have the wrong person." ucap pria tersebut berbicara dengan bahasa inggris. 

"How come I was wrong? She was clearly----" 

"Len, kenapa kau mendekati ibuku?" ucap Leila mengembungkan pipinya.

"Leila! Mi manchi!" ucap pria tersebut memeluk Leila dengan erat.

"Oh papa! Mi dispiace per il comportamento del mio ragazzo." ucap Leila berbicara bahasa itali dengan fasihnya.

Aku mendadak bingung. Leila menjelaskan bahwa itu ibu nya. Mereka mirip kenapa aku tidak sadar sesuatu yang simple seperti itu. Leila pun mulai ngambek kepadaku. Aku juga tidak mengerti. Pemikiran wanita itu sulit untuk dimengerti.

"Namaku Len Tsukimori. Senang bertemu denganmu." ucap Len memperkenalkan dirinya.

"Ah, kau anaknya Misa kan?" ucap ibu Leila menjawab.

Aku mengangguk pelan.

"Aku dan ibumu sahabat dekat. Namaku Sherly Nome. Dan ini suamiku, Mao Nome. Selamat kenal, nak Len. Walaupun sebenarnya aku sudah mengenalmu sejak kecil." ucap Sherly tersenyum.

"Hah? kapan?" ucap ku bingung.

~POV ends~

Len pun mengangkat beberapa barang kedalam mobil sebelum menyetir. Len akhirnya tahu kalau Leila dan dirinya pernah bertemu sejak kecil. Sherly pun mengatakan, Leila adalah teman pertama Len selama hidupnya. Saat berbincang-bincang, Mao bertanya sejak kapan putrinya berpacaran? Mao sepertinya membenci Len dengan sangat dalam sekali.


The Moon and Night (OC x Len Tsukimori) A La Corda D'oro Fanfic [COMPLETED]Where stories live. Discover now