2 bulan kemudian, Leila yang sedang duduk didepan kaca yang besar dan matanya ditutup. Dia agak sedikit gugup karena hari ini sudah ia nanti-nantikan. Hari pernikahan. Sesuatu yang ia inginkan sejak dulu. Banyak orang yang berbicara bisa ia dengar. Suara Nana, Kahoko, Amou, Mori, Shouko serta Ange, Kirisawa, dan Amanegawa.
"Bisakah kalian tidak berisik?" ucap Leila merasa sedikit kesal.
"M-M-maafkan aku Leila-senpai..." ucap Shouko menunduk.
"Eh? Kenapa kamu yang minta maaf? Tidak perlu." ucap Leila.
Leila pun membuka matanya. Dia tidak percaya orang yang ada didepan kaca adalah dirinya sendiri. Tiba-tiba ibunya dan keluarganya mulai berdatangan. Sherlia menyematkan sebuah bunga yang disebut moonflower di dekat telinganya. Disebelah ruangan, Len sedang gugup tapi ocehan Hihara membuatnya kesal dan tidak membuatnya gugup lagi.
"WAH TSUKIMORI MAU MENIKAH. SELAMAT YAAAA!!!!" teriak Hihara.
"Hihara senpai tidak perlu berteriak." ucap Len menatapnya.
"Hihara, jangan begitu. Ini hari bahagianya Tsukimori-kun. Kita harus membiarkannya dulu." ucap Yunoki menepuk pundak pria berambut hijau lumut itu.
"Yo, Tsukimori. Selamat ya. Selamat menempuh hidup baru." ucap Tsuchiura tersenyum.
"Nak, pergi aisle sana. Semua sudah menunggu." ucap Kou datang memberitahukan putranya.
Len mengangguk. Dan, kali ini, Reo anteng digendong kakeknya. Len dengan gugupnya melangkah sendiri ke aisle sendirian. Semua hadirin yang datang dengan seksama menunggu pengantinnya tiba. Len menghela nafas sambil menutup matanya sekejap. Lalu, seorang gadis berambut hitam dengan gaun penggantin putih yang indah memasuki ruangan bersama ayahnya. Mereka semua terpana betapa cantiknya.
"Kuserahkan putriku kepadamu." ucap Mao memberikan tangan gadisnya kepada Len.
"Ya. Saya akan menjaganya dengan baik." ucap Len tersenyum dan menggapai tangan Leila yang disematkan dilengannya.
Kedua pasangan itu pun menghadap pendeta yang membacakan sumpah-sumpah didalam kitab injil. Sementa Mao kembali duduk ketempatnya sambil mengingat saat putrinya masih kecil dahulu dan sekarang sudah akan menjadi istri seseorang. Leila dan Len tersenyum sambil menatap satu sama lain.
"Apakah Tsukimori Len bersedia menerima Leila Nome sebagai istri dalam keadaan sehat, sakit, suka dan duka?" ucap pendeta tersebut.
"Ya, saya Tsukimori Len menerima Leila Nome sepenuhnya menjadi istri didalam keadaan sehat, sakit, suka dan duka." ucap Len.
"Apakah Leila Nome bersedia menerima Tsukimori Len sebagai suami dalam keadaan sehat, sakit, suka dan duka?" ucap pendeta lagi.
"Ya, saya Leila Nome menerima Tsukimori Len sepenuhnya menjadi suami didalam keadaan sakit, suka dan duka." ucap Leila menjawab.
"Silahkan mengucapkan sumpah dan janji pernikahan." ucap sang pendeta menatap kedua mempelai.
"Saya Tsukimori Len, sejak hari ini dan seterusnya akan terus mencintai dan menyayangi Leila Nome dengan setulus hati sampai kematian memisahkan. Aku sangat selalu bersamamu sampai akhir hayat kita, Leila. Aku sangat mencintaimu." ucap Len mencium tangannya.
"Saya Leila Nome, sejak hari ini dan seterusnya akan terus mencintai, menyayangi dan menjaga Tsukimori Len dengan setulus hati selama diri ini masih bernafas. Aku akan selalu bersamamu selamanya, Len. Aku sangat mencintaimu juga." ucap Leila menahan tangisnya.
"Silahkan sematkan cincin yang menandakan bukti janji suci kalian dihadapan Tuhan dan hadirin yang telah datang." ucapnya lagi.
Nana dan Tsuchiura membawakan kotak kecil yang berisikan cincin untuk disematkan. Pertama, Len menyematkan cincin tersebut ke jari manis Leila. Begitu juga Leila sebaliknya menyematkan cincin dijari manis Len. Setelah itu, pendeta mengatakan mereka untuk berciuman untuk mengikat janjinya. Len membuka kerudung yang menutupi muka dan kepalanya dan memegang kedua tangannya keduanya pun berciuman.
"Itu jorok. Kok mama dan papa ciuman begitu?" ucap Reo tidak suka.
"Mereka melakukannya untuk mengikat janji pernikahan sayang." ucap Kou menjelaskan.
"Mereka terlihat bahagia. Ini yang telah kutunggu-tunggu. Aku sangat khawatir bahwa Len akan terus single." ucap Misa terharu.
Setelah mengucap janji pernikahan, Leila melemparkan bouquetnya dan yang menerimanya adalah Nana. Tiba-tiba Hihara dengan sigap melamar Nana didepan mereka semua. Leila tersenyum. Resepsi pernikahan dimeriahkan oleh siswa/siswi dari SMA Seiso yang datang dan ingin memainkan alat musiknya didepan orang banyak. Walaupun sebenarnya, diperintahkan oleh Kanazawa. Leila yang sedang duduk dengan Len hanya tersenyum.
"Len, terimakasih. Kau sudah membuat satu keinginanku menjadi nyata." ucap Leila tersenyum.
"Ah, tidak masalah. Asalkan kau senang. Tapi, aku tidak menyangka ini adalah dirimu. Kau cantik sekali hari ini." ucap Len menatap Leila.
"Aa-a-h.. terimakasih...Aku tidak tahu harus berkata apa...." ucap Leila mukanya memerah dan malu.
"Ya, tidak apa-apa kok. Tapi jujur dari hatiku kau hari ini cantik sekali." ucap Len agak tersipu malu.
"Weh, pasutri baru jangan duduk diem aja. Yok photo." ucap Amou yang mendatangi mereka.
"Kenapa kau yang melakukannya?" tanya Leila menunjuk.
"Misa Hamai menyuruhku untuk melakukan pemotretan untuk kalian daripada pemotret lain takutnya kesebar beritanya dan banyak orang, gimana?" ucap Amou memegang kamera.
"Baik." ucap Len.
Setelah acara pernikahannya selesai, Leila dan Len menghabiskan malam pertamanya dikamar sementara, Reo akan ditemani oleh Misa dah Sherly untuk malam ini. Len memeluk tubuh Leila dengan erat. Saat ini, dia tidak perlu ragu dan membaringkan Leila ditempat tidur dengan lembut seperti melihatnya seperti permata yang sangat berharga. Keesokan harinya, Leila terbangun dan melihat Lili, peri musik itu didepan mukanya. Kaget, ia teriak sekencang-kencangnya. Len terbangun, tiba-tiba pintu kamar hotel diketuk. Len memakai baju dan membukanya.
"Len, ada apa?" ucap Kou cemas.
"Ada apa? Kok mama teriak, papa?" ucap Reo mengucek matanya.
"Ya ampun Len ini masih pagi. Kalian ngelakuin itu sampai pagi?" ucap Sherly blak-blakan.
"Leila baik-baik saja, ibu dan mama. Jangan khawatir." ucap Len menutup pintu tanpa menjawab.
Len mendatangi Leila yang ada dikamar dan melihatnya sudah agak tenang. Len menyematkan tangannya dipundaknya. Masih pagi dan sudah berisik dan bikin semuanya salah paham mendadak.
"Kenapa malah teriak, ada apa? cerita." ucap Len.
"Ah, aku tidak apa-apa. Cuman.. .Lili mengagetkanku." ucap Len.
"Lili? peri itu? Untuk apa?" ucap Len bingung.
"Dia ingin memberikanmu ini." ucap Leila memberikan cincin yang disematkan kedalam kalung.
"Apa ini?" ucap Len bertanya.
"Kata Lili ini hadiah pernikahan untuk kamu khususnya. Kalau tidak mau ya...gpp.." ucap Leila.
"Aku akan menerimanya. Jangan khawatir." Len menyematkan kalung perak yang disematkan cincin didalamnya ke lehernya. Len hanya ingin kebahagiaan Leila. Walaupun, sebenarnya tidak ada masalah.
"Ah, terimakasih! Cocok sekali untukmu." ucap Leila tersenyum.
Len tersenyum dan memeluk Leila erat. Sepertinya mereka tidak akan bangun dari kasur untuk beberapa jam kedepan. Sementara, Mori, Kahoko, Nana, juga Shouko serta Kaji yang ikut nimbrung ngebahas teriakan Leila yang barusan. Mereka terkejutlah dan mereka kaget kalau mereka ada apa-apa seperti acara liburan semester waktu itu.
YOU ARE READING
The Moon and Night (OC x Len Tsukimori) A La Corda D'oro Fanfic [COMPLETED]
FanfictionCerita dimulai dua minggu sebelum Concourse, kompetisi musik yang telah menjadi tradisi Akademi Seiso dilaksanakan. Seorang murid pindahan bernama Leila Nome mempunyai sebuah hubungan dengan Tsukimori Len yang berasal dari sekolah yang sama tetapi b...