Chapter 44: The Illustrious Nome

10 0 0
                                    

Malam itu, Reo sudah tidur duluan. Leila dan Len berada diruang tamu. Walaupun sudah tengah malam, mereka tidak tidur. Leila merasa bahagia dan menyandarkan kepalanya ke bahu Len sambil bergumam apa ntah. Len hanya menepuk bahu Leila dengan lembut. Walaupun lampu diseluruh ruangan sudah redup, mereka ntah kenapa tidak tertidur.

"Aku tidak menyangka. Hari ini aku bahagia sekali, terimakasih Len." ucap Leila mengingat apa yang terjadi tadi sore. 

"Ah, iya. Aku juga tidak menyangka. Tapi, aku ingin membuatmu bahagia, Leila." ucap Len merasa malu.

"Hari ini hari yang terbaik. Aku ingin pulang ke italia, boleh?" tanya Leila menatap Leila.

"P-p-pulang?" ucap Len mulai panik. 

"Ya pulang. Apa lagi? Aku ingin menjenguk keluargaku, Len. Kau ingin ikut?" tanya Leila.

"Oh, kau ingin mengajakku juga? Bagaimana dengan Reo?" tanya Len.

"Ya, Reo juga ikut. Mana mungkin aku tinggal dia sendirian?" ucap Leila 

"Oh..." ucap Len ber Oh-ria.

"Lagian, aku ingin memperkenalkan Reo dan kamu secara resmi ke keluargaku." ucap Leila tersenyum.

Keesokan harinya, Len dan Leila seharian hanya tiduran dan uring-uringan sementara anak mereka, Reo kebingungan harus apa. Leila menjelaskan bahwa besok mereka akan ke italia. Dan, benar keesokan harinya mereka pergi dan sampai disaat malam hari di Palermo. Sebastian, sebagai butler keluarga Nome menjemput mereka dan membawa mereka ke mansion Nome yang terletak jauh dari keramaian kota.

"Ciao Nonna! Ciao Nonno! Come Stai?" ucap Leila sambil memeluk kakek dan neneknya.

Reo dan Len sekilas bingung. 

"Bene.. Grazie.." ucap Sherryl selaku nenek Leila.

"Io ti bene...molto tempo che non ci vediamo, cara.." ucap kakeknya.

Mereka berpelukan dan melihat kedua orang yang Leila bawa. Anak kecil itu yang berambut hitam mengingatkan Sherryl dan Flavio. Leila pun menjelaskan bahwa yang kecil bernama Reo, anak Leila dan sebelahnya adalah ayah kandung dari Reo. Tiba-tiba Sherryl pingsan karena shock. Setelah siuman, Reo dan Len memperkenalkan dirinya. 

"Tsukimori? Isn't that the name of a famous violinist?" ucap Sherryl menatap sambil membenarkan kacamatanya.

"Yes, that would be my father, Tsukimori Kou." ucap Len.

"Then you also play violin, my dear?" ucap Flavio. 

"You are correct, sir. Can I ask if you play instruments or not? Sorry if I am kinda rude." ucap Len dengan sopan.

"No, no. You're fine. We're going to be a family so no need to be reserved. I---" ucapan Sherryl di potong oleh Leila yang jelas-jelas membanggakan karir neneknya di masa mudanya.

"My grandmother is a famous opera singer." ucap Leila menjelaskan. 

"Is that true? I am a bit shocked. No wonder you always sing so wonderful, Leila." ucap Len memuji.

"Len..." ucap Leila tersipu malu.

"Mama. Papa. Reo bingung." ucap Reo mengisap jempolnya sambil menarik lengan baju keduanya.

"Oh, ya. Maaf sayang. Kamu lapar enggak?" ucap Leila menjongkok agar sepantaran dengan tingginya.

"Aku lapar." ucap Reo.

"Leila kau sudah pulang? Putriku ter---" ucap Mao sambil membuka pintu.

"Berhentilah, ayah. Kau menakuti Reo." ucap Reo bersembunyi dibalik ayahnya.

"Sudah lama tidak berjumpa ya, Len-kun." ucap Mao menjabat tangannya.

"Sudah lama sekali kita tidak bertemu." ucap Len menerima jabatan tangannya.

Mereka pun pergi ke ruang makan sambil berbincang. Reo merasa senang mempunyai teman main yang baru bernama Sherlia. Charles dan Mao sepertinya menaruh dendam kesumat terhadap Len dengan amat dalamnya dan mereka hampir shock mendengar bahwa Leila telah resmi dilamar. 

"Jadi kapan tanggal pernikahannya?" ucap Sherly memecahkan keheningan yang melanda ruang tamunya.

"Kami akan merencanakannya 2 bulan kemudian." ucap Leila.

"Oh begitu." ucap Sherly tersenyum.

Keesokan harinya, Sherryl memberikan beberapa photo-photonya semasa masih muda. Dia memiliki rambut pink dan mata yang biru seperti lautan. Len terkejut, nenek dan cucu serta ibunya ternyata mirip. Gen keluarga Leila sepertinya sangat dominan. Ternyata, Flavio dulunya pemain double bass biola disaat dia masih lumayan muda. 

"Sherryl, kenapa kau memakai anting hanya satu?" ucap Len bertanya.

"Oh, ini. Aku kehilangan anting satunya disaat aku remaja. Ini sangat berharga bagiku." ucap Sherryl.

"Ibuku juga punya bros dibajunya yang sama dengan berlian di antingnya." ucap Leila.

"Berlian biru ini turun temurun dikeluargaku. Akan kuberikan satu seperti ini untuk pernikahan kalian sebelum kalian pulang, oke?" ucap Sherryl tersenyum.

"Oke, nenek." ucap Leila mengangguk. 

Reo saat ini ditemani oleh orangtua Leila berserta Charles dan Sherlia di taman belakang. Dia sibuk melihat bunga-bunga yang indah sambil memetik untuk diberikan ke neneknya. Sherly merasa bahagia diberikan bunga mawar olehnya yang membuat suaminya cemburu.

"Jangan cemburu. Dia masih anak kecil." ucap Sherly.

"Aku tahu. Tapi anak itu mirip sekali dengan Len.." ucap Mao cemberut.

"Tapi dia mirip dengan putri kita saat dia kecil. Kalau Leila terlahir sebagai laki-laki mungkin, seperti Reo?" ucap Sherly berimajinasi.

"Reo, mau metik bunga lagi?" tanya Sherlia.

"Ya, aku mau metik bunga buat mama!" ucapnya dengan riang.

"Yaudah ayo. Kakak temenin." ucapnya tersenyum.


The Moon and Night (OC x Len Tsukimori) A La Corda D'oro Fanfic [COMPLETED]Where stories live. Discover now