Chapter 5: Anonymous Chopin

16 0 0
                                    

Saat itu kelas sedang berlangsung dengan khidmatnya. Para murid kelas 2-2 sedang mendengarkan pelajaran sejarah musik. Sejarah musik adalah kurikulum tambahan bagi para murid departemen Edukasi. Seorang gadis berambut hitam panjang sedang menatap jendela dan memainkan pulpen yang ada ditangannya. Disaat sedang asik-asiknya menikmati pemandangan, jelmaan peri berambut pirang bermata ungu itu merusak suasana. Leila yang bisa melihatnya, juga Hino yang langsung keringat dingin melihat Lili melayang-layang diudara sebelah jendela makin panik.

"Kenapa si peri itu demen amat sih gangguin orang?"

'Mana saya tahu. Kenapa tidak tanya sendiri?' 

"Ya. Nanti kalau aku respond atau ngejawab dia. Dikira orang gila dong? Sayangnya, aku tidak mau. Reputasiku sudah hancur gegara si peri itu." 

'Oh. Tetapi kau tidak bisa menghindarkan?'

Leila dan batinnya sedang berbicara dialam pikirannya saat dia memijat keningnya sambil memejamkan mata. Tiba-tiba dia membuka mata melihat si peri itu depan wajahnya. Dia langsung menendang meja itu keras-keras. Semua murid dikelas langsung nganga. Nana langsung facepalm ngelihat temannya gilanya kambuh.

"BERHENTILAH MENGANGGUKU, DASAR MAKHLUK SIALAN!" ucap Leila sambil terengah-engah seperti sehabis lari maraton. 

Guru yang menatap langsung kaget minta ampun sama perkatannya. Setelah pelajaran selesai, dia langsung dipanggil guru ke ruang fakultas. Leila diomelin habis-habisan setelah itu, dia disuruh mengantarkan banyak buku ke ruangan kelas 2-A di departemen sebelah. Hino lalu dipanggil buat nemenin dia mengantarkan semua berkas-berkas tersebut. 

"Maaf ya, Kahoko. Aku jadi harus minta bantuanmu." ucap Leila.

"Oh, tidak apa-apa. Lagian, kalau aku bisa bantu, kenapa tidak?" ucap Kahoko senyum.

"Ya. Aku berterimakasih.--- Awas Kahoko!" ucap Leila memperingati.

Tiba-tiba sebelum Kahoko jatuh dia diselamatkan oleh Ryotaro Tsuchiura murid kelas 2-5. Dari pakaiannya dia sepertinya dari departemen yang sama dengan Leila dan Kahoko. Dia pun mau ikut membantu membawa berkas-berkas itu agar Kahoko tidak jatuh lagi. Setelah sampai, Len keluar dari kelas dan menghalangi jalan.

"Eh, ini berkas-berkas kelasmu ambil lah." ucap Ryotaro.

"Kenapa kau tidak taruh disana saja di meja? Kan simpel." ucap Len tidak mau ambil pusing.

"Apa?! Ini kan punya kelasmu. Kau yang yang harus tanggung jawablah!" ucap Ryotaro gak mau kalah berdebat.

"Hah? Kan sudah kubilang taruh saja. Aku tidak punya waktu untuk meladeni kalian." ucapnya sambil menyilangkan tangan didada.

"Eh? A-a-anu kok jadi berantem sih?" ucap Kahoko bingung.

"WOI! KALAU MAU BERANTEM MENDING DI LAPANGAN AJA. JANGAN DI KORIDOR KELAS. YAELAH, DEBAT apa gunanya sih? Tolong jelaskan padaku." ucap Leila sudah pusing melihat keduanya bertengkar seperti layaknya anjing ketemu kucing.

Semuanya yang melihat teriakan Leila terkejut bahwa gadis yang memiliki perawakan kecil itu mempunyai suara yang besar melebihi Hihara Kazuki dari kelas 3-B. Len dan Ryotaro tidak mau berdebat lagi setelah mendengar itu. Len pun inisiatif mengambil berkas ditangan Leila dan menyuruhnya pergi. Ryotaro pun mengambil sebagian ditangan Hino dan menyuruhnya pergi juga. 

Leila dan Hino pun ke kantin. Hino merasa kaget bahwa Leila ternyata wild-type juga sampai membuat Tsukimori dan Tsuchiura berhenti berdebat itu sudah mengesankan dan Hino langsung mengidolakan Leila yang terlihat lebih macho daripada kedua lelaki tadi. 

"Maaf ya, aku tadi malah teriak-teriak." 

"Ah, tidak apa-apa. Terkadang ya harus sih. Itu pertama kali keduanya bertemu kan?" ucap Kahoko menyedot minuman.

"Ya. Sepertinya keduanya akan mempunyai hubungan buruk mulai saat ini." ucap Leila menancapkan sedotan ke minumannya.

"Hm.. sepertinya begitu." ucap gadis berambut merah itu mengangguk.

"Nee, kau sudah menemukan pengiringmu?" tanya gadis berambut hitam tersebut.

"Ya. Dia bernama Megumi Shouji dari departemen musik kelas 1-A. Aku sangat senang tetapi tadi pagi sebenarnya Yunoki-senpai menawarkan aku beberapa orang gagal menjadi pengiringnya tapi, aku merasa sedikit ragu.." 

"Aku merasakan sesuatu yang aneh dengan Yunoki-senpai. Kau harus hati-hati, ingat ya Kahoko." ucap Leila menepuk pundaknya.

~Leila POV~

Setelah menghabiskan minumanku, aku dan Kahoko pamit. Dia pergi ke kelas dahulu dan mengecek apakah benar barang-barang berkas tadi udah ada dikelas? Kalau hilang, aku lagi pasti disalahin guru. Dengan menahan nafas panjang, aku pergi ke departemen sekolah sebelah. Banyak yang menatapku karena teriakan tadi sebenarnya. Aku pasrah saja. Tiba-tiba dibalik koridor, aku melihat Len sedang dipojokkan oleh seorang laki-laki. Sepertinya dia salah satu siswa yang iri dengan prestasi Len. Tanpa pikir panjang, aku menyiramkan air di pot bunga tersebut dan menyiramkan mereka berdua. 

"Eh? Maaf.." ucapku menatap keduanya yang basah kuyup.

"Oh. Enak sekali kau Tsukimori. Ada gadis yang mau menyelamatkanmu." ucap pria berkacamata tersebut.

"Apa maksudmu?" ucap Len.

Tiba-tiba saat ingin melangkah aku terjatuh dan kedua teman pria kacamata dan dirinya pun kabur meninggalkan kami berdua. Ya syukurlah dia selamat. Len seharusnya tidak memprovokasi seseorang seperti itu tapi dua-duanya juga salah sih. 

"Tanganmu terluka. Ayo kita ke uks." ucap Len memegang tanganku.

"Sudahlah. Aku tidak apa-apa ini cuman luka kecil kok." ucapku singkat.

"Kalau terjadi apa-apa, aku tidak bisa ikut berpartisipasi hari senin besok." ucap Len menggulungkan tanganku didalam dasi merahnya.

"Baiklah." ucapku mengalah.

~Ends of POV~

Len yang sudah memberikan pertolongan pertama kepada tangan Leila sedang mengeringkan rambutnya sambil menatap kaca. Leila mengucapkan terimakasih karena Len mau peduli terhadap tangannya saja bukan dirinya. Tangan Leila hanyalah aset piano berharga. Len pun pergi setelah menyelesaikan urusannya dan meninggalkan gadis itu sendirian di uks.

The Moon and Night (OC x Len Tsukimori) A La Corda D'oro Fanfic [COMPLETED]Where stories live. Discover now