Saat itu Pagi yang cerah, saat itu hari selasa. Para peserta concourse diberikan izin selama 4 hari 3 malam untuk mengadakan camping di villa milik keluarga Shoko Fuyuumi. Kanazawa sebagai pembina dan guru, menyuruh Leila, Hino, Fuyuumi, bersama bibi Fuyuumi untuk ikut berbelanja souvenir dan makanan di supermarket terdekat. Tiba-tiba Shimizu minta diajak untuk ikut, Kanazawa cuman mengangguk pelan. Tinggalah dirumah besar itu hanyalah Yunoki, Hihara, Len, juga Tsuchiura.
"Eh? yang lain kemana?" ucap Hihara menguap masih dalam keadaan mengantuk.
"Mana ku tahu." ucap Tsukimori melihat kertas dan makanan untuk semuanya dimakan. Mereka sepertinya akan kembali nanti. Len yang bingung nan ragu mulai memasukan semua piring nasi goreng itu kedalam microwave untuk dipanaskan, alhasil gosong.
"Lah! Tsukimori! Makanan kita kok gosong?" ucap Hihara sambil teriak. Volume suaranya tidak bisa kontrol rupanya bagi pria ini.
"Ya, mana aku tahu. Aku tidak bisa masak." ucapnya lagi sambil duduk.
"Ada apa ini ribut-ribut?" tanya Yunoki sambil senyum dan bingung.
"Tsukimori-kun menghanguskan sarapan yang akan kita makan pagi ini!" teriaknya.
"Wah. Sayang sekali. Lalu kita harus gimana?" ucap Yunoki dengan senyum kebingungan.
Disaat keduanya duduk, Tsuchiura datang ke meja makan, baru saja mau makan kaget nasinya sudah jadi gosong. Setelah mendengar penjelasan dari Yunoki-senpai siapa pelaku dari makanan yang gosong ini. Tsuchiura cuman bisa elus dada, mereka baru saja tahu kalau Len, Hihara-senpai, Yunoki-senpai tidak bisa masak. Terus, dia ingat Kanazawa dan kedua gadis itu plus Shimizu sedang pergi bersama bibi yang menjaga villa ini.
"Yaelah. Nasi sudah jadi bubur. Yaudah, aku aja yang masak." ucap Tsuchiura memijat dahinya.
"Wah! Tsuchiura-kun bisa masak?!!! Kenapa gak bilang dari tadi?" ucap Hihara.
"Hihara-senpai tolong volume suaranya diperkecil dikit ya. Ini masih pagi loh." ucap sang pianis menatap senpainya. Dia mungkin lebih tua dari Tsuchiura, tapi sifatnya masih kekanak-kanakan. "Dan, Tsukimori, kalau emang gak bisa, ga usah nyentuh makanan dah! Ribet tau!" ucap Tsuchiura marah.
Len yang tadinya mau berdebat tidak jadi. Karena kalau Leila pulang pasti keduanya diomelin lagi dan hanya memperkeruh suasana. Sebagai seseorang elitist, dia harus bersikap dewasa menghadapi siswa dari edukasi umum. Tanpa aba-aba, Tsuchiura ke dapur dan memasak nasi goreng lagi. Setelah beberapa lama, mereka pun makan diruang makan tanpa bicara satu sama lain kecuali Hihara senpai yang ngerocos ntah apa. Yunoki yang bingung cuman bisa senyum-senyum saja sementara Len dan Tsuchiura terdiam sambil makan saja.
Rombongan yang baru saja dari supermarket pun pulang, Leila dan Shouko kaget karena mereka kok baru pada makan?. Yunoki-senpai pun menjelaskan pada keduanya bahwa karena nasi goreng sebelumnya yang ada dimeja sudah dihanguskan oleh Len. Leila bingung. Oh ya, si Len harus dijauhkan dari dapur semestinya. Leila menghela nafas dan berterimakasih pada Tsuchiura karena sudah mau memasak dan menyiapkan makanan. Ternyata mereka yang pintar main piano bisa masak juga. Sebagian doang kayaknya.
"Ya, tolong taruh dimeja saja barang-barangnya. Kalau kalian sudah selesai makan. Bisakah cuci piring sendiri? Kecuali Len. Lebih baik kau keluar dari dapur. Sana latihan atau tidur saja." ucap Leila mendorong Len ke depan pintu.
Yunoki, Hihara dan juga Tsuchiura mengangguk dan pada langsung kedapur.
"Baiklah." ucap Len. Dia pun sudah malas untuk menjawab. Sang pria berambut biru itu langsung mengiyakan dan langsung pergi kekamar untuk tidur sejenak. Mungkin apa yang di katakan gadis itu benar. Len memang butuh istirahat dan menenangkan pikirannya.
Malam itu, angin sepoi-sepoi. Leila ingin mengecek kekamar Len. Disaat dia sedang duduk didekat jendela, Shouko baru saja kembali dari kamar mandi. Gadis pemalu itu langsung mengeringkan kepalanya dan duduk ditepi kasur.
"A-a-anu.. Leila-senpai..Dimana Kaho-senpai?" tanya Shouko malu-malu kucing.
"Dia? Dia sedang ketempat Tsuchiura dan Hihara-senpai. Ntah sedang apa. Aku mau pergi sebentar. Bisakah kutinggal kamu sendirian, Shouko?" tanya Leila sambil berdiri dan menatapnya.
"T-t-tentu... Jangan sampai terlalu larut malam ya. Besok kan kita mau pulang." ucap Shouko mengingatkan. Leila mengangguk pelan.
Gadis berambut hitam dengan mata ungu itu langsung mengetuk pintu itu. Ternyata Len tertidur di ruang latihan. Leila, tanpa aba-aba lalu ia melihat Len duduk dilantai sambil memegang kepalanya. Seperti biasa, saat pria itu bangun pasti suasana hatinya buruk. Leila mendapat ide. Gadis itu berjalan dan duduk sambil memainkan piano. Len yang menatap gadis itu langsung berdiri. Tanpa pikir, Len pun memainkan biolanya dan dua iringan lagu itu bergema diseluruh vila. Len yang tidak menyadari langsung terkesima.
"Ah. Aku merasa lega. Tadi Ave Marianya indah sekali! Aku jadi suka!" ucap Leila selesai memainkan piano.
Len yang merasa sesuatu mulai menggoyahkan hatinya, langsung menyuruh Leila paksa keluar dari ruang latihan. Loh? Kok dipaksa keluar? Leila bingung dan kembali kekamar. Tadi bukannya, dia sudah merasakan enakan dikit? Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan terlihat Kahoko yang terduduk didepan pintu. Karena lampunya dimatikan, dia tidak bisa melihat ekspresi wajahnya.
"Kahoko, kau kenapa?" ucap Leila bangun dari sebelah Shouko yang tertidur lelap.
"A-a-aku tidak apa-apa, Leila. Hanya sedikit kaget. Jangan khawatir." ucap Kahoko menghapus airmatanya.
"Ya sudah. Sini naik ke kasur. Lebih baik kita tidur saja." ucap Leila menyuruh.
Kahoko seraya mengangguk pelan dan tidur.
![](https://img.wattpad.com/cover/214344885-288-k215428.jpg)
YOU ARE READING
The Moon and Night (OC x Len Tsukimori) A La Corda D'oro Fanfic [COMPLETED]
Fiksi PenggemarCerita dimulai dua minggu sebelum Concourse, kompetisi musik yang telah menjadi tradisi Akademi Seiso dilaksanakan. Seorang murid pindahan bernama Leila Nome mempunyai sebuah hubungan dengan Tsukimori Len yang berasal dari sekolah yang sama tetapi b...