B a g i a n T i g a
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Dua hal lagi yang tidak Jimin sukai,
Dingin dan hujan.
Suara derasnya air yang mengucur kebawah itu seperti aksen tawa dari semesta yang mencemooh kehidupan pahitnya, dan yang paling dia benci dari hujan adalah sendu. Titik-titik yang membasahi bumi layaknya sebuah tangisan dan Jimin benci tangisan. Ia tidak menyukai tangisan sejak kecil, sejak wanita yang dulu pernah menikahi ayahnya meninggalkan rentetan derita pada Jimin dihari hujan dalam sebuah tangisan.
Bukan tangisannya, tapi tangisan wanita itu.
Jimin tidak bisa melupakan bagaimana wanita itu menangis didepannya dan mulai melakukan beberapa hal gila yang mampu membuat Jimin merinding ketakutan.
"Aish.."
"Sajangnim.. anda baik baik saja?"
"Tidak, aku benci basah!"
Jimin menatap kesal percikan air hujan dari genangan ditrotoar yang tidak sengaja ia injak dan menciprat pada sebagian celana bahannya yang bernilai jutaan. Bukan masalah mahalnya pakaian yang ia kenakan, tapi pada dasarnya dia membenci sesuatu yang basah, dingin dan terlebih hujan.
Sial. Hujan ini tidak berhenti sejak kemarin, sejak Jimin menginjakkan kaki pertama kali didaratan Jepang. Mungkin Jepang membenci kehadirannya.
Apa ini usiran halus?
"Anda ingin mengganti celana anda?" Itu Seo Jungho yang bertanya.
"Tidak! Cepat jalan!"
Jimin nampak dalam suasana hati yang tidak baik. Sejak kemarin sih, beruntung lelaki tiga puluh tahun itu selalu bisa memenangkan tendernya, bahkan kalau dalam kondisi mood buruk ia justru lebih ganas dan lebih besar menawar, membuat pesaingnya kalah telak.
"Jam berapa sekarang?" Tanyanya.
Seo Jungho yang duduk dikursi depan disamping pengemudi melirik Jimin yang tengah melonggarkan dasinya dijok belakang, lalu melirik arlojinya sekilas sebelum menjawab.
"Pukul empat sore, anda tidak perlu khawatir, kita akan kembali dari Jepang besok pagi.."
"Justru aku ingin pulang sekarang saja!" Sahut Jimin ketus.
Jungho menutup mulutnya lalu menghela napas pasrah. Jimin sedang dalam suasana hati yang sangat sangat buruk sepertinya.
"Engg.. ada sebuah festival yang diadakan sore ini, anda ingin berjalan-jalan disana?" Tanyanya sekali lagi, barangkali menghirup udara segar mampu merefresh pikirannya bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
{✔️Complete} GROWING PAIN
Fiksi PenggemarDunia seperti memainkannya, mengejeknya, mengoloknya karena selalu gagal, selalu sendirian, selalu terluka, selalu menderita, selalu fakta tentangnya adalah menyakitkan Luka itu tidak pernah sembuh, sekian lama justru semakin tumbuh dan semakin meny...