B a g i a n T i g a P u l u h T u j u h
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."There's nothing like us, there's nothing like you and me
Together through the storm..."—Justin Bieber
✩✩✩
“Selamat pagi tante Seulgi..” Suara itu.
Yang dicemprengkan seolah dia anak anak itu. Dia Irene. Dia tinggal disini, katanya ayahnya dan ayah Seulgi yang sepakat kalau Irene harus tinggal dengan seseorang. Orangtuanya ada di Boston, katanya. Dan beberapa bulan lalu kekasihnya yang menurut cerita Jungkook juga seseorang yang Seulgi kenal, dia dijemput oleh Tuhan. Makanya Irene tidak di ijinkan tinggal seorang diri.
Kursi rodanya tertarik kebelakang dan dihadapkan menyerong kesamping. Lalu wanita dengan perut buncit yang katanya sekarang tujuh bulan itu berdiri dihadapannya membawa nampan berisi sarapannya.
“Ini sarapan kesukaanmu.. aku khusus membuatkan ini untukmu looh..” Katanya.
Seulgi menerimanya, meletakkan piring berisi nasi goreng kimchi itu diatas pangkuan.
“Kata siapa?” Tanyanya.
“Hmm? Apa?”
“Kata siapa aku suka ini?” Ulangnya, sambil meraih sendok dan mulai menyuapkan nasi goreng yang katanya kesukaannya itu. Yang benar saja.
“Ibumu, dia memasak ini setiap aku sarapan dirumahmu. Ini sarapan kesukaanmu katanya..”
“Bukan..” Balasnya.
Irene melunturkan senyumnya dan menatap Seulgi bingung.
“Itu buatan ibuku, bukan ini. Rasanya asin..”
Irene terkejut. Ayolaah mau dia memasak berapa kalipun Irene memang tidak berbakat didapur. Ia tersenyum canggung.
“Maaf.. aku ambilkan roti selai saja kalau begitu..”
“Tidak perlu. Sebenarnya tidak terlalu asin juga. Telurnya enak..”
Irene tersenyum. Belakangan Seulgi mulai menerima keadaan, dia mulai berkomunikasi dengan orang orang disekitarnya. Entah itu ayahnya, Jeon Jungkook ataupun dirinya. Bahkan dia mulai terbiasa dengan para pekerja dirumah.
“Temani aku belanja baju ya? Perutku membesar lagi. Bajunya tidak muat..”
“Dengan kursi roda? Tidak mau..”
“Eh? Siapa bilang?”
Setelah selesai memakan sarapan yang habis tak bersisa —padahal katanya asin, mereka berakhir duduk di ruang tengah. Jungkook menggendongnya turun atas permintaan Irene tadi, ia memang jarang turun dari lantai kamarnya semenjak pulang. Ia tidak ingin merepotkan orang yang sangat ia anggap asing karena sama sekali tidak ada di ingatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
{✔️Complete} GROWING PAIN
FanfictionDunia seperti memainkannya, mengejeknya, mengoloknya karena selalu gagal, selalu sendirian, selalu terluka, selalu menderita, selalu fakta tentangnya adalah menyakitkan Luka itu tidak pernah sembuh, sekian lama justru semakin tumbuh dan semakin meny...