B a g i a n D u a P u l u h S e m b i l a n
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Matahari mulai menyingsing ke barat, pertanda bahwa hari terang akan berakhir dalam hitungan beberapa jam lagi. Park Jimin menggerutu dalam lift yang membawanya ke basemen gedung elit apartemen yang dihuni Irene dan Taehyung. Sesekali dia mengumpat saat panggilannya diabaikan oleh Jeon Seulgi untuk kesekian kalinya dalam hari ini.
Entah apa yang menjadi kesalahannya kali ini, seingatnya mereka sudah berbaikan saat terakhir bertemu. Dia kira, impiannya untuk menjalin lembar baru bersama Seulgi akan segera terealisasi.
Namun, ia tak perlu lagi lebih banyak dijelaskan, hanya melalui isyarat Taehyung ia kini tahu. Pasti, Julian!
Jimin tak ingin lagi peduli ketika Seo Jungho mulai bertanya macam macam tentang kenapa Jimin tergesa-gesa sekarang. Dia hanya berjalan lurus kearah mobilnya terparkir.
"Keluar!" Perintahnya, pada sopir yang stand by dibalik kemudi.
"Tapi.. tuan-
"Aku bilang keluar!"
"Sajangnim!" Seo Jungho menegur. Jimin tak acuh.
Sopir itu keluar karena takut dengan sorot pandang Jimin yang dingin dan menuntut. Lelaki itu langsung masuk kedalam mobil, menutup dengan keras dan menghidupkan kendaraannya.
Decitan antara lantai dan ban mobil terdengar sebab Jimin membelok terburu-buru.
Seo Jungho panik dan buru buru masuk kedalam mobil lain yang dibawa bawahannya untuk mengejar.
Jimin berfokus pada jalanan, masih terus mendial nomor Seulgi yang sudah jelas jelas tidak aktif. Kesimpulan yang membuat dia melakukan hal ini adalah Julian itu gila! Dia akan melakukan apapun untuk memiliki Seulgi, dengan cara paksa jika tidak ada lagi jalan damai. Entah apapun itu Jimin hanya ingin segera tiba dirumah sakit.
Maka dengan kecepatan yang bisa disebut urakan dijalanan, ia langsung bertolak ke Rumah Sakit tempat Seulgi sekarang bekerja. Ia yakin ini masih jam kerjanya. Tak perlu waktu yang lama ia sudah berhasil memarkirkan mobil pabrikan luarnya itu dipelataran rumah sakit. Ia bergegas memasuki gedung bertingkat itu dan mencari keberadaan Seulgi.
Ruangan Seulgi bukan lagi tempat asing baginya sebab ia datang setidaknya tiga kali seminggu. Ia hapal betul letaknya, sudah seperti sebuah kebiasaan untuk datang kemari. Ia mengetuk pintu dan mengatur debar jantungnya yang tidak karuan. Napasnya naik turun karena terus berlari menyusuri koridor koridor panjang rumah sakit.
Seulgi. Dia ingin bertemu Seulgi secepatnya.
Ia membuka pintu itu ketika mendengar suara seorang wanita mengijinkannya untuk masuk. Perlahan ia geser pintu itu dan mendapati punggung seorang gadis sedang membelakanginya. Awalnya Jimin senang karena berpikir itu Seulgi, namun urung ketika mendapati ternyata itu bukan si pemilik ruangan melainkan orang lain yang juga dikenalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
{✔️Complete} GROWING PAIN
FanfictionDunia seperti memainkannya, mengejeknya, mengoloknya karena selalu gagal, selalu sendirian, selalu terluka, selalu menderita, selalu fakta tentangnya adalah menyakitkan Luka itu tidak pernah sembuh, sekian lama justru semakin tumbuh dan semakin meny...