GROWING PAIN 15

461 80 6
                                    

*Please read author notes. Penting buat yang cinta lapak ini!*

B a g i a n     L i m a     B e l a s

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

B a g i a n     L i m a     B e l a s
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Park Jimin dan Jeon Seulgi

Sebuah ironi alam yang tergaung dalam balutan takdir

Tergaung dalam rasa ketika insan saling dipertemukan

Belahan bumi memberi isyarat berjejak kenangan

Pilu membekas berakar pada hening hati yang beku

Begini kisah mereka yang semula bahagia berubah menjadi duka

Musim Semi Dua belas tahun silam

Park Jimin pernah bertanya, jika dirinya dihadapkan pada kehidupan yang berbeda. Seandainya ia terlahir dari ibu dan ayah yang tidak berstatus tinggi. Jika saja ia hanyalah segelintir manusia tidak penting diluar sana yang hanya berusaha bertahan hidup dengan kebutuhan cukup dan sederhana.

Apakah ia akan bahagia?

Lalu Jeon Seulgi pernah menjawab,

"Kehidupan sudah diatur diatas roda yang berputar, mereka yang dibawah selalu menatap keatas tanpa tahu bahwa seseorang yang berdiri diatas takut akan tergelincir jatuh pada perputaran roda kehidupan. Menurutku, setiap manusia sudah dijatuhkan pada ritme yang sama, tidak ada kebahagiaan yang utuh. Tidak ada satupun bahagia yang hadir sebelum menyesap laranya takdir. Kurasa jika ada yang bahagia dari sejak ia dilahirkan, mungkin dia akan menderita dipenghujung kehidupannya. Semua sudah ditimbang bobot keadilannya.."

Gemerisik angin musim gugur bertiup, kering membawa dingin dan usapan lembut pada kulit berbalut seragam navy khas sekolah mereka.

Park Jimin memalingkan muka dari hamparan luas rerumputan yang ramai oleh pengunjung taman, ia menatap paras Seulgi yang sedikit mendongak dengan mata tertutup menikmati desau angin. Jeon Seulgi dengan segala hal yang ada dalam dirinya adalah sesuatu yang dapat dengan mudah membuatnya jatuh hati.

"Tempat ini namanya apa?"

"Kenapa?"

"Hanya ingin kembali diwaktu yang lain.."

Seulgi membuka matanya, menengok kesamping tepat pada raut pemuda yang sejak tadi mengamatinya. Seulgi tahu, selalu tahu bagaimana cara Park Jimin menatapnya.

"Kau tidak perlu tahu, hanya datang saja padaku setiap ingin kemari. Mudah kan?"

Seulgi mendecih.

{✔️Complete} GROWING PAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang