B a g i a n E n a m
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Kendati waktu bergulir, seluruh bumi serasa terhenti dalam diri seorang Jeon Seulgi. Sejak hari dimana ia bertemu kembali dengan Irene, hal-hal seputar masa lalu kembali hadir dalam benak layaknya roll film yang terputar dengan jelas dalam ingatan.
Sebenarnya ia sudah tidak masalah lagi, ayah Julian benar-benar menyembuhkannya sebelum beliau wafat, menjadikan mentalnya lebih kuat dari Seulgi yang dulu. Namun kini sudah lagi bukan perihal rasa sakit akan ingatan yang membekas dan membuatnya trauma. Saat ini rasa sakitnya berbeda, seperti menikam tepat di jantung. Seperti kau mengalami gangguan pencernaan dan semuanya berhenti disatu tempat, sesak dan macet.
Ini sebuah perasaan yang Seulgi baru sadari. Ketika ia merasa pelukan Julian berubah rasa, tetap sehangat dulu tetapi juga dingin diwaktu yang bersamaan. Dingin karena pelukan itu menenggelamkannya dalam sebuah bayang-bayang semu penderitaan orang lain.
Park Jimin.
Lelaki bernama Jung Hoseok, pasiennya yang sialnya juga teman lamanya di sekolah menengah atas dan sahabat Kim Namjoon yang mana menjadi satu-satunya yang menerornya.
Lihat bagaimana ia menyeringai dihadapan Seulgi dengan kaki bersilang dan lengan didepan dada, bersedekap. Seulgi sangat sangat tidak ingin berada dalam situasi ini, situasi dimana ia terpaksa melihat hal-hal yang sudah ia abaikan di masa silam. Sesuatu yang ia anggap baik-baik saja tapi nyatanya dimanipulasi oleh kepalsuan.
"Kim Namjoon mengirim file itu dan kau tidak pernah membuka emailnya, jadi dia mengutusku untuk membawa kan video itu padamu.."
Begitu kata lelaki Jung itu beberapa saat lalu ketika ia datang tanpa membuat janji tapi beruntung karena Seulgi sedang tidak ada jadwal konsultasi sampai sore nanti.
Ragu namun ia memberanikan diri untuk memutar video yang diantar langsung oleh Jung Hoseok yang super sibuk menjadi superstar ini secara cuma cuma.
Hanya sesosok Jimin yang sendirian dalam ruangan putih, menduduki sebuah ranjang memeluk lutut hingga tubuhnya terlihat begitu kecil dan rapuh. Hingga saat dimana ketenangan lelaki itu pecah saat Park Jimin menjambaki rambut dengan brutal, napasnya tersengal, hingga sekelebat raut tertunduk itu terlihat sekilas, begitu pucat, bibir kering dan cekungan mata yang nampak mengerikan. Dia begitu histeris hingga jatuh dari ranjang, terpental karena getaran dari dalam dirinya sendiri. Ia ketakutan menggumam sesuatu yang sangat lirih dan tidak cukup untuk ia dengar. Bahkan ketika ia menaikkan volume dan mendekatkan pengeras pada telinga pun ia tidak mampu mendengar gumamnya.
"Jangan bunuh aku, aku bukan pembunuh.. atau jangan siksa aku, airnya banyak sekali.. itu yang dikatakan Jimin saat kambuh.." Kata Hoseok.
Lelaki itu kemudian menyandarkan diri pada kursi dengan nyaman. Tingkahnya sudah seperti bos.
KAMU SEDANG MEMBACA
{✔️Complete} GROWING PAIN
FanfictionDunia seperti memainkannya, mengejeknya, mengoloknya karena selalu gagal, selalu sendirian, selalu terluka, selalu menderita, selalu fakta tentangnya adalah menyakitkan Luka itu tidak pernah sembuh, sekian lama justru semakin tumbuh dan semakin meny...