GROWING PAIN 14

452 77 14
                                    

B a g i a n     E m p a t     B e l a s

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

B a g i a n     E m p a t     B e l a s
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Hei Jeon!"

PYARR

"Sajangnim!.."

Jeon Jungkook tanpa sadar tersentak dari lamunan dan gelas dalam genggamnya terhempas jatuh kelantai.

"Anda baik baik saja?"

Salah satu bartender cekatan menanyai keadaan atasannya itu.

"Uh aku baik, emm tolong bereskan.."

Mungkin keterkejutannya bukan hanya karena lelaki itu yang menyentaknya dari lamunan, tetapi karena siapa yang ia pikirkan tiba tiba datang secara nyata dihadapannya dan membuatnya langsung terkena serangan terkejut yang membuat jemarinya yang mencengkeram gelas kaca melemas.

Lelaki itu sendiri jadi ikut terkejut sampai terdiam mematung.

"Maaf.." Cicitnya pelan kemudian.

Jungkook menelan sulit salivanya lantas berusaha menenangkan diri.

"Ingin datang untuk minum atau kau mencariku? Kalau kau mencari Seulgi dia tidak ada.."

Park Jimin, lelaki itu tersenyum kecut lantas mendudukkan diri dikursi tinggi meja bar, tepat dihadapan Jungkook.

"Sama sekali tidak lucu, Jeon.."

"Aku juga tidak sedang melucu.."

Terkadang bagi Jimin, melihat Jungkook membuatnya banyak teringat dengan masalah masalah tentang rumitnya kehidupannya. Tentang jati dirinya, tentang siapa dirinya sebenarnya, tentang takdirnya yang terlahir sebagai salah satu tindakan kurang baik dari lelaki bejat yang menodai martabat ibu kandungnya. Entah ini sebuah kelucuan takdir atau apa, Jungkook terlihat memiliki kemiripan fisik dengan lelaki itu, dan bagaimana semesta menjelaskannya? Tentu saja karena Jungkook keponakan Song Jacob, lelaki yang membuatnya terlahir kedunia.

Lantas hal sama juga berlaku bagi Jeon Jungkook, Park Jimin merupakan sumbu yang menyulut ingatannya akan masa lampau. Tentang mendiang ibunya, wanita yang begitu ia hormati, wanita yang begitu ia cintai, ibu yang sangat baik dalam memberinya perlindungan dan kasih sayang. Siapa yang mengira saudari Song Jacob itu adalah kejahatan yang sebenarnya.

Pusat dari kesalahan yang tercipta dalam lingkar kehidupan mereka.

"Hei Jung.. kau masih begitu membenciku ya?" Tanya Jimin, sesaat setelah satu racikan minuman keras mendarat dimejanya.

Membenci ya? Sebenarnya daripada itu, ia lebih ingin menghindari Park Jimin. Bukan karena rasa benci, tetapi karena rasa bersalah. Tentu saja semuanya berawal dari rasa itu dan bagi Jungkook, kehancuran mereka baik Jimin, Seulgi maupun dirinya sendiri merupakan buntut dari sikapnya yang terlalu pengecut, terlalu naif untuk menyadari bahwa seharusnya ia akui saja dihadapan dunia bahwa ibunya perlu dicegah dalam setiap tindak nekatnya.

{✔️Complete} GROWING PAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang