GROWING PAIN 9

469 84 15
                                    

B a g i a n     S e m b i l a n

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

B a g i a n     S e m b i l a n

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Matahari beranjak dari singgasana, gelapnya malam yang dihiasi cahaya bulan bertabur bintang mengganti suasana siang menjadi malam. Seulgi tak menyangka bahwa pada akhirnya ia menginap ditempat ini karena saat menemani anak-anak bermain tadi ia sampai lupa waktu dan tak menyadari bahwa matahari akhirnya tenggelam saat dirinya masih belum beranjak dari tempatnya menatapi Jimin dengan peluh ditubuhnya terlihat begitu bahagia bermain bersama anak-anak lain hingga suara pengasuh anak memperingatkan mereka semua bahwa waktu sudah sore.

Sekarang Seulgi sedang menyiapkan makan malam bersama para pengasuh lain didapur, mereka semua menggoda Seulgi habis-habisan karena kedatangan Jimin. Seulgi sudah sangat sering mengunjungi rumah penampungan ini sejak mentornya menyarankannya beberapa tahun silam. Kegiatan seperti inilah yang membantunya melupakan rasa bersalahnya hingga ia dapat hidup lebih normal lagi dibandingkan awal-awal tahun pelariannya dulu.

"Hey.. Lexa, you can't take them all just choose one.."

"I don't know what you talking about Anna.."

"Oh come on girl, you know what I mean.."

"Well listen, Jimin is.." Seulgi menghembuskan napas pelan.

"..I just don't know how to tell you.." Tukasnya sebelum meninggalkan wanita berusia sepantarannya itu menuju meja makan, sedangkan wanita bernama Anna itu masih terus mengoceh tentang pria ini pria itu dan bla bla bla. Anna memang selalu mengejek Seulgi perihal hubungan pria dan wanita, karena Anna sedikit banyak tahu tentang Seulgi dan Julian. Maksudnya, tentang Seulgi yang sebenarnya tidak memiliki perasaan apapun pada Julian.

Ketika sampai di meja makan tanpa sengaja Seulgi melihat Jimin yang keluar dari kamar mandi dengan rambut basahnya, kamar mandi itu memang terletak dibelakang ruang makan, belum lagi ia hanya mengenakan kaus tanpa lengan memperlihatkan lengannya yang cukup dipadati otot meski tergolong kurus. Oh shit.. umpat Seulgi dalam hati, wajahnya langsung terasa panas. Jimin sendiri yang juga melihat Seulgi merasa canggung, lalu berusaha berpindah ke ruangan lain dengan cepat.

"So?"

Seulgi sedang mengumpat dengan keras dalam hatinya saat ini, Anna. Ia tiba tiba muncul disampingnya dengan mata menggodanya. Astaga Anna pasti melihat adegan beberapa saat lalu.

"Ohh god, don't disturb me Anna!"

"Heyy.. look at your face! Hahahah.. Alexa, don't forget who you are.." Seulgi menatap sedih Anna, ia tahu maksud perkataan itu.

Setelah mereka selesai menata meja makan, semuanya berkumpul ditempat itu semua anak-anak dan juga pengasuh. Mereka melakukan ritual makan malam seperti biasanya, Jimin juga berada ditengah-tengah mereka merasakan kehangatan yang selama ini tak pernah ia rasakan, hubungannya dan ayahnya memang membaik sejak Jimin memutuskan mendukung perusahaan ayahnya tapi tetap saja hubungan mereka tak bisa kembali seperti saat saat Jimin masih anak-anak dulu, ia merasa malu terhadap ayah yang menjadi walinya selama tiga puluh tahun itu, sesungguhnya ia merasa tidak pantas menjadi pewaris perusahan sebesar Myunghwa mengingat ternyata antara dirinya dan ayahnya itu tidak memiliki aliran darah yang sama. Jika bukan karena ia merasa harus membalas jasa sang ayah ia akan menolak warisan yang sangat melimpah itu.

{✔️Complete} GROWING PAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang