Nah karena tebakannya ada yang benar, aku double up deh..
Bacanya kalem kalem aja ya sambil napas🙂
Sambil dirasain emosi yang bakal muncul.
Jadi kalau lagi ditempat yang bising jangan baca dulu, saya sih biasanya kalau kayak gitu ga dapet apa apa dr yang dibaca heheBetter if you have the song on mulmed..
Selamat Membaca!
B a g i a n T i g a P u l u h
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Hari berlalu, minggu berlalu hingga berganti bulan dan Jimin masih disini.
Satu bulan yang lalu seseorang yang ia sayangi disemayamkan didalam sana dan Jimin kembali. Entahlah.. rasanya masih begitu merindukan sosok itu, senyumannya masih terbayang dalam tidurnya. Ia masih terus berdoa pada Tuhan agar ini hanyalah sebuah mimpi, ia bahkan berharap Tuhan menukar takdirnya tapi semua sudah berlalu bukan? Tidak ada yang dapat disesali karena yang telah mati tak akan mungkin hidup kembali.
“Presdir.. sudah waktunya berkunjung kerumah sakit. Anda akan terlambat dalam pertemuan jika menunda nya lagi..”
Satu perubahan dalam hidupnya. Park Hyunjung melepas seluruh tahtanya dan memberikannya kepada Jimin ditengah kejadian yang menimpa mereka. Masalah intern perusahaan, investor menuntut Jimin segera di naikkan menjadi pimpinan tertinggi perusahaan menempati tahta ayahnya. Pun Park Hyunjung mengkehendakinya bahkan sejak lama.
Seo Jungho. Lelaki itu tidak dilepas dari jabatannya tentu saja, mengingat hari itu ia nyaris bisa dikatakan lalai dalam bertugas, namun karena ia berjasa hari itu, ia tetap bekerja. Kala penembakan terjadi lelaki itu ada disana baru saja turun dari mobil yang ditumpanginya dan hendak mencari Park Jimin, karena sebuah kebetulan itu ialah yang membekukan pelaku penembakan. Ia yang mengurus seluruh tuntutan hukum atas nama Myunghwa dan ia pula yang menjadi saksi. Meskipun sedikit disayangkan catatan medis Julian yang menyatakan bahwa ia memang mengidap beberapa gangguan mental berat membuatnya bebas dari kurungan penjara untuk sementara namun sebagai gantinya ia dimasukkan kedalam panti rehabilitasi untuk mengurangi gangguan disosiasinya yang semakin parah sejak insiden itu.
Setelah menuruti perkataan Jungho, Jimin kini berada dirumah sakit. Ia membawa sebuah buku dalam genggaman tangannya, buku yang ia ambil dengan asal dari dalam ruang kerjanya. Tapi ia tidak cukup bodoh dengan membawa buku tentang bisnis. Ia tengah menunggu pintu lift tertutup kala seseorang memintanya untuk menunggu. Seo Jungho mencegat pintu dengan tangannya dan orang itu mengucap terimakasih.
“Hyungnim? Ingat aku tidak?”
Jimin yang awalnya menatap bosan angka yang menunjuk nomor lantai melirik kebawah kearah bocah yang kira-kira setinggi pinggangnya itu. Ia menelengkan kepala sambil menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
{✔️Complete} GROWING PAIN
Fiksi PenggemarDunia seperti memainkannya, mengejeknya, mengoloknya karena selalu gagal, selalu sendirian, selalu terluka, selalu menderita, selalu fakta tentangnya adalah menyakitkan Luka itu tidak pernah sembuh, sekian lama justru semakin tumbuh dan semakin meny...