B a g i a n D u a P u l u h
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Hari itu, apa yang terjadi?"
Seulgi memilin ujung snelli yang ia kenakan. Hari itu apa yang terjadi? Mengingat hari itu entah hari itu yang mana, Seulgi memiliki dua kenangan hari itu yang buruk.
"Kami tidak ada yang tahu, kami tidak ada yang memahami Seulgi.. bisa kau ceritakan?"
Mungkin pertanyaan Kim Namjoon ringan, ia hanya ingin tahu apa yang terjadi sehinga bisa memecahkan alasan Seulgi meninggalkan Korea dan memilih menjauh dari Jimin meski nyatanya hatinya berharap sebaliknya.
Pria Kim itu melepas kacamata, kemudian menarik keluar laci terbawah meja kerjanya dan mengeluarkan map cokelat berisi hal hal yang selama ini ia pendam seorang diri. Map cokelat peninggalan Kim Jaehan.
"Ini berkas tentangmu, pemeriksaan dokter Jung Hwan. Kau menceritakan tentang hari itu sedikit disini.."
"Bagaimana kau dapat ini Kim Namjoon?"
"Kau lupa professor Kim Jaehan adalah seniorku? Dia kepala departemen ini sebelum menyerahkan segalanya padaku. Termasuk tentang ini.."
Jeon Seulgi menatap kertas itu yang diserahkan Namjoon dihadapannya. Jika sudah membacanya berarti pria Kim ini sudah tahu kan setidaknya sedikit cerita tentang hari itu.
"Kau disekap ibu tirimu, bersama Jimin. Kami tahu itu, Song Yura dan Song Jacob. Kami tahu mereka, Jimin sedikitnya membocorkan sedikit tentang pembunuhan, yang membuat alam sadarnya berbisik 'aku bukan pembunuh' dan aku sampai saat ini belum paham apa makna dari kata kata dalam bawah sadar Jimin itu. Siapa yang dia bunuh dan siapa yang membunuh sebenarnya disini?"
Seulgi memejamkan matanya, Kim Namjoon membutuhkan detail kejadian itu untuk menyembuhkan Jimin. Detail cerita yang tidak akan keluar dari bibir Jimin, tapi melalui kertas yang tertulis atas nama Jung Hwan sebagai pencatatnya itu, Namjoon tahu bahwa Seulgi menceritakan semua kejadian yang menyebabkan perkara ini terjadi pada professor psikiatri itu.
"Aku akan menceritakannya.." Ucap Seulgi pada akhirnya.
"...aku akan melengkapi cerita yang tidak tercatat didalam kertas ini Namjoon-ssi. Tapi bolehkah aku meminta sesuatu atas gantinya?"
Pria Kim itu bergeming, agak mempertimbangkan. Namun ia akhirnya mengangguk.
"Jika aku sudah bercerita, boleh aku bertemu Jimin?"
Kim Namjoon agak mengernyitkan keningnya.
"Kenapa itu harus kau pertanyakan padaku?"
"Berkas kesehatan psikis Jimin, bisakah aku meminta semuanya dan bolehkah aku yang meneruskan perawatannya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
{✔️Complete} GROWING PAIN
FanfictionDunia seperti memainkannya, mengejeknya, mengoloknya karena selalu gagal, selalu sendirian, selalu terluka, selalu menderita, selalu fakta tentangnya adalah menyakitkan Luka itu tidak pernah sembuh, sekian lama justru semakin tumbuh dan semakin meny...