Assalamualaikum sobat semua...
Tabik pun...
Salam gadis Lampung, semoga suka sama ceritanya yah... Jangan lupa untuk tinggalkan jejak, vote, komen dan share...***
"Aishh.. Itu pertanyaan sangatlah konyol ! Heh, lo sekolah apa ngga hah? Kalo nanya hal itu yang faedah ngapa. Lagipula soal lo itu untuk anak TK bukan gua!" ejek Dyka. Melody hanya diam. Hening. Dyka heran kenapa gadis didepannya itu diam. Apa dia salah bicara? Dan kira - kira perkataan dia yang mana?
"Dy, ibuku memanggilku. Aku harus pergi. Maaf ya lagi - lagi kita ketemu nya hanya sebentar." ucap Melody dan berlalu pergi dengan terburu - buru. Dyka hanya diam melihat Melody yang semakin jauh dari pandangan nya.
***
Dyka memutuskan pulang ke rumah malam ini, dan dengan emosi yang belum reda. Dia berjalan gusar menuju kamarnya yang berada di lantai dua, Dyka tak ingin melihat sekeliling ruangan. Dia hanya fokus ke depan dengan mata elang.
"Dyka!" Panggil papa Doni.
"....." tak menanggapi, masih fokus berjalan ke depan.
"ANDYKA FAUSTINE!" Ulang papanya dengan nama lengkap Dyka dan nada yang naik oktaf. Yang berarti sang papa sedang mode marah, eh. ya emang sih.
"Jangan jadi anak durhaka Dy! Apa kamu tidak kasihan dengan mendiang mama kamu!" sentak papa geram.
"....." Dyka masih tidak menanggapi. Seolah - olah tak mendengar suara apapun (tuli).
"Dyka! Dengarkan orang tua kamu bicara!" kesal papa Doni. Dyka berhenti, dia diam ditengah anak tangga.
"Pertama, aku tidak pernah merasa jadi anak durhaka! Dan bukankah seharusnya pertanyaan itu buat papa!? Apa papa tidak kasihan pada mama? Kenapa papa menduakan mama? Katakan Pa! " Dyka menghela nafas sejenak "Apa.... papa masih mencintai mama? menganggap Dyka anak papa? Kalau papa masih mencintai dan menganggap Dyka anak papa, jauhi wanita sialan itu atau Dyka pergi dari rumah!" lanjutnya sarkas lalu tersenyum kecut.
"Ck, Dyka sudah menebaknya," cibir Dyka.
Papa Doni diam mematung dengan ucapan Dyka, benar saja ia tidak bisa menjawabnya. Dyka yang tak mendengar respon papanya hanya tersenyum kecut dan melanjutkan jalannya ke kamarnya.
Dyka sudah tau, bahkan sangat tau. Papanya pasti sangat bimbang saat ini. Papanya sudah terpengaruh oleh wanita sialan itu. Dyka berjalan ke kamar mandi untuk sekedar membersihkan diri, berusaha menghilangkan stres di otaknya.
Hari - harinya yang ia lewati sangatlah rumit untuk anak seusianya, entah karena dirinya sendiri atau memang karena sudah takdirnya seperti itu.
Sesampainya di kamar mandi Dyka membasahi kepalanya dengan air shower, dihabiskan nya satu botol shampo sampai tak tersisa. Berharap pikirannya jernih dengan ini. Setelahnya Dyka memutuskan berendam di bath up miliknya. Sudah 1 jam lebih Dyka berendam hingga tanpa sadar, Dyka tertidur lelap di dalam bath up.
"Dyka? Sini nak " suara lembut seorang wanita cantik berambut sebahu,memanggil anak kecil yang sedang bermain pasir di pantai.
"Mama? " Ujar anak kecil itu. Ya dia adalah Dyka kecil, waktu itu Dyka berumur 9 tahun. Dyka memang suka pantai, bahkan Dyka berkeinginan rumahnya dekat pantai.
Dyka dan keluarga selalu menyempatkan waktu untuk pergi ke pantai di hari libur.
Dyka menghampiri mamanya, dan tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe [End]✔️
Teen Fiction"WOI! BISA AWAS GAK! GUA MAU SEKOLAH! " Bentak Dyka. Melody menaikkan sebelah alisnya. "Bohong! Aku tau kamu bohong. Kamu mau tawuran kan? " Tebak Melody yang sangat tepat. Dengan gaya tangan di pinggang. "Apa peduli lo! MINGGIR!" Bentaknya lagi...