Hallo semua, assalamualaikum sobat semua..
Tabik pun...
Kembali lagi sama author, baca dan tinggalkan jejak ya... Biar author tambah semangat, hargai pemikiran author dan dapat salam dari anak Lampung! Sai bumi ruwa Jurai!***
Tok tok tok
"Biar aku mas yang membukanya." Ucap Tante Via berlalu membuka pintu.
"Dyka?" Kaget Tante Via bercampur senang.
Papa Doni yang mendengarnya langsung berlari ke depan, dan menghambur ke pelukan hangat anaknya. Erat dan lama, Doni melepas rindu yang selama seminggu ia rasakan semenjak anaknya pergi.
"Maafin papa Dy, papa akan menuruti semua kemauan dan juga keinginanmu." Ucap Doni masih memeluk erat tubuh Dyka agar tak kembali pergi meninggalkannya.
Dyka melepas pelukan itu lembut dan memasang wajah datar. "Apa papa yakin?" Tanyanya dengan menaikkan sebelah alisnya.
"Tante siap ditalak papa kamu, asal kamu tidak pergi lagi Dy." Sambung Via mantap.
Masih memasang wajah datar, melirik wajah Via dan papanya bergantian lalu menghela nafas. "Ok, kalo gitu ..." Smirknya menggantung kalimatnya, inilah yang diinginkan olehnya dan sangat dinantikannya.
"Dyka gak mau kalian cerai, jadilah keluarga yang sesungguhnya. Kita mulai semua ini dari awal, Dyka mau nerima Tante Via jadi mama sambung Dyka." Ucapnya lantang, tegas dan jelas seraya tersenyum tulus.
Papa Doni dan Tante Via membelalakkan matanya lebar karena kaget mendengar lontaran anaknya itu.
"Dy?" Kompak mereka tak percaya bercampur senang, Dyka mengangguk mantap.
Papa Doni langsung memeluk erat lagi tubuh Dyka senang, sangat senang. "Terimakasih nak."
Membalas pelukan hangat papanya, "iya ..."Lalu melepaskan pelukan itu.
"Papa jangan hanya berterima kasih padaku, sama dia juga." Pinta Dyka membuat kerutan heran di kening papa Doni.
"Maksud kamu?"
Dyka tersenyum manis dan menggeser tubuhnya, "Sini Mel!"
Tak lama kemudian keluarlah seorang gadis cantik yang seperti tak asing bagi papa Doni. Papa Doni mencoba mengingat gadis cantik itu, tapi ia masih belum bisa mengingatnya.
"Dia Melody pa, gadis yang membuat Dyka sadar akan masalah ini dan bagaimana menyelesaikannya. Dia teman Dyka yang selalu bisa membuat Dyka kesal tapi juga bisa membuat Dyka tersenyum karenanya." Tahu Dyka tersenyum.
Papa Doni baru menyadari satu hal, anaknya ini sudah bisa tersenyum tulus dan tak ada wajah kesal ataupun benci.
Melody dengan sopan menyalami kedua orang tua Dyka. "Melody, om teman Dyka." Menyalami papa Doni, sedangkan papa Doni mengusap surai Melody kagum.
Kemudian ke mama Via. "Melody, Tan." Sopannya, kemudian kembali berdiri di samping Dyka.
"Cantik!" Kagum mama Via.
"Makasih..." Senyum Melody.
"Dy?" Panggil papa.
"Ya?"
"Apa kamu yakin hanya teman?" Tanya papa Doni tak percaya.
Dyka mengangguk mengiyakan, "iya pa."
"Tapi kalau lebih ya papa setuju dan merestui hubungan kalian." Goda papa Doni.
Blush...
Mendengarnya, pipi Dyka dan Melody langsung blushing malu.
Mama Via menghampiri papa Doni dan memeluk lengan besar papa. "Liat pa, merona aja bisa kompak gitu." Goda mama Via dengan tersenyum jahil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe [End]✔️
Teen Fiction"WOI! BISA AWAS GAK! GUA MAU SEKOLAH! " Bentak Dyka. Melody menaikkan sebelah alisnya. "Bohong! Aku tau kamu bohong. Kamu mau tawuran kan? " Tebak Melody yang sangat tepat. Dengan gaya tangan di pinggang. "Apa peduli lo! MINGGIR!" Bentaknya lagi...