23

70 11 2
                                    

Tabikpun!

Happy reading!
11 Juli 2020

Jangan lupa tinggalkan jejak dan share ya...

***

"Assalamualaikum!" Salamnya, tapi tidak ada sahutan.

Dyka mulai memasuki ruangan Melody, di lihatnya Melody yang tengah tertidur pulas di brankar. Pantas saja tak ada orang yang membalas salamnya, tapi setidaknya Dyka tau malaikat yang menjawab salamnya walaupun dia tidak bisa mendengarnya. Kemudian dia menghampiri Melody dan duduk di kursi dekat brankar, di usapnya lembut surai Melody.

"Ck, kenapa harus pake acara amnesia sih. Tapi ya, gak papalah. Setidaknya dia sadar, soal ingetannya pulih kembali mah gampang." Monolog Dyka masih mengusap lembut surai Melody. Tasnya di taruh di samping kursi.

Melody menggeliat ketika merasakan seseorang mengusap lembut surainya, di pegangnya tangan itu dan memeluknya layaknya guling. Dyka melotot tak percaya, dia tak bisa bergerak saat ini. Di tepuknya pelan bahu Melody, Melody melenguh dan dengan mata berat melirik ke samping.

Seketika matanya membelalak lebar, kemudian melirik apa yang di peluknya. Auto di hempas kasar tangan Dyka ke depan, menarik selimutnya dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Kamu?" Kagetnya.

Menggaruk tengkuknya kikuk sendiri, "Aku punya nama."

"Gak tanya." Balas Melody membuat Dyka menautkan kedua alisnya.

Terlintas ide gila muncul di kepalanya, ia tersenyum miring menyeringai membuat Melody kian menciut nyalinya. Dyka mencondongkan tubuhnya makin mendekati Melody, tak lupa senyumnya yang tak lepas dari wajah tampannya.

Di tahannya tubuh Dyka yang mendekat, di dorongnya kuat namun nihil. Tenaganya masih kalah dengan tenaga Dyka yang jelas tak selemah dirinya. Dyka benar-benar menepis jarak antara mereka berdua, mulai memiringkan kepalanya.

Deg deg deg

Memejamkan matanya erat takut melihat adegan selanjutnya, jantungnya berdetak kencang dari biasanya, Melody tak mau membuka matanya. Bahkan dirinya menyembunyikan bibirnya ke dalam seraya berusaha menelan salivanya susah payah. Melody bisa merasakan nafas Dyka yang menerpa wajahnya, dia berusaha untuk tidak bernafas.

Menatap wajah Melody sedekat ini tanpa perlawanan, tidak. Dyka bukan tipe fuck boy yang mencari kesempatan dalam kesempitan, dia hanya ingin melihat reaksi Melody seperti ini. Di tatapnya Melody intens dari mata, hidung dan terakhir bibir tipis Melody dengan seringainya.

Menarik tubuhnya perlahan dan terkekeh geli melihat tingkah lucu Melody.
"Aku hanya ingin mengambil buah ini." Ucapnya santai menunjukkan buah apel di tangannya.

Melody menghela nafas lega, dan sangat terdengar jelas di telinga Dyka yang justru membuat Dyka merasa senang. "Kan bisa muter, kenapa harus--"

"Kamu kira aku akan menciummu?" Potong Dyka telak, membuat Melody diam tak bisa berucap.

"Kan bisa muter." Protes Melody mengulang ucapannya.

Dyka berkali-kali menjentikkan jarinya di depan wajah Melody, "Aku gak sebrengsek itu, mencari kesempatan dalam kesempitan. Dan mengambil first kiss mu, karena itu bukan hakku. Aku tau itu sangat berharga bagimu, karena itu ..." Dyka memegang bibir bawah Melody lembut.

"Aku tidak mau kamu menyesal di kemudian hari, dan Mel. Aku minta kamu bisa menjaganya sampai waktunya tiba untuk memberikan hak itu untuk masa depanmu." Tulus Dyka tersenyum, Melody tak munafik jika dirinya terenyuh oleh kata-kata bijak Dyka dan juga terpesona dengan keindahan ciptaan Tuhan di hadapannya.

Believe [End]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang