"Apa perlu gue ulangi? Apa... Lo udah tuli? Kalo ga denger tanya aja kembaran lo!" ledek Dyka sambil menurunkan kepalan tangan yang ada di depan wajah tampannya dengan cengkeraman kuat.
"Wihh, bro lo punya kembaran? Dari SD sampe sekarang baru tau gue. Sumpah!" Ujar Derry menepuk pundak Felix bahagia. "Emang, lo beneran tau? Siapa emang?" lanjutnya menatap penasaran Dyka.
"Ya, lo tau pithecantropus erectus kan? Yah, itu sebelas dua belaslah sama si Felix!" Tahu Dyka lalu berlalu pergi dengan santai, membelah kurungan yang di depannya. Menengok sekilas ke arah belakang dengan melambaikan tangan sarkas. Sementara Felix, Derry, Topan, dan Rudy dibuat cengo.
***
"Sialan!" Felix membanting pintu kelasnya kasar, membuat seisi kelas menjengit kaget. "Mulutnya pengen gue sumpel pake--" Umpat Felix setelah duduk di bangkunya.
"Assalamualaikum!" Sapa salam guru yang tiba - tiba memasuki ruangan memotong umpatan Felix.
"Wa'alaikum salam paakk!" Balas mereka serempak.
"Buka buku kalian halaman 56!" pinta pak guru.
Di lain sisi, Dyka tiduran santai di UKS bersama Erwin dan Sandy, mereka lebih memilih bolos pelajaran dari pada masuk kelas dengan alasan yang bisa dibilang tak masuk akal.
"Enak ya, ga capek mikir pelajaran nya pak zombie." Ujar Erwin.
"Pak zombie?" Tanya Sandy heran.
"Hem..." Balas deheman Dyka dengan posisi masih memejamkan matanya.
"Btw itu nama asli ya? Aww" tanya Sandy lagi dan alhasil Sandy meringis kesakitan karena dapat hadiah jitakan dari teman - temannya.
"Kok gw di jitak sih bukannya dibelai elah!" kesal Sandy dengan wajah dibuat - buat lucu namun dipandang jijik Erwin dan Dyka.
"Ck, itu julukannya dodol! Karna dia emang banyak yang ngomong mirip banget kek zombie, mana dia kalo ngajar waktu dekte, dianya kek baca sendiri, udah bacanya cepet kek kereta plus suaranya merdu alias merusak dunia juga serak-serak banjir bandang gitu, waktu jelasin sampe kemana-mana, panjang, kayak dongeng, yang lebih parah itu!"
"Baru setengah jelasin materi, langsung dikasih tugas soal yang padahal belum di bahas sama sekali. Kalo di protes ada aja, dia juga masuk daftar guru tersayang buat gue, karena dia gampang di kibulin haha." Jelas Erwin panjang lebar diakhiri tawa, yang lain hanya menyimak diam.
"Huh, curcol kambuh!" Ujar Sandy bersuara sambil menopang dagunya. "Nama asli?" lanjutnya dan masih memasang wajah so cute. Dyka dan Erwin memandangnya jengah.
"Terus kalo nama aslinya mah cakep san, Thomas Gabriel." Erwin menghampiri Sandy menatapnya lekat dan mendekatkan wajahnya. "Bukannya gemesin, malah kek minta di sleding San!" sahut Erwin memutar mata jengah. "Eh, Dy. Lo mau kemana?" Tanya Erwin saat Dyka akan keluar UKS.
"Ke toilet!" sahutnya lalu melenggang pergi sendiri meninggalkan Sandy dan Erwin di UKS.
Sementara Erwin kembali lanjut tidur, dan Sandy bermain ponsel.
"Shit!"
Dyka diam tepat di lorong sekolah yang sepi, sesaat setelah dia selesai dari toilet. Dyka berhenti saat merasakan seseorang dibelakangnya memegang lengan kanannya. Seketika badannya merinding. Dyka bukan tipe penakut namun entah kenapa ia seperti merasakan sengatan aliran listrik saat tangannya di sentuh seseorang di belakangnya, yang membuatnya langsung merinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe [End]✔️
Teen Fiction"WOI! BISA AWAS GAK! GUA MAU SEKOLAH! " Bentak Dyka. Melody menaikkan sebelah alisnya. "Bohong! Aku tau kamu bohong. Kamu mau tawuran kan? " Tebak Melody yang sangat tepat. Dengan gaya tangan di pinggang. "Apa peduli lo! MINGGIR!" Bentaknya lagi...