12

92 10 3
                                    

Assalamualaikum sobat semua?

Tabikpun?
Jangan lupa untuk tinggalkan jejak dan follow me.
Vote, komen dan share boleh banget yaaa...

****

Setelah bermain basket, semua langsung ke ruang ganti pakaian. Sedangkan Dyka memilih menyendiri di tribun penonton, memainkan ponselnya.

Saking asyik dan seriusnya memainkan ponsel genggamannya, ia tak sadar jika Melody sudah lama menatap dirinya di samping tempat duduknya.

Melody menyodorkan sebotol air mineral untuk Dyka, tepat di depan wajah Dyka. Dyka mendelik, ketika melihat botol mineral di sodorkan di depan wajah tampannya. "Thanks."

Mengambil botol mineral itu dan meminumnya hingga setengahnya. Lalu, ketika ia melirik ke arah samping, ia terlonjak kaget, dan mencubit hidung Melody.

"Ini beneran elu?"

"He'em."

"Lo pelajar sini?" Melody menggeleng sebagai jawaban. "Lalu? Kok bisa keluar masuk disini?"

"Lo anak guru?" Masih menggeleng.

"Anak kepsek?" Masih menggeleng.

"Terus?" Kesal Dyka.

Menghembuskan nafas, "ya gak terus. Kalo terus terus, nabrak nanti."

"Share ke gue! Lo itu siapa dan kenapa bisa kenal gue?"

"Ceritanya puaanjaaanggg....." Merentangkan kedua tangannya tersenyum.

"Lo siapa sih sebenernya? Lo itu terlalu misterius tau gak sih!" Jujur Dyka, Melody diam dengan mata berkaca-kaca.

"Melody... Melody itu bidadari!" Senyumnya mengembang, namun matanya menyiratkan kesedihan.

"Ck, kemaren ngaku peri, sekarang bidadari! Yang bener yang mana?" Horor Dyka mencari informasi.

"Suatu saat nanti, Dyka pasti tau. Dan Melody harap, Dyka gak benci Melody yah. Melody sangat nyaman dan suka kalo deket Dyka kek gini." Senyumnya yang tak pudar.

Meletakkan punggung tangannya di kening Melody, lalu memeriksa wajah cantik Melody. "Lo sakit? Dingin?" Khawatirnya.

"Nggak."

"Lo kok ngelantur sih! Belum makan? Udah makan? Airnya buat lu aja dah. Keknya lu lebih butuh!"

"Nggak."

"Gak papa bekas gue, romantis." Celetuk Dyka, pipi Melody memanas mendengarnya.

"Ng-nggak."

"Kenapa lo yang jutek?"

Melody salting dan menatap kedua mata Dyka, entah apa arti tatapan mata itu. "Bu-bukan gitu ... Maksud Melody itu ... Eh-" kagetnya ketika Dyka tiba-tiba melenggang pergi.

Ia berlari mengejar Dyka yang menjauh, dan "Dyka? Tunggu!" Teriaknya, namun nihil. Dyka tetap berjalan pergi dengan langkah besar meninggalkannya.

Grepp

Memeluk erat tubuh Dyka dari belakang, "jangan pergi Dy! Hiks hiks hiks, Melody tau. Melody itu cengeng, manja, ngeselin dan hiks. Jangan pergi Dy ..." Pinta Melody memeluk erat tubuh Dyka.

Dyka tersenyum menyeringai, "lu kenapa?"

"Melody ..." Menggigit bibirnya, bingung menjelaskannya mulai dari mana.

"Lu cewek?"

"Hah?"

"Maksud gue, lu PMS?"

"Nggak."

Believe [End]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang