28

62 11 1
                                    

Tabikpun!

Assalamualaikum,

Krissannya yah, vote jangan jadi sider! Share juga!

***

Melody menunggu Dyka di depan rumahnya, tak lama orang yang di tunggu datang melambaikan tangannya ke arah Melody. Melody tersenyum dan membalas lambaian tangan Dyka, dengan wajah tersenyum nan santainya berjalan, Dyka menghampiri Melody.

Dyka menatap Melody dari bawah sampai atas, Melody mungkin masih cocok memakai seragam SD. Tapi ia tak mau mengatakannya, itu terlalu bar-bar menurutnya. Ia juga tak mau menghilangkan mood Melody sepagi ini, yah setidaknya sampai nanti.

"Nunggu lama?" Basa-basi Dyka.

"Lumayan." Jawab Melody tersenyum tipis.

Mereka berdua pun berjalan kaki ke sekolah, tapi mungkin mereka akan naik bus agar Melody tak kecapekan. Setelah menunggu, akhirnya bus sekolah mereka datang. Banyak anak-anak yang juga naik bus, karena alasan tertentu. Di dalam bus, Dyka mencari tempat untuk duduk berdua dengan Melody.

"Apa kamu selalu naik bus?" Tanya Melody.

Mengerutkan keningnya heran, "Bukankah itu sudah pernah kau tanyakan?"

"Maybe, tapi dari tadi aku lihat gerak-gerik mu--"

Mendengus pelan, "Yah, aku akui aku emang jarang banget naik angkutan umum, karena biasanya aku naik motor. Kata-kataku kemaren itu juga cuma pencitraan doang." Jujur Dyka memotong ucapan Melody.

Takjub dengan kejujuran Dyka, Melody sedikit menganga di buatnya. "Aku takjub dengan kejujuranmu, Dyka!" Takjubnya.

"Sudah tampan, baik, care, tinggi, pinter, dan jujur. Ck, kurang apalagi coba aku ini?" Angkuh Dyka membanggakan diri.

"Diatas langit masih ada langit!" Tegur Melody tak suka.

"Hehe bercanda sayang, aku janji gak akan kaya gitu lagi!" Menunjukkan dua buah jari tangan yang membentuk huruf V.

"Sayang? Emang kamu siapa?"

"Masa depanmu."

"Terlalu percaya diri!" Cibir Melody.

"Dulu, kamu itu kalem, pinter, baik, manja dan kepo pake banget. Dan sekarang ternyata aku salah paham." Curhat Dyka dengan tampang lesu.

Melihat itu, Melody berusaha untuk tidak merespon. Tapi, tangannya tiba-tiba terulur  untuk memegang dahi Dyka. "Kamu sakit?" Tanya Melody khawatir.

Dyka menoleh dengan tampang lucu, lalu memegang tangan Melody yang masih bertengger manis di keningnya. "Kalo ada kamu, aku baik-baik saja." Senyum Dyka.

"Iiiihhh, aku serius!" Gerutu Melody.

"Aku lebih serius untuk melamarmu suatu saat nanti, ketika aku sudah mapan. Jangan tanya kenapa, karena kamu tau sendiri alasannya." Ucapnya seraya menerawang masa depan dirinya dan Melody. Sedangkan Melody sendiri acuh membuang wajahnya ke jendela.

Di ruang tamu rumah Melody, dua keluarga berkumpul. Terlihat Dyka dengan setelan jas hitam yang terlihat sangat cocok dari sudut pandang Melody dan Melody yang memakai gaun formal namun terlihat sangat anggun di mata Dyka. Keduanya saling pandang mengangumi satu sama lain.

"Jadi, apakah lamaran anak saya di terima?" Tanya papa Doni.

Memegang tangan Melody yang ada di sampingnya erat dan tersenyum. "Keputusan ada di tangan Melody, karena itu adalah masa depannya. Jadi Mel, apa kamu mau menerimanya?"

Believe [End]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang