"Awas lo!" Sarkas Topan melewati Dyka, menatap tajam Dyka lama dan sengit.
"Awas nanti lo suka sama gue, karena natap mata gue lama!" Sindir Dyka melirik penuh pesona.
"Najisss!" Topan berlalu meninggalkan Dyka kesal.
***"Dy, sewring - sewring yaw trawktir kita kawya gini!" Ujar Erwin sambil mengunyah bakso di mulutnya.
"Ck, lo emang temen idaman!" Puji Sandy.
"Hemm..." Dehem Dyka. Entah kenapa hari ini moodnya kurang baik. Kenapa dia lesu karena tak di ganggu Melody bukannya ini kemauan dia? Bukankah seharusnya dia senang?
"Dy? Lo kenapa bro? Kok diem aja, senyum gitulah, kan lo menang dan sekarang kan lo jadi ketua tim basket sekolah! Itu kan impian lo?" Ujar Erwin merangkul pundak Dyka.
"Si Dyka senyum, Ariana grande mau jadian ma gue Win!" Celetuk Sandy asal.
"Ah iya, mustahil Dyka senyum ye! Ibarat Dyka senyum, Ariel Tatum langsung mau jadi istri gue!" Ujar Erwin mulai berkhayal. Auto mendapat jitakan dari Sandy yang membuatnya meringis kesakitan. Dan terjadilah jitak menjitak antara Erwin dan Sandy membuat Dyka jengah. Dyka berlalu pergi ke atap sekolah untuk melepaskan kepenatannya.
"Kenapa sih!" Ujar Dyka mengacak rambut nya frustasi, kemudian menatap langit mendung berawan sambil tiduran.
"Kenapa gue mikirin tu cewek sih! Siapa sih dia! Akhh memikirkan tentang gadis itu membuatku gila! Gue gila!" Batin Dyka dongkol. Bayangan saat Dyka kemarin bertemu kembali terngiang di pikiran Dyka.
"Dyka? Kok disini, ga di kelas? " tanya seorang gadis, seperti? Melody? Kenapa dia bisa ada disini? Dan dari mana dia tau Dyka ada disini? Pertanyaan itu kini muncul lagi di pikiran Dyka. Ya, Dyka sebenarnya penasaran dengan siapa si melody sebenarnya. Jujur saja secuek-cueknya Dyka tapi dia juga remaja pada umumnya yang memiliki masa keinginan tahuan yang kuat.
"Lo kenapa disini hah!" Bentak Dyka jengkel saat membalikkan badannya, dan dilihatnya gadis yang selalu datang dan mengusiknya akhir-akhir ini. Gadis yang selalu mengganggu nya diwaktu yang tidak tepat. "Bisa ga sih lo sehari aja ga gua." Lanjutnya dengan melepas cekalan Melody kasar.
"Hufff... Memang ga boleh ya? " ujar Melody menunduk lesu, kemudian mendongak kan kepalanya.
"Ah, iya deh ga ngeganggu, Tapi cuma sehari kan?" Ujar Melody berusaha menatap manik mata Dyka. Namun Dyka memalingkan wajahnya.
"Ck, gue kenapa sih!" Kesal Dyka mengacak rambutnya lagi.
Disisi lain, Topan memporak- porandakan kamarnya. Dibanting semua barang - barang di atas meja dan.
Brakk
Ditinju keras cermin di kamarnya sampai tangan Topan mengeluarkan banyak darah segar.
"Lo main-main sama gue Dy! Lo udah masuk zona macan! Gue ga terima, kalo gue kalah! Gue ga terima kekalahan!" Monolog Topan geram.
"Mungkin lo kali ini menang, tapi gue akan buat lo keluar. Keluar dari sekolah! Yah, Topan ga akan meloloskan tikus yang masuk dari zonanya!" Lanjutnya dengan senyum smirknya. "Di sekolah lo di cap buruk! Dan lo juga akan keluar dengan sangat memalukan! Itu janji Topan Archies Perdana. Permainan akan dimulai Dy. Gue akan main aman tapi bisa buat lo jatuh ke ujung jurang kemalangan." Licik Topan dengan menyeringai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe [End]✔️
Teen Fiction"WOI! BISA AWAS GAK! GUA MAU SEKOLAH! " Bentak Dyka. Melody menaikkan sebelah alisnya. "Bohong! Aku tau kamu bohong. Kamu mau tawuran kan? " Tebak Melody yang sangat tepat. Dengan gaya tangan di pinggang. "Apa peduli lo! MINGGIR!" Bentaknya lagi...