Tabikpun!
Assalamualaikum...
Happy reading guys...Jangan lupa tinggalkan jejak, jangan jadi sider yah👉👈.
***
Di ruang tamu, Dyka duduk terdiam menatap kedua orang tuanya secara bergantian. Entahlah apa yang terjadi saat ini, Dyka berfikir keras menerima ini semua. Dyka menghela nafas panjang, "Baiklah, Dyka menerima tawaran ini." Putusnya sedikit ragu.
Kedua orang tua Dyka kaget mendengarnya, apa mereka tidak salah dengar? "Dy, apa kamu yakin?"
"Entahlah pa, aku tak tau. Tapi jika ini demi menyelamatkan perusahaan keluarga, kenapa tidak." Ucapnya mematahkan egonya.
Papa Doni menghampiri Dyka, lalu memeluknya erat. "Maafkan papa Dy, belum bisa membuat kamu bahagia dan menentukan pilihan mu sendiri. Papa akan terus merasa bersalah akan hal ini, juga keputusan mu." Jelas papa Doni terharu.
"Mama bangga sama kamu, rela berkorban meski mama tau hatimu bertolak belakang dengan keputusan mu itu." Bangga mama Via tersenyum sendu.
"Minggu depan keluarga kita akan bertemu dengan keluarga mereka. Jadi Dy, bersiaplah mulai dari sekarang." Tahu papa Doni menepuk pundak Dyka pelan.
"Papa minta maaf ya Dy, papa tidak bermaksud menjual mu. Papa terpaksa melakukan ini semua demi perusahaan keluarga kita."
"Dyka ngerti kok." Senyumnya seakan tak terjadi apa-apa.
Keesokkan harinya, Dyka latihan drama seperti kemarin. Namun, Melody merasa ada keanehan pada diri Dyka. Dyka seperti menghindarinya, dan dirinya tak tau alasannya apa. Dan sekarang, Melody entah kenapa merasakan nyeri di dadanya melihat kedekatan Dyka dan Ariel.
"Apa yang di sembunyikan Dyka dariku?" Gumam Melody mencoba biasa.
Tiba-tiba ada yang menepuk bahu Melody dari belakang, saat Melody menoleh ia tersenyum tipis. "Fokus Mel!" Tegur Sandy tersenyum.
"Iya, maaf ya teman-teman kalo Melody kurang fit hari ini. Jadi kurang fokus dan gak bisa lanjutin latihannya." Ucap Melody merasa bersalah dan sesak, lalu berlari meninggalkan rumah Sandy.
"Dia kenapa?" Tanya Erwin kemudian.
"Udahlah biarin aja, bocah aja di tanggepin!" Celetuk Dyka terdengar jutek.
Sedangkan disisi lain, Melody yang sebenarnya masih belum pergi jauh. Lebih tepatnya menunggu Dyka menyusul dirinya dan menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya, tapi nyatanya tidak. Mendengar kalimat yang di lontarkan Dyka kepadanya keluar air mata di pelupuk matanya.
"Ada apa dengan Dyka, kenapa dia bilang seperti itu? Apa aku punya salah? Kenapa dia gak bilang langsung ke Melody, pasti nanti Melody minta maaf." Ucap Melody menahan rasa sakit hati dan perasaan yang tidak karuan dengan memegang dadanya.
Melody menghapus air matanya kasar dan berlari dengan langkah kesal yang terdengar. Orang-orang yang didalam tambah kaget dengan Melody yang ternyata masih di situ. Dyka tersenyum getir dalam tunduknya, cobaan apalagi ini.
Sebenarnya Dyka sudah tau jika Melody belum benar-benar pulang, entahlah Dyka tak tau dengan ucapannya sendiri. Dan betapa bodohnya dia mengatakan hal tersebut, walau tau Melody belum benar-benar pulang.
Ariel yang melihat itu tersenyum senang menikmati kejadian tadi. Dirinya mendekat ke arah Dyka, memeluknya erat dari samping. Tangannya menarik dagu Dyka, "Good boy honey!" Seraya mengedipkan sebelah matanya genit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe [End]✔️
Teen Fiction"WOI! BISA AWAS GAK! GUA MAU SEKOLAH! " Bentak Dyka. Melody menaikkan sebelah alisnya. "Bohong! Aku tau kamu bohong. Kamu mau tawuran kan? " Tebak Melody yang sangat tepat. Dengan gaya tangan di pinggang. "Apa peduli lo! MINGGIR!" Bentaknya lagi...