5 is F.I.V.E

7.8K 647 5
                                    

-mencari hati pengganti adalah hal yang mustahil, sebenarnya-

"Hoi. Yok, gue anter. Bareng skuy"

Reihan menggantung tali tas disebelah pundaknya. Bersiap akan kembali ke rumah karena bel pulang sudah berbunyi sekitar 1 menit yang lalu.

Guru yang mengajar mereka sudah keluar. Kelas mereka pun hanya diisi oleh sebagian orang.

"Enggak usah rei, gue ada keperluan dulu siap ini."

"Serius lo? Emang lo bawa motor?"

"Hari ini iya, duluan aja ya"

Hardi sudah mengangkat tasnya. Dia berdiri, mempersilahkan Reihan untuk keluar terlebih dahulu karena posisi tempat duduk Reihan yang berada di dekat dinding.

"Yaudah deh gue duluan. Hati-hati lo pulangnya. Gue cabut dulu bos. Bay"

"Iya, lo juga tiati"

Hardi membuang nafasnya resah. Dia ingat, hari ini pemilik toko tempatnya bekerja menelfonnya dan mengatakan bahwa apakah Hardi bisa datang lebih cepat atau tidak.

Apakah kita sudah pernah membahas bahwa Hardi adalah seorang pegawai paruh waktu di sebuah toko buku?

iya, Hardi memang bekerja disana. Hardi ingin mandiri. Walaupun uang yang ada di tabungannya berlimpah-limpah hasil pemberian ayahnya, tapi di lubuk hatinya terdalam ada suatu perasaan takut untuk menggunakan uang itu jika keadaannya tidak penting-penting sekali.

Hardi bahagia dengan pekerjaannya. Toko buku bukanlah suatu hal yang memuakkan bagi Hardi.

Justru disana, dia akan menemukan kehangatan dan ketenangan yang disajikan oleh buku-buku yang sangat banyak. Hardi bebas membacanya. Penghasilannya selalu ditabung.

Hardi tak pernah macam-macam.Selain untuk keperluan sekolah, uangnya jarang tersedot.

Kemudian Hardi melangkahkan kakinya menuju parkiran sekolah. Rata-rata murid di sekolahnya membawa mobil. Bahkan parkiran mobil di sekolah mereka sangat luas. Hampir mirip parkiran mall yang bertingkat. Mereka memang sekaya itu dan itu bukanlah hal yang aneh.

Justru akan terlihat aneh jika ada yang seperti Hardi.

Motor miliknya biasa. Hanya motor keluaran lama yang sering dipakai oleh orang-orang biasa yang dipakai ketika bekerja. Sedangkan yang lain menaiki motor sport keluaran paling mahal yang pernah diproduksi.

Hal itu membuat tak sedikit murid-murid sombong yang sering menatap Hardi rendah.

Tentu saja, mana level mereka dengan Hardi yang hanya membawa sebuah motor biasa seperti itu. Padahal mereka tak tau dibalik hardi, ada ayahnya yang menjadi daftar orang terkaya di indonesia.

Hardi melajukan motornya biasa. Tidak cepat. Juga tidak lambat.

Jarak toko buku dengan sekolahnya cukup jauh.

Pertama kali Hardi mendapat pekerjaan itu, ketika dirinya menolong seorang pria lansia yang kesusahan membawa barang-barangnya.

Hardi yang melihat itu membantu membawa barang-barang pria itu. Ternyata rumahnya adalah sebuah toko buku yang terlihat sudah kuno. Sepertinya bangunan itu sudah lama sekali. Tapi masih terlihat asri.

Hardi memperhatikan keadaan pria itu. Dari yang Hardi dengar adalah pria itu tinggal sendirian. Istrinya sudah wafat 10 tahun yang lalu. Dia tidak memiliki satupun keturunan. Hidupnya sebatang kara.

Dari situ mereka bertukar banyak cerita. Hardi mampir sebentar. Menikmati secangkir teh yang disediakan. Dan mendengar cerita bahwa sebenarnya pria itu menginginkan seorang pegawai.

PRAHARDI [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang