Sekolah, rumah dan semuanya sekarang sangat membahagiakan.
Hubungannya dengan keluarganya membaik. Hubungannya dengan Reihan pun sudah baik-baik saja.
Hardi tau, mana mungkin temannya itu bisa marah berlama-lama.
Anthony memang belum terlalu menunjukkan perhatiannya. Sama seperti Darres. Namun dengan mereka menerima Hardi kembali saja sudah lebih dari cukup.
Hubungannya dengan Camele semakin erat. Camele selalu memperhatikan hal-hal kecil milik Hardi. Persis seperti kakak Camele nya dulu.
Hal yang paling membahagiakan lainnya adalah, ketika pagi hari Hardi ikut mencium tangan ayahnya. Tidak ada yang lebih membahagiakan dari itu semua.
Hardi merasa hidupnya sudah sangat lengkap sekarang. Walau terkadang ingatan akan Paman Esi yang sudah pergi membuatnya sedih untuk beberapa waktu.
Hardi mengganti pakaian olahraganya di ruang ganti. Reihan sedang membeli minuman di kantin tanpa mengganti bajunya terlebih dahulu.
Teman-teman sekelasnya juga sudah kembali ke kelas. Hardi hanya menunggu Reihan saja makanya dia belum kembali.
Hingga pintu ruang ganti itu terbuka. Menampilkan sekelompok siswa yang menatap kepada Hardi lalu salah seorang melempar senyum sarkas kepadanya.
Hardi menyernyitkan alisnya. Itu Edo, teman Reihan yang bisa dikatakan teman se 'geng' nya. Terkadang Reihan lebih sering berkumpul bersama Edo dan teman-temannya jika Hardi tidak ada.
Hubungan mereka kurang baik. Entah mengapa Hardi merasakan bahwa Edo kurang menyukainya. Apalagi setiap Hardi melihat Edo yang menatap dirinya dan reihan sedang pergi bersama.
Namun karena selama ini mereka tidak mengganggu, Hardi baik-baik saja. Dia tidak mungkin bisa mengatur kesenangan orang terhadap dirinya.
"Ck, lo semakin hari makin bikin mata gue sakit. Kapan lo mau pergi dari sekolah ini pengecut?". Hardi menatap Edo yang mengucapkan demikian.
Namun dihiraukannya. Edo terkenal di sekolah karena ketenarannya sebagai siswa berandal. Edo sering sekali masuk keluar bk. Tidak jarang juga beberapa kali Hardi mendengar isu bahwa Edo adalah anak geng jalanan yang bringas.
"Wah wah wah, lo kira gue hantu ya?. Songong banget gaya lo sekarang ya. Siapa namalo?. Pra pra pramudi? Pranikah?"
Hardi mengepalkan tangannya. Hardi bisa dikatakan anak rumahan. Tapi Hardi pandai bertarung. Tangannya yang berbentuk saja seharusnya sudah bisa menjelaskan.
Mendengar nama pemberian ayahnya dijelek-jelekkan, Hardi tidak terima. Dia tau bahwa Edo sedang mencari masalah dengannya. Tapi kenapa?
"Gue gak punya urusan sama kalian"
"Woah melawan juga dia bos, enaknya kita apain". Ucap salah satu siswa yang berada disamping Edo.
Mereka berempat. Hardi tidak susah untuk mengalahkan remaja-remaja sok dihadapannya jika saja mereka menyerang. Namun Hardi tidak ingin mencari masalah. Hidupnya baru saja tenang tentram.
Saat satu diantara mereka maju menyerang. Hardi menahan serangan itu. Dipelintirnya tangan salah seorang tadi hingga terdengar sebuah bunyi.
Edo menatap kesal. Temannya itu mengaduh kesakitan. Hardi melepaskan pitingannya tadi. Didorongnya orang itu hingga kembali ke tempatnya semula.
"Gue minta maaf kalau ada salah. Tapi enggak dengan berantam dan cari masalah. Gue permisi". Ucap Hardi lantang. Dia menutup lokernya hati-hati.
Edo maju selangkah. Dipukulnya keras bahu Hardi dengan sikunya. Hardi menggeram sakit. Pukulan itu terasa sangat keras.
"Lo. Jangan main-main sama gue. Gue peringatkan sekali lagi. Jangan banyak gaya. Gara-gara lo, Reihan udah jarang main sama kita. Lo kira lo siapa?"
Hardi menahan suaranya keluar. Bahunya terasa sakit. Dibaliknya perlahan tubuhnya. Ditatapnya Edo dengan marah.
Sebelum suaranya keluar, pintu kamar ganti terbuka. Reihan datang dengan sebotol air ditangannya.
Hardi menghela nafasnya. Dia tidak ingin membuat masalah baru kepada orang lain. Jadi ditahannya suaranya dan mencoba bersabar.
Reihan menatap mereka bergantian.
"Woi do, ngapain lu?"
Yang dipanggil namanya tersenyum palsu. Berlagak seperti tidak terjadi apa-apa barusan. Dijauhkannya kakinya dari Hardi dan mendekat kepada Reihan.
"Tadi kita nyari elu. Ternyata kata dia lo lagi pergi. Jangan lupa nanti sore datang ke tempat biasa ya. Gue cabut dulu"
Lalu mereka pergi meninggalkan Reihan dan Hardi di dalam. Reihan menyipitkan matanya menatap Hardi. Sepertinya ada sesuatu yang baru saja terjadi.
"Kenapa Har?"
"Enggak. Ganti baju lo buruan. Disini panas"
"Iya elah, nih minum. Gue ganti baju dulu"
Hardi menerima uluran botol yang diberika Reihan. Dibukanya botol minum itu dan meneguk setengah isinya. Bahunya masih terasa sedikit sakit. Tenaga Edo lumayan juga.
Dielusnya pelan bahunya tadi. Sepertinya akan meninggalkan bekas.
Hardi menatap Reihan yang sedang melepaskan kausnya. Perasaanya tidak tenang setelah mendengar kalimat Edo tadi.
Firasatnya mengatakan bahwa Edo akan membuat masalah. Hardi menghela nafanya pelan.
"Sekarang apalagi Tuhan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
PRAHARDI [Tamat]
Chick-Litini sedikit cerita yang kutuliskan tentang prahardi si manis yang memiliki hati setulus samudra dan tutur selembut sutra selamat memasuki dunia prahardi dan segala kepunyaannya Amaze cover by : @queenofdraw