24 AJA

5.2K 509 34
                                    

Reihan menyampirkan tas sekolahnya di bahu. Guru kelas mereka sudah keluar sejak tiga menit yang lalu. Namun kelas masih berisi beberapa anak perempuan yang sibuk menyalin tulisan dari papan tulis.

Diliriknya Hardi yang berada disampingnya. Temannya itu sedang membereskan barang-barangnya.

"Har, lo keliatan pucat dikit tuh. Lo sakit?"

Hardi mendongak menatap Reihan yang berdiri. Memang kepalanya sedikit terasa sakit. Mungkin Hardi hanya demam biasa.

"Enggak kok, gue biasa aja"

Reihan memajukan bibirnya sedikit.

"Inggik kik gii biisi iji. Klasik banget lo"

Ditepuknya bahu Hardi pelan. Yang ditepuk hanya bisa meringis tanpa sadar.

"Cepetan elah. Betah banget di sekolah. Kalau gue sih maunya sebelum bel pulang udah cabut duluan. Sayang, gue punya temen yang kayak gini"

"Jangan tularin kemalasan lo please!"

Reihan tertawa ngakak. Jarang-jarang sekali Hardi mempunyai selera humor seperti ini.

"Gini dong elo tiap hari, punya selera humor. Jangan datar terus kayak triplek"

"Lah siapa yang ngelawak?". Hardi menyernyit bingung. Setaunya dia sedang tidak melucu.

"Lucu deh cowok guee. Emmm emesh banget."

Saat Reihan akan mencubit pipinya, Hardi segera menangkis tangan itu. Ditatapnya tajam Reihan.

"Don't you dare!"

Reihan hanya tertawa. Ketika Hardi sudah berdiri dari kursinya, Reihan pun mengikuti. Mereka berjalan melewati koridor sekolah.

Beberapa siswa masih tampak berlalu lalang. Lapangan juga sedang ramai karena akan ada pertandingan antar sekolah.

Reihan tidak berniat menyaksikan. Apalagi Hardi yang notabene nya adalah siswa teladan. Orang-orang yang menghadiri paling-paling siswa yang tidak tau akan menghabiskan malam minggu dimana. Alias jomblo.

Hingga mereka berdua sampai di parkiran sekolah. Reihan mengambil kunci mobil di kantong celananya. Sementara Hardi mengambil kunci motor di tas nya.

"Har, cabut kuy malam ini. Kemana gitu, gue bosen di rumah"

"Lah, lo kan ada janji sama Edo dkk."

"Males gue lama-lama sama tuh bocah. Bawa gue sesat mulu. Sesekali pengen jadi anak mami nih yang perginya ke mall"

Hardi menggelengkan kepalanya. Hardi tidak mau menimbulkan salah paham. Apalagi kejadian tadi siang menandakan bahwa dirinya harus  lebih berhati-hati.

"Pliss lah. Kita udah jarang keluar Har. Masa lo tega liat gue mengurung diri di kamar. Secara seorang Reihan gituloh, mana bisa diem di rumah aja. Ya ya ya kita pergi ya malam ini. Gue traktir sumpah dah"

"Bukan itu Rei, tapi lo udah janji sama mereka. Nanti yang ada salah paham". Hardi mencoba meluruskan permintaan Reihan tanpa membuat temannya itu sakit hati.

"Mereka kerjaannya ga bener mulu Har, gue males. Ya udah deh kalo lo gak mau"

Melihat Reihan yang lesu mendadak, Hardi jadi merasa bersalah. Diacaknya rambutnya pelan. Frustasi melihat tingkah ngambek seorang Reihan.

"Iya iya terserah deh. Lo jemput di rumah"

Mata Reihan langsung berbinar senang. Seperti anak tk yang mendapatkan hadiah.

"Asikk. Makin cayank deh sama babang Hardi. Muachh"

Hardi hanya mengibaskan tangannya. Dihidupkannya motornya lalu naik dan bersiap pulang. Hardi memberikan satu klakson kepada Reihan menandakan dia akan pergi terlebih dahulu.

PRAHARDI [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang