Biar yang baca makin penasaran. Ampus!
--------------------Juli, 2020.
Camele naik ke lantai paling atas saat mendengar suara jeritan anak kecil yang terdengar melengking. Buru-buru ditinggalkannya bubur yang setengah jadi di atas kompor dengan tergesa-gesa.
"Ardes!??!?!"
Panggilnya khawatir saat mendengar suara sesuatu yang jatuh keras saat berada di anak tangga. Dan benar saja, bocah kecil berusia dua ahun itu sudah terduduk di atas karpet bulu yang untungnya tebal.
Astaga, bocah nakal ini.
"Ardes, yaampun kamu kenapa bisa dibawah gini sih sayang. Baru tante tinggal bentar". Ucap Camele sambil menepuk-nepuk bokong mungil bocah bernama Ardes itu.
Camele bisa membayangkan apa yang tadi terjadi sebelum dia berada disini. Tadi saat meninggalkan bayi tersebut yang sedang terlelap untuk membuatkan makananya, dia masih anteng di dalam tempat tidurnya yang tinggi.
Jika menebak dan belajar dari pengalaman sebelumnya, bocah kecil itu menangis karena dia ditinggal sendirian, lalu karena dia memang bocah tak kenal rasa takut dan pantang menyerah maka berakhirlah dia di bawah sini.
Itusih menurut pengalaman sebelumnya ya. Tapi 90% Camele yakin kronologinya begitu.
Tapi kemudian suara tangisan terdengar lagi. Makin keras oktafnya. Membuat perempuan dewasa itu kelabakan.
"Enggak bapak, enggak anak perangainya sama aja. Bikin pusing. Ya Tuhan, berikan Camele sifat tabah seorang ibu muda"
Camele berusaha mendiamkan Ardes. Dengan mencoel-coel pipinya. Gagal.
Mengusap-usap rambutnya. Gagal.
Menepuk-nepuk pantatnya yang gembil. Gagal.
Arghhh, Camele memang belum siap jadi ibu muda kalau begini ceritanya.
"Stttt Ardes udah dong, kamu laper iya? Tadi tante kan lagi bikinin bubur sayang. Kamu sih nangis. Sttt Ardes ganteng udahan dong nangisnya sayang"
Tidak berhenti juga. Bocah kecil itu menendang-nendang apapun didekatnya. Ya termasuk Camele jadi sasaran deh.
Camele melirik jam di kamar bernuansa beruang putih tersebut. Masih terlalu sore untuk Abang kampretnya itu kembali ke rumah. Artinya, Camele harus memikirkan cara lain mendiamkan bocah kecil ini.
Dan bodohnya. Oh si bodoh yang entah dimana asalnya. Camele baru ingat belum matiin kompor. Yatoyib.
Bergegas membuka pintu dengan terburu-buru. Camele menuruni tangga dengan cepat. Tidak lagi fokusnya pada jeritan bocah kecil di dekapannya yang semakin berdisco.
Tapi bukannya mencium bau gosong, Camele malah mecium bau harum semerbak.
Edo.
"Kakak lupa matiin kompor ya tadi? Untung aku langsung liat". Ucapnya santai seperti tidak terjadi apa-apa sambil merapikan bubur yang sudah tersaji di atas piring mungil dengan cantiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAHARDI [Tamat]
Literatura Femininaini sedikit cerita yang kutuliskan tentang prahardi si manis yang memiliki hati setulus samudra dan tutur selembut sutra selamat memasuki dunia prahardi dan segala kepunyaannya Amaze cover by : @queenofdraw