14 is F.O.U.R.T.E.E.N

5.4K 466 14
                                    

Anthony memandang kebawah. Puluhan orang masih berlalu lalang bahkan disaat cuaca sudah mulai tak bersahabat. Anthony bisa tau bahwa diluar angin cukup berhembus kencang dari tanaman yang ada di balkon ruangannya.

Bangunan itu terdiri atas 15 lantai. Dan Anthony selaku pemilik perusahaan raksasa itu berada di lantai paling atas. Mengenakan setelan jas yang dari kesannya saja sudah pasti mahal.

Di tatapnya hp canggih nya itu. Tertera sebuah nomor tanpa nama. Tersenyum menakutkan lalu menekan panggilan kepada  nomor tersebut.

----------

Sementara itu, mereka masih dalam perjalanan. Butuh sekitar 10 menit lagi untuk Reihan mengendarai mobil tersebut hingga sampai ke tempat yang Hardi tuju.

Hardi tersentak dari lamunannya saat hp nya bergetar.

Diluar, gerimis telah membasahi kota tersebut. Membuat beberapa orang yang masih berada di trotoar segera berlari berhamburan ke halte terdekat maupun cafe yang masih dibuka.

Langit seakan-akan sedang bersedih hingga menampilkan gelap yang seakan-akan menakut nakuti.

Reihan menurunkan suhu ac di dalam mobil tersebut. Melihat Hardi dan hp yang ada dipangkuannya menunjukkan bahwa ada sebuah panggilan masuk.

Hardi terdiam. Layar panggilan itu menampilkan seseorang yang dipanggilnya papa. Ini adalah panggilan pertama yang dilakukan oleh Anthony, ayahnya.

Apa dia salah lihat?
Apa Hardi sedang berhalusinasi?
Bagaiamana.
Apa yang harus dilakukannya?

"Har, hp lo bunyi tuh"

Geseran panggilan untuk menjawab itu membuat jantung Hardi berdetak sangat kencang sekali. Bagai tidak ada oksigen di sekitar mereka. Hardi bahkan sulit mengatur nafasnya.

Diangkatnya hp tersebut ke telinga.
Dirasakannya atmosfir yang tiba-tiba sangat canggung namun luar biasa bahagia. Jantungnya menggebu-gebu tak karuan.

Bahkan Hardi tak segan akan meneteskan air matanya jika saja tidak ada Reihan disampingnya saat ini.

"Halo, hardi?"

Hardi tergagap. Bibirnya sulit terbuka. Padahal ini adalah hal luar biasa yang selalu diimpikannya. Anthony menelfonnya. Anthony tau nomor ponselnya.

Mencoba untuk bersikap biasa di hadapan Reihan. Hardi mengarahkan Reihan untuk menepikan mobilnya sebentar.

Lalu dengan tanpa kata-kata, Hardi keluar dari dalam mobil. Menerobos gerimis dan berlari menuju atap pelindung sebuah minimarket.

"Halo, papa. Ini papa anthony? Sungguh?."

"Iya. Hardi, bisa kau kerumah sakit sekarang. Ada yang ingin kutitip kepadamu untuk kau bawa pulang. Bisa?"

Ya Tuhan, Hardi bahagia sekali. Apakah barusan ayahnya sedang meminta bantuan kepadanya. Setelah bertahun-tahun apakah ayahnya barusan berbicara dan memanggil namanya?.

"Bi..bisa pa. Hardi akan kesana. Papa butuh sesuatu yang bisa Hardi bawa?"

"Tidak, segera lekas kesini."

"Baik pa, tunggu Hardi."

Lalu panggilan itu terputus. Hardi menatap layar ponselnya lama. Seakan-akan tidak percaya bahwa baru saja papa nya benar-benar melakukan panggilan suara dengannya.

Antara bahagia dan terharu, Hardi juga gelisah. Di satu sisi dia ingin segera berlari menerobos hujan untuk lekas datang ke rumah sakit. Agar tidak membuat ayahnya menunggu.

Disatu sisi ada suatu hal yang menyuruh Hardi untuk pergi menemui Paman Esi.

'Tidak apa, aku akan menjenguk paman Esi besok sepulang sekolah. Aku tak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini.'

Lalu Hardi berlari menuju mobil. Masuk ke dalam dan mengucapkan maaf kepada Reihan karena dirinya sangat merepotkan hari ini. Namun Reihan mengabaikan permintaan maaf itu dan segera melajukan mobilnya kembali ke rumah sakit saat mendengar bahwa Hardi akan memesan taksi.

Tanpa bertanya apa-apa.
Walau Reihan tau begitu banyak pertanyaan yang ingin disampaikannya kepada Hardi.
Tentang segala hal.

Dibalik hati seorang anak yang berharap akan sebuah keajaiban, justru sebuah musibah yang telah menunggunya dengan tenang dan menyakitkan.

---------------------

20 menit yang lalu

"Tuan, kami sudah mengumpulkan semua informasi  yang anda inginkan. Anda bisa mengoreksinya"

"Baik, kalau begitu aku akan periksa."

"Sebentar tuan, orang yang bernama Resi Andreas ditemukan meninggal 5 menit yang lalu karena serangan jantung."

"Resi Andreas. Siapa dia?"

"Seorang lelaki tua tuan, tuan Hardi selalu kesana sehabis pulang sekolah. Dia memiliki sebuah toko buku di dekat sekolah tuan Hardi. Dari Informasi yang kami tau, bahkan orang tersebut telah membuat surat warisan yang ditujukan kepada tuan Hardi"

"Hmmm menarik. Aku akan periksa. Kerja bagus"

Anthony menatap file yang dikirim oleh anak buahnya. Semua informasi itu lengkap. Ditambah lagi dengan info menarik yang baru saja di dengarnya barusan.

'Sepertinya kau sangat menyayangi orang tua ini pembunuh. Kita lihat,  kejutan apa yang bisa kulakukan'

Anthony tertawa keras. Bagai dirasuki oleh jiwa-jiwa iblis yang membelenggu hatinya. Seorang ayah yang telah merencanakan rencana busuk yang akan disesalinya dengan sangat dalam.

'Kalau begitu, aku akan mulai dari dia terlebih dahulu. Ini adalah bayaran yang pantas kau terima setelah bertahun-tahun aku berbaik hati padamu. Jangan pernah kembali. Jangan pernah, Prahardi'

Anthony mengambil hp nya. Mengetik sebuah nomor yang baru saja diketahuinya. Melakukan panggilan dengan senyum picik di wajahnya.

"Halo, Hardi?"

------------------

PRAHARDI [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang