37 Dag Dig Dug

9.4K 584 202
                                    

-masa lalu itu abadi. Kamu tidak bisa menghapusnya. Tapi kamu bisa memperbaikinya supaya menjadi lebih baik lagi-

--------------------

Suasana di dalam sana masih saja menegangkan.

Anthony menahan orang-orangnya untuk memulai perkelahian.

Andreas menatapnya dengan tajam secara tiba-tiba. Raut wajahnya yang tadi penuh lelucon dan menyebalkan sekarang berubah penuh amarah.

Anthony menatap Hardi yang berhenti menggerakkan tangannya.

Jantung Anthony seperti ditusuk berkali-kali saat tangan itu tidak bergerak lagi. Terjatuh begitu saja di atas lantai yang penuh debu.

Wajah Anthony pucat pasi. Bagai tidak dialiri darah sama sekali.

"Ha....hardi" . Ucapnya bergetar

Tangan itu tidak bergerak juga.

Camele yang mendengar suara ayahnya lirih itu tiba-tiba menjadi seribu kali lebih panik.

Hardi?
Adiknya,
Kenapa?

Tak dirasakannya lagi sentuhan pada kakinya. Camele menggoyang-goyangkan kaki, mencari keberadaan Hardi.

Nihil.

Hardi masih dalam sadarnya. Hanya saja, untuk menutupi segala kesakitan yang memberontak pada tubuhnya Hardi harus memejamkan mata.

Di dalam hatinya Hardi tersenyum bahagia.

Dia selalu menantikan ini.

Disaat sakit, Hardi selalu ingin ada Anthony dan kedua kakaknya disampingnya.

Hanya kurang satu saja, Darres tidak ada disini.

Tendangan kecil lagi-lagi diberikan orang yang bernama Andreas itu.

Hardi tak sanggup mengeluarkan suara. Sudahlah.

"Heii, bodoh! Kau sudah mati? Ahh cepat sekali"

"ANDREAS..." siapapun yang mendengarnya seharusnya tau bahwa Anthony sedang tidak dalam mode yang bisa diajak kompromi.

Seharusnya Andreas tidak melakukan itu di depan mata Anthony.

Tendangan itu menyulut amarahnya sehingga membuatnya mengisyaratkan kepada salah satu anak buahnya untuk melepas tembakan.

Tembakan itu hanya sebuah gertakan. Anthony tau. Dia hanya memberi sinyal pada Andreas bahwa dia tidak takut melepaskan tembakan kapan saja.

Namun naas, tembakan bebas itu malah membuat Andreas semakin nekat.

"Kau kira aku tidak berani melepas tembakan ini sekarang juga untuk mempercepat kematian anakmu yang sekarat ini?". Semakin ditekannya ujung pistol itu pada kepala Hardi.

Anthony tampak luluh. Dengan berat hati dia memohon kepada Andreas.

"Baiklah Andre, kumohon jangan sakiti dia lagi. Biarkan dia keluar. Biarkan orang-orangku membawanya sekarang juga. Kumohon. Tolong"

PRAHARDI [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang