28 AJA

4.8K 420 42
                                    

Hardi mengendarai mobil Darres untuk menjemput Camele. Kakaknya itu mungkin sudah terlalu lama menunggu karena jadwal pulang sekolah Hardi memang agak sore.

Dengan sedikit menaikkan kecepatan, Hardi mengendarai mobil itu dengan sesekali menyalip kendaraan yang sedikit lamban di depannya.

Setelah menempuh beberapa menit, hingga Hardi bisa sampai di tempat yang sama dirinya menurunkan Camele pagi tadi.

Kakaknya itu ada disana. Duduk sendirian di sebuah kursi tunggu di dekat mading informasi. Hardi menjadi tidak enak melihat kakaknya tinggal sendiri walaupun kampus kakaknya masih terlihat ramai oleh mahasiswa lain.

Camele yang melihat mobil yang dikendarai Hardi sudah sampai, segera berlari masuk ke dalam mobil. Dibukanya pintu mobil itu dan sejuknya pendingin mobil langsung menghampirinya.

"Kak, maaf Hardi lama. Kakak jadi nunggu selama ini. Maaf ya kak"

Camele yang sibuk mendekatkan wajahnya pada ac mobil itu hanya mengibaskan tangannya.

"Enggak kok, temen kakak juga tadi barusan aja pergi. Lagian kan ini emang jadwalnya kamu pulang sekolah. Mana bisa kakak ubah sesuka hati."

"Iya, tapi Hardi jadi gak tega lihat kakak nunggu lama. Besok kakak diantar sama anggotanya papa aja deh kak, biar gak nunggu lama"

Hardi mengucapkan nya dengan sedih. Melihat kakaknya itu kepanasan dan kelelahan menunggu jemputannya.

"Ehh ngomong-ngomong".

Camele terlihat mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Dua buah tiket festival musik.

"Inihhhh. Liat deh. Tadi kakak dapat tiket ini waktu panitia acaranya datang ke kampus. Pas banget dua. Besok kita pergi ya dek?"

Dengan raut penuh harap, Camele menatap Hardi yang terlihat menatap dua buah tiket ditangannya. Tiket bergambar sebuah lautan yang sangat indah yang didapatkannya dengan menggunakan uang jajan nya selama seminggu.

"Acara festival musik?"

Camele mengangguk-anggukkan kepalanya antusias. Semoga saja Hardi mau datang ke acara seperti itu.

"Tapi itu kemaleman kak buat kita keluar". Hardi tetlihat cemas. Di tiket tersebut menunjukkan jam berapa acara tersebut dimulai.

"Yahh, padahal kakak pengen banget ke sana. Ada penyanyi kesukaan kakak yang udah kakak tunggu-tunggu bakal konser disini."

Apalah daya Hardi yang melihat kakaknya tersebut seperti itu?. Selain mengiyakan dengan terpaksa.

---------------------

Dua orang lelaki itu tampak berhadapan di sebuah ruangan yang sesak. Tidak ada ventilasi udara sama sekali. Bau keringat pun mulai tercium kemana-mana.

Salah seoarang pria berumur tampak memukul-mukulkan sarung tinjunya bersemangat.

Sedangkan yang satunya lagi, sudah terkapar di matras  yang terlihat usang.

"Pecundang. Hanya itu yang bisa kau lakukan padanya?. Membuat dahinya berdarah?. Kau lebih dari sekedar pecundang Edo. Bahkan untuk membuatnya sekarat saja kau tak mampu. Ayo, BANGUNNNN. LAWAN AKU. PAYAH. KAU PECUNDANG"

Orang itu kembali memukul-mukulkan sarung tinjunya.

Edo menatap pria itu frustasi. Dia lelah. Dia sakit. Jiwanya sakit.

Pria didepannya, yang dipanggilnya sebagai seorang "papa". Orang yang membuat dirinya berantakan. Orang yang membawanya pada jalan kehancuran. Yang selama ini diterima oleh dirinya begitu saja.

PRAHARDI [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang