Hal yang pertama kali dilihat Reihan saat membuka mata adalah Hardi yang sudah membuka matanya dan menatap kosong ke luar jendela.
Reihan mengusap matanya, dilihatnya jam yang menggantung di samping televisi. Pukul 07:06.
"Harr.."
Hardi mengalihkan pandangannya kepada Reihan.
Dilihatnya temannya yang satu itu tampak aneh dengan muka bantalnya.
"Cuci muka gih sana". Ucap Hardi
Reihan maju mendekat pada ranjang Hardi. Dipukulnya pelan lengan Hardi dan tersenyum lebar.
Betapa dirinya menantikan mata itu terbuka dan melihat nya lagi dengan jelas sedari malam kemarin.
"Sialan lo Har. Baru kali ini gue ngerasa nafas gue hampir hilang gitu aja. Bangke"
Hardi kembali mengingat-ingat lagi apa yang terjadi padanya.
Diusir.
Jalanan.
Dan sendirian.Raut wajah Hardi berubah murung.
"Seharusnya, gue gak pergi Rei. Gue mau minta maaf sama papa, sama kak Camele"
Sial.
Hardi lagi-lagi merusak mood paginya.
"Mau sampe lo mati dimakan ulat dijalanan juga bokap lo gak akan nolongin elo har. Lo kenapa tiba-tiba bego gini sih"
Reihan sungguh tidak habis fikir. Kenapa Hardi mengajaknya bertengkar padahal tadi Reihan sudah senang melihat temannya itu sudah sadar.
"Lo bener. Kayaknya papa gak bakalan mau lagi liat mukak gue. Tapi tetap rei, gue harus nunggu papa disana"
Reihan darah tinggi. Tensinya tiba-tiba terasa naik begitu cepat.
"HAR, GUE GAK TAU LO SEBODOH INI!. DIA BAHKAN UDAH GAK PANTAS LO PANGGIL BOKAP."
"Diam Rei, lo gak tau apa-apa tentang papa"
"Iya. Lo bener. Lo bener, gue gak tau apa-apa tentang elo. AHAHAHA najis banget gue. Ngerasa paling tau semuanya, padahal cuma dianggap sampah doang"
"Bukan itu maksud gue rei...". Hardi memelankan suaranya.
Melihat Reihan yang tanpak sangat serius kali ini.
Hardi merasa bersalah bertubi-tubi kembali.
"Gue lancang har pengen tau kehidupan lo. Gue kira selama ini kita bisa saling melengkapi. Nyatanya, cuma lo yang ada buat gue dan gue gak ada apa-apanya buat lo"
"Rei pliss, kepala gue sakit."
"Enggak, gue capek har. Dari dulu gue nunggu lo buat cerita. Buat bisa terbuka sama gue. Tapi apa? Gue malah liat lo hampir mati menyedihkan. Cihh"
Reihan tampak mundur selangkah dari ranjang itu.
"Ok fine, kalau emang lo ngerasa kuat buat selesaiin masalah lo sendiri, gue pergi. Gue cuma bakal datang ketika lo yang pengen gue datang Har. Dan semoga lo cepat nyadar. Kalo gue juga bisa berguna. Gue cabut"
"Reiii..."
Hardi berusaha menahan kepergian Reihan. Namun lelaki itu sudah keluar lebih dulu.
Sungguh, beban Hardi semakin bertambah saja.
Bukannya Hardi tidak mau bercerita.
Tetapi memang dia tidak bisa. Hardi tidak mau membuat temannya itu menanggung beban untuk masalah nya yang sangat berat.
Hardi tidak terbiasa. Sejak sembilan tahun yang lalu, Hardi bahkan tidak mengerti bagaimana cara mengungkapkan perasaannya sendiri.
Tubuh nya masih terlalu lemas untuk berlari mengejar Reihan keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAHARDI [Tamat]
Chick-Litini sedikit cerita yang kutuliskan tentang prahardi si manis yang memiliki hati setulus samudra dan tutur selembut sutra selamat memasuki dunia prahardi dan segala kepunyaannya Amaze cover by : @queenofdraw