Anthony memasuki rumah itu bersama dengan Darres yang dipapahnya.
Sore tadi anak bandalnya itu memaksa ingin pulang. Padahal saran dokter dia masih harus berada di rumah sakit.
Camele turun ke bawah menyambut kembarannya. Tadi Camele memilih tidak ikut menjemput karena sedang ada kelas di kampus.
Anthony membawa Darres ke sofa ruang tengah. Dirinya berkata bahwa dia harus mandi terlebih dahulu dan akan turun untuk makan malam.
Camele menjitak pelan kepada Darres.
"Astaga adek durhaka. Durjana banget sih gue baru pulang langsung disiksa"
Lalu Camele menghempaskan dirinya ke samping Darres.
Diambilnya lengan Darres dan diletakkannya di pundak nya sendiri.
"Gue rindu nih, sepi banget kampus gada lo"
"Hah itu sih gue ga heran lagi. Emang ngangenin gue mah"
"Iyain"
Sementara itu, Anthony yang sudah naik ke lantai dua berhenti di sebuah pintu cokelat yang tampak biasa.
Dibukanya pelan pintu itu hingga setengah. Menampilkan pemandangan yang membuat hatinya berdesir hangat.
Disana Hardi tertidur pulas, tampak beberapa bulir keringat yang turun karena anaknya itu lupa menghidupkan pendingin ruangan.
Anthony menatap sekeliling, diambilnya remote AC dan dinyalakannya dengan suhu normal.
Saat sedang melihat sekeliling kamar Hardi, Anthony terkejut saat mendengar suara gigauan Hardi yang tampak kelelahan.
Anthony lalu mendekat. Dengan ragu diulurkannya tangannya ke kepala Hardi.
Diusapnya rambut itu kaku. Anthony tidak pernah melakukan ini sebelumnya. Tetapi entah mengapa dirinya merasa bersalah sekali dengan apa yang dilakukannya hari ini.
Sesuatu seperti benteng pertahanan sebagai seorang ayah kepada anaknya.
Perlahan suara Hardi tidak terdengar lagi. Dengkuran halus itu terdengar dan Hardi memperbaiki tidurnya mencari posisi yang pas dengan tetap terlelap.
Anthony tersenyum kecil tanpa sadar. Matanya terasa sembab tanpa dia inginkan. Ditariknya kembali tangannya. Hatinya tiba-tiba menghangat seketika.
Semua perasaannya sekarang adalah campur aduk. Antara rasa marah dan kasih sayang yang tidak bisa ditutupi. Sembilan tahun dia mengurung hatinya dari putra nya sendiri.
Lalu mengapa sekarang dia bersikap seperti ini?.
Menghembuskan nafasnya pelan. Anthony berkata lirih sebelum meninggalkan kamar tersebut.
"Jangan bermimpi buruk lagi. Aku tidak bisa melindungimu saat kau jauh"
Lalu dia pergi meninggalkan kamar itu. Menutup pintu perlahan lalu masuk ke dalam kamarnya sendiri untuk bersiap akan makan malam bersama.
-------------------
Malam sudah bertamu. Langit diluar gemerlap oleh bintang-bintang yang sedang berpesta pora.
Camele menatap Darres dan Anthony bergantian. Dirinya resah melihat kursi di depan mereka masih kosong. Padahal biasanya Hardi akan langsung turun dan bergabung bersama mereka.
Ingin mengutarakan pertanyaan itu, namun Camele takut akan merusak suasana yang sedang baik-baik saja. Dengan lesu disantapnya makanan yang telah tersedia di meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAHARDI [Tamat]
Literatura Femininaini sedikit cerita yang kutuliskan tentang prahardi si manis yang memiliki hati setulus samudra dan tutur selembut sutra selamat memasuki dunia prahardi dan segala kepunyaannya Amaze cover by : @queenofdraw