4 is F.O.U.R

8.5K 707 9
                                    

-kamu ingin seperti orang lain, orang lain juga ingin seperti dirimu-

Reihan menoleh kesampingnya. Ujian telah selesai dilaksanakan sekitar 5 menit yang lalu. Suasana kelas mereka sedikit riuh karena tidak ada guru yang mengajar.

Reihan menyenggol lengan Hardi yang sedang tertidur di atas meja. Dengan penyumbat telinga yang menutupi kedua pendengarannya.

Reihan kira, Hardi hanya meletakkan kepala nya diatas meja dan tidak tertidur pulas.

Nyatanya, Hardi tertidur lelap sekali. Tiga kali Reihan menyenggol lengannya Hardi bahkan tak kunjung bangun juga.

"Ah elah ni anak. Tetumbenan kebo di sekolah"

Reihan mendumel sendiri di tempatnya. Sedikit heran melihat temannya yang satu itu sulit dibangunkan.

Biasanya jika Hardi menginap di rumahnya, Hardi bahkan akan terbangun ketika salah satu anggota badannya menyenggol Hardi sedikit saja.

Bahkan Reihan tak akan heran jika Hardi akan terbangun jika tiba-tiba ada suara jarum jatuh di kamarnya.

"Woi di, gue mau ke kantin nih sama yang lain. Lu ikut kagak?"

"Woii..Hardiii"

"Yaelah. Ywd gue pergi dulu deh. Ntar gue bawain lu makanan. Bye honey"

Salah satu teman sekelas Hardi melihat saat Reihan mengecupkan tangannya dan melepaskan ciuman angin itu ke arah Hardi. Dia langsung bergidik ngeri dan jijik sekaligus.

"Apaan lo bambang. Liatin gue. Yang beb gue nih. Awas lo apa-apain!"

"Dih gaje. Homo lo anjir". Ucap teman sekelas Hardi yang menatap Reihan tadi.

"Bodo"

Lalu Reihan beranjak ke kantin. Ternyata teman-temannya yang lain sudah di depan kelas menunggu dirinya sedari tadi.

                                               -----

Hardi mengangkat wajahnya pelan. Lalu melihat sekeliling nya yang sudah sepi. Bahkan tak ada orang lagi. Ternyata ini jam istirahat, tentu saja tak ada manusia yang akan menempati kelasnya ini.

Hardi meregangkan tangannya.Melihat disampingnya bahwa Reihan juga sudah tidak ada di tempatnya.

Hardi merapikan buku-bukunya dari atas meja. Melepas kedua penyumbat telinga yang sedari tadi menemaninya mengarungi pulau mimpi.

"Gue tidurnya lama banget dong ini" Gumam Hardi.

Hardi terdiam sejenak. Mencoba mengumpulkan nyawa sepenuhnya. Lalu dia mengambil tasnya. Berniat akan menikmati bekal makan siang miliknya.

Namun naas. Hardi lupa membawa bekal hari ini. Tadi pagi dia langsung berangkat ke sekolah.

"Haduh. Ya udah gue puasa dulu aja deh".

Hardi tak berniat ke kantin untuk mengisi perutnya yang keroncongan. Hardi lebih suka menabung.

Mempersiapkan keuangan jika tiba-tiba saja ada keperluan mendadak. Padahal setiap bulan, ayahnya selalu mengirimkan uang yang jumlahnya tak sedikit ke rekening Hardi.

Tapi Hardi malah lebih senang lagi, jika ayahnya memberi perhatian dan kasih sayang. Ketimbang memberi uang berlimpah-limpah yang bahkan Hardi tak tau harus digunakan kemana uang itu untuk sekarang.

Brukk

Tiba-tiba saja suara keras mengisi ruang kelas. Pelakunya adalah Reihan. Reihan petakilan yang naasnya menjadi teman karibnya hingga saat ini.

"Hai my love. Udahan nih Tidur siangnya?"

Dengan suara lantang dan memegang banyak makanan, Reihan mendekati meja Hardi.

Meletakkan semua bawaanya itu di atas meja Hardi. Tepat di meja Hardi. Yang membuat bekas minyak dari gorengan yang berplastik juga ikut melekat di meja Hardi.

Hardi menatap Reihan malas. Reihan selalu begitu. Urakan dan Juga sembrono. Untung saja tadi Hardi sudah memasukkan semua bukunya ke dalam tas.

"Hmm"

Hardi mengambil tisu yang ada di depan kelas. Menyingkirkan makanan itu di pinggir meja. Lalu membersihkan meja nya sebagian.

"Hehe, mon maap beb. Tuh makanan buat lo. Spesial. Dari Reihan ganteng."

Reihan maju. Duduk di bangkunya sendiri. Mengeluarkan hp canggihnya lalu mulai menjelajahi dunia maya.

"Ini buat gue?"

"Hooh. Makan semua ye"

"Makasih Rei"

Reihan menatap Hardi tajam.

"Njir Har. Serem gue. Lembut banget suara lo. Pake segala thanks thanks lagi. Kayak sama siapa aja lo"

"Iya. Gue kan harus bilang makasih juga. Emang kayak lo"

Syukurlah. Tuhan memang maha mengerti. Hardi lapar, tapi dia lupa membawa bekalnya. Maka Tuhan memberi malaikat untuk memberi dia makanan.

Hardi mencoba makanan dia atas mejanya. Reihan selalu memberi sesuatu secara berlebihan. Hardi hanya seorang, tapi Reihan membeli makanan sebanyak ini.

Tapi Hardi tak mau protes.

Baginya, apapun yang telah diberi oleh seseorang maka harus diterima. Tak perlu merasa sungkan. Tak perlu merasa merepotkan. Karena jika seseorang telah mau memberi, maka berarti mereka peduli.

Lagipun jika berlebih, maka dia bisa memberi kepada yang lain. Jadi dia tak perlu merasa tak nyaman.

"Nih, lo gk makan?"

"Enggak. Gue udah tadi."
"Eh tapi di".

Reihan meletakkan hp nya. Lalu menatap Hardi dengan penuh semangat 45.

"Tugas gue tadi. Thanks banget bro. Gue gatau lo rela buatin segumpuk tugas begitu. Lo gk cape buat dua? Lagian itu banyak banget cuy. Lo kapan ngerjainnya sih anjir. Penasaran gue."

"Gpp. Lagian gue buat itu waktu ada waktu senggang."

Hardi kembali melahap makanan di atas meja. Ada minuman juga dihdapannya. Tetapi Hardi lebih suka meminum air Putih daripada minuman berasa seperti itu.

"Wah parah. Gila sih. Plis bagi dong sedikit aja rajin lo ke gue. Kayaknya rajin lo udah lebih dari cukup deh. Ini bukan sekali doang lo gantiin buat tugas gue."

Reihan kembali memainkan hp nya. Menggulir layar yang menampilkan sebuah media.

"Iya. Gpp. Lo juga suka bantuin gue"

"Iya iya serah lo deh. Apapun yang buat lo seneng."

Dalam hati Reihan mendumel. Hardi itu terlalu baik.

Baik untuk hal-hal yang berguna dan positif. Selama berteman dengannya, Reihan tak pernah menemukan kesalahan yang diperbuat Hardi.

Hidupnya seperti air mengalir yang tak ada hambatan sama sekali. Menurutnya.

"Woi anjir. Apa-apaan nih artikel bangke. Masa dia bilang Lucinta Luna hamil di lapas. Anjeng emang yang nulis. AHAHAHAHA"

Reihan menepuk-nepuk mejanya sendiri. Sambil tertawa seperti orang kesurupan.

Hardi mengabaikan temannya yang satu itu. Kelakuanya memang sering aneh.

Kadang Reihan akan berteriak sesuka hati. Tak peduli di tempat ramai maupun sepi.
Hardi sudah terbiasa.
Dia juga tak keberatan.

Karena tawa milik orang lain juga bisa menjadi bahagiamu sendiri.
Sederhana tapi sering diacuhkan oleh sebagian orang.

PRAHARDI [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang