9 is N.I.N.E

6.5K 632 28
                                    

-Hal yang membuatku bahagia adalah sebuah senyuman dan perhatian,itu saja-

"Papaaaaa".

Camele berlari memeluk anthony. Tampilannya sedikit berantakan, dengan mata sembab yang menandakan bahwa dia baru saja menangis cukup lama. Anthony menatap putrinya lama. Meneliti camele dari atas hingga bawah lalu mencium kening camele pelan.

"Kau tak apa camele?. Apa mereka menyakitimu nak?"

"Tidak pa. Camele hanya sedikit masih takut."

Anthony menggerakkan tangannya kebelakang. Menandakan bahwa para bawahannya bisa pergi dari sana dan mengucap terima kasih tanpa suara.

Lalu dia kembali menatap camele lembut dengan tatapan merasa bersalah.

"Maafkan papa sayang, papa tidak bisa menjaga kalian dengan baik".

Camele tersenyum pelan. Namun ekspresi wajahnya masih menyiratkan ketakutan akan suatu hal yang masih mengganjal.

"Pa, dimana darres?"

"Camele, abangmu terkena tusukan pisau di perutnya. Tapi tak apa, dia sudah baik-baik saja. Kata dokter kita hanya menunggu dia siuman saja. Jangan khawatir ya sayang."

Anthony mengelus rambut camele pelan. Menatap putri kesayangannya itu. Putri yang mewarisi mata indah milik mendiang istrinya, Athena.

Camele bersyukur di dalam hatinya. Mereka duduk di bangku yang telah disediakan. Darres akan dipindahkan ke ruang rawat inap. Jadi mereka diminta untuk menunggu jika akan melihat keadaan Darres.

Tiba-tiba kejadian itu terulang lagi di kepalanya. Saat dirinya dibawa paksa oleh orang-orang yang memakai pakaian serba hitam itu. Camele menjerit keras. Dia berusaha untuk terlepas dari tangan-tangan mereka, namun dia tidak berdaya.

"Papa, Hardi?. Apa dia baik-baik saja. Tadi mereka memukul kepala Hardi pa". Camele terlihat khawatir. Dahinya tampak berkerut seperti sedang berpikir.

Namun tak ada jawaban yang terdengar dari ayahnya. Camele menatap Anthony. Mengetahui bahwa ayahnya tak akan menjawab, Camele mulai tak sabar. Dia ingin berusaha tidak perduli. Tapi tadi Hardi juga terkena pemukulan itu. Hardi adiknya. Camele juga tau bahwa selama ini Hardi sangat menyayanginya. Hatinya gelisah ingin mengetahui keadaan adik kandungnya itu.

"Paa..."

"Huhh. Camele dengarkan papa. Bisakah kita tidak membicarakan 'dia'. Papa pergi dulu, dokter bilang bahwa segala administrasi Darres harus segera diselesaikan."

Anthony akan segera pergi jika tangan camele tidak menahan tangannya. Anthony menatap putrinya itu. Raut wajahnya terlihat sekali bahwa dia sedang sangat membutuhkan jawaban segera.

"Paa, bukankah dia juga bagian dari keluarga ini. Bisakah sedikit saja kita menurunkan ego kita padanya. Dia masih tetap menjadi adikku pa". Intonasi suara Camele berubah sedikit lebih tegas. Namun raut wajahnya berubah murung.
Camele tak kan berhenti gelisah sebelum dia mendapatkan jawaban.

Anthony melepas tangan camele pelan. Menghembuskan nafas dengan kasar lalu pergi dari tempat itu.

"Dia bukan bagian dari keluarga semenjak perginya istriku karena perbuatannya sendiri."

Lalu Anthony beranjak begitu saja. Meninggalkan luka yang sedikit menusuk di hati Camele. Mereka pernah begitu menyayangi Hardi dengan sangat baik. Hardi adalah anak kebanggaan ayahnya dulu. Anak yang selalu mendapat perhatian lebih dari ayahnya. Bahkan lebih dari dirinya sendiri maupun Darres.

-------------

Ruangan luas bernuansa putih itu tampak lenggang. Tidak ada satu suarapun yang terdengar walau tengah diisi oleh tiga orang. Darres membuka matanya perlahan. Kepalanya sedikit pusing dan gerakan refleknya membuat sensasi ngilu pada perutnya.

PRAHARDI [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang