Bukan milikku lagi

4.7K 309 91
                                    

-orang lain selalu menunggu bahagia setelah tangis, namun mereka selalu memikirkan tangis yang akan datang saat merasakan bahagia-

-------------------------

Perempuan itu menarik selimut hingga sebatas dada sang ayah. Dikecupnya pelan pipi yang semakin tirus tersebut. Matanya berkaca-kaca.

Ayahnya yang dulunya sangat sehat dan bugar sekarang harus berdiam diri di atas ranjang tempat tidurnya selama beberapa minggu ini.

Kesehatannya menurun drastis. Bahkan lelaki paruh baya itu telah berulang kali keluar masuk rumah sakit dan mendapatkan rawat inap.

Camele menatap sendu ayahnya saat lelaki itu lagi-lagi terbatuk dengan kerasnya. Dan Camele tau betapa itu sangat menyakitkan.

"Paa, minum dulu"

Anthony menerima gelas itu dengan lemah. Ya sebut saja sekarang Anthony adalah si lemah yang tidak berdaya.

Anthony yang dulunya seorang pemimpin sukses itu sekarang hanya bisa bergaul dengan kamarnya yang terasa menyekapnya setiap detik. Mengikat kakinya sehingga Anthony tidak mampu bergerak leluasa.

Melihat putrinya yang tumbuh dengan sangat baik Anthony menitikkan air matanya. Tak tau karena apa. Yang jelas perasaannya sedikit berbeda. Seperti....ah entahlah.

"Camele,"

"Iya pa?"

"Bagaimana kabar Darres? Dia baik-baik saja kan?"

Camele mengangguk lemah. Mengingat seorang pemuda dewasa yang sudah sangat jarang bertemu dengan mereka. Kembarannya itu mendadak berubah menjadi si gila kerja yang bahkan tak kenal waktu maupun hari.

Dari pagi hingga malam, dari senin hingga kembali lagi ke minggu, Darres adalah si bos besar yang sangat sulit untuk ditemui.

Terrkadang dia berada di kota sebrang, negara sebrang, bisa jadi benua sebrang.

"Dia tetap menjadi si gila kerja pa, Camele sudah memaksanya untuk pulang malam ini. Tapi karena ada pertemuan yang tidak bisa dibatalkan olehnya maka Darres akan sampai besok pagi di acara kelulusan"

Anthony menggeleng-gelengkan kepalanya tidak habis fikir. Menyesal dulunya jika dia harus mewariskan semua pekerjaannya kepada putranya itu. Sekarang si dingin Darres sudah berubah nama menjadi si gila kerja Darres.

"Besok Darres tidak boleh terlambat ke acara nya. Edo pasti berharap kita semua berada disana"

Tiba-tiba saja suasananya berubah sendu. Air mata tak bisa ditahan keluar dari lelaki yang terbaring di tempat tidur itu.

Camele mengepalkan tangannya erat. Tau akan apa kalimat yang akan keluar setelah ini.

Sementara itu, seorang pemuda yang berada tepat di balik pintu itu merasa seperti hatinya teremas sangat keras. Tidak ada yang lebih menyakitkan dibanding mendengar kalimat-kalimat yang selalu terdengar lirihnya dari lelaki yang telah menyelamatkan hidupnya yang menyedihkan.

"Jika saja papa bisa menjadi orang tua paling beruntung di dunia ini. Pasti besok papa juga akan melihat adikmu memakai toga di kepalanya. Papa akan melihat senyumnya yang selalu terlihat bahagia. Papa akan memeluknya erat di depan semua orang agar mereka tau jika adikmu adalah yang terhebat. Sayangnya papa bukan orang itu"

Camele menahan isaknya. Isak menyedihkan yang selalu diredamnya di kamarnya dengan sebuah bantal.

Mereka semua bisa menipu orang lain bahwa mereka sudah bisa melupakan masa lalu. Mereka berubah menajadi penipu handal. Berubah menjadi seorang pemaaf yang baik hati. Sayangnya, mereka bukan. Mereka tetap saja menangis di dalam cerita yang sudah terlewat.

PRAHARDI [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang