Chanyeol itu adalah definisi teman dan kekasih yang bisa di handalkan. Buktinya saja ketika Hana, kekasihnya itu tengah pulang ke rumah ibunya di Incheon saja Chanyeol tetap membuka cafe kecil milik Hana dan rela membolos jam kuliahnya dalam beberapa hari ke depan. Padahal jika Hana tahu , gadis itu pasti akan mengamuk tidak karuan pada Chanyeol."Silahkan datang kembali." Ramah Chanyeol pada seorang pelanggan yang baru saja membeli 1 cup es kopi di jam makan siang seperti sekarang ini.
Sekalipun tidak banyak pelanggan yang datang tapi keadaan cafe milik Hana itu tidak pernah sepi pengunjung. Chanyeol sejujurnya sangat bangga terhadap kekasihnya itu yang setiap hari sudah bekerja keras selama ini.
Cring..
"Selamat dat-- oh Yena ? Baek-hyun ?"
~~~
"Jadi Yena adalah calon istri yang orang tuamu jodohkan ?" Tanya Chanyeol seraya meletakkan nampannya yang membawa 3 cangkir coklat hangat di atas meja.
"Kau belum menjawab pertanyaanku." Sela Baekhyun di ujung rasa penasarannya.
"Yena adalah teman kecilnya Hana. Kau tidak tahu itu ?"
"Tidak." Chanyeol menghela nafasnya pelan.
"Kostum kelinci kau juga tidak ingat ?"
Pancing Chanyeol mencoba mengingatkan Baekhyun. Tapi sayangnya pria Byun itu justru tidak mengingat apapun, salahkan memorinya yang terkadang buruk jika harus mengingat sesuatu.
Yena yang masih berada di sana pun hanya bisa diam tanpa mau ikut campur tapi ketika pria yang bernama Chanyeol itu mengatakan kostum kelinci maka kedua matanya terkesiap menoleh penuh menatap Chanyeol tak suka.
"Tunggu.. bagaimana kau tahu--"
"Pink bear ?!" Ucap Baekhyun setelah dirinya mengingat akan sesuatu.
"Akhirnya kau ingat juga." Kekeh Chanyeol akhirnya.
Sebutan itu sudah lama Yena tak ingin dengar sama sekali. Karena itu benar-benar memalukan untuknya.
"Yak!!" Kesal Yena pada akhirnya. Tidak cukupkah panggilan menjengkelkan itu hanya Hana saja yang memanggilnya ? Lalu apa ini ? Mengapa 2 pria mengesalkan ini juga tahu ? Terutama Baekhyun.
Keduanya terlonjak terkejut secara bersamaan menatap Yena yang justru berdecih sambil membuang muka. Dan setelahnya hanya terdengar suara kekehan Chanyeol di sana.
"Aku minta maaf. Sungguh kami tidak bermaksud mengejekmu."
"Lupakan." Jawabnya Ketus.
~~~
Hening. Baekhyun sengaja tidak ingin memulai berbicara setelah melihat bagaimana gadis itu masih kesal akibat beberapa waktu lalu yang mungkin saja sangat menjengkelkan bagi Yena.
Salahkan otaknya yang sering terlupa akan suatu hal. Seharusnya Baekhyun tidak mengatakan hal itu begitu saja terlebih lagi Yena berada di sana.
"Berhentilah menepuk-nepuk mulutmu. Lagipula aku tidak marah." Ucap Yena merasa terganggu karena Baekhyun yang terus menerus menepuk bibirnya seolah merasa bersalah.
Seketika itu juga Baekhyun menolehkan kepalanya menatap Yena beberapa detik sebelum dirinya kembali fokus menatap jalanan.
"Mianhe. " ucapnya lirih.
"Tidak apa-apa." Jawabnya acuh.
☕☕☕
Jika ada yang lebih menyakitkan daripada luka batin dan luka fisik, Yena yakin luka fisik bahkan jauh lebih baik. Tapi mengapa pilihan seperti itu tidak pernah ia dapatkan ? Luka batinnya benar-benar menyiksanya setengah mati. Rangkaian kata yang orang tuanya katakan sebagai bentuk obat penyembuh pun juga tak mampu menghilangkan luka itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU [ TAMAT ]
Fanfictiona true meaning of love that taught me to keep choosing you forever