6. No One Else

4.5K 388 2
                                    


Huhoehaneun siganmajeo akkawo
Nae maeumi mot gidaryeojwo
Modeun geol da julge
Neoege nal geolge neo neo neo

Every day, every day, every day
It was you you, you, that's true
No one else, no one else
Got eyes and curves like you



"Wah, daebak! Kau sudah dengar lagu baru Jaebum?" tanya Jackson pada Yugyeom siang itu saat mereka hendak istirahat.

Pemuda itu menonton video musik terbaru Jaebum di ponselnya sambil mengenakan earphone.

Yugyeom menggeleng, "Apa bagus?"

"Kau mengejek!? Kapan lagunya tidak bagus?" Jackson si penggemar tidak terima.

Pemuda itu memasukan ponselnya ke dalam saku setelah selesai menonton.

Yugyeom mencebik, "Bukan itu maksudku," gumamnya.

"Gyeom, kau sudah baikan dengannya kan? Apa dia sedang jatuh cinta lagi?" Jackson bertanya penuh semangat.

Yugyeom menatap Jackson bingung sambil menggeleng, "Kenapa?"

"Lagu barunya terdengar seperti dia sedang jatuh cinta,"

"Itu kan hanya lagu hyung, dia bisa dapat inspirasi darimana saja,"

"Tapi dari rumor yang beredar dia mengganti title track lagunya sebelum ia sakit. Sajang-nim bahkan marah padanya,"

Yugyeom berhenti berjalan dan menatap Jackson.

"Kau benar-benar fans garis keras hyung," pemuda itu mengacungkan jempolnya pada yang lebih tua.

"Hey, kita itu berada di agensi yang sama. Jelas rumor seperti ini bisa menyebar dengan mudah," Jackson meraih jempol Yugyeom dan menurunkannya.

Yugyeom terkikik melihat wajah kesal Jackson.

"Sudahlah. Ayo cepat, aku lapar," Jackson sedikit menarik tangan Yugyeom ke arah cafetaria.

Yugyeom berbaring di tempat tidur. Pemuda itu menatap langit-langit kamarnya sambil terngiang lagu comeback Jaebum dan perkataan Jackson. Padahal kata-kata Jaebum di cafe bersama Jinyoung hari itu membuat Yugyeom sedikit berharap.

"Aku memang tidak boleh berharap," gumam Yugyeom.

Pemuda itu lalu berbaring menyamping. Dia memainkan lampu tidurnya. Sebenarnya dia belum mengantuk, tapi dia sedang malas untuk melakukan kegiatan apapun.

Drrrt... Drrrt...

Yugyeom meraih ponselnya yang berada di dekat lampu. Ada telfon dari Jaebum. Yugyeom menghembuskan nafas kasar sebelum mengangkat telfon.

"Halo,"

"Cepat kesini sekarang,"

"Besok saja, aku malas," rengeknya.

"Sekarang! Orangtua ku ada disini, mereka ingin bertemu denganmu,"

Yugyeom buru-buru bangun, "Sekarang?"

"Iya, cepat" jawab Jaebum sebelum menutup telfon.

Yugyeom bergegas ke kamar mandi untuk cuci muka. Setelah itu dia kembali ke kamar untuk ganti baju dan mengambil ponsel. Untung saja Mark dan Jackson sedang ada kegiatan di luar kota selama dua hari, jadi dia tidak perlu membuat alasan aneh-aneh. Yugyeom bergegas keluar dan pergi dengan menggunakan taksi.

"Yugyeom, bagaimana kabarmu?" tanya ibu Jaebum saat Yugyeom datang dan langsung memeluknya.

"Yugyeom baik, eomma. Bagaimana dengan eomma?" Yugyeom menjawab kikuk. Maklum saja, dia sangat jarang bertemu mertuanya.

"Hey, jangan terlalu kaku seperti ini. Kau berbicara seolah kami ini orang asing," ujar ayah Jaebum sambil menepuk bahu yang lebih muda pelan.

"Maaf," lirihnya.

"Kami baik-baik saja," jawab ibu Jaebum sambil menggandeng Yugyeom untuk duduk di sofa.

"Kami dengar kemarin Jaebum sakit sampai harus dirawat di rumah sakit. Terima kasih sudah menjaganya untuk kami," ibu Jaebum menggenggam tangan Yugyeom hangat.

"Tidak apa-apa, saya tidak melakukan apa-apa. Justru saya yang merepotkan Jaebum hyung,"

"Hey, apa kau yang menyuruhnya menjawab seperti itu?" tanya ayah Jaebum yang duduk di single sofa pada putranya yang duduk beralaskan karpet berbulu.

"Tentu saja tidak," Jaebum membela diri. Pemuda itu memasang wajah kesal.

"Apa kalian tidak ada rencana untuk tinggal bersama?"

"Eomma..." tegur Jaebum.

"Apa? Kalian sudah lama menikah. Tapi kau masih tetap merahasiakan hubungan kalian. Padahal eomma kan juga ingin punya cucu," gerutu ibu Jaebum.

Yugyeom menelan ludah karena gugup. Tiba-tiba jantungnya berdetak lebih cepat menanti jawaban Jaebum.

"Iya, iya. Nanti eomma juga akan punya cucu," Jaebum menjawab dengan acuh tak acuh.

"Jawab yang benar, jangan main-main," ayah Jaebum menepuk bahu putranya.

"Ne~ ne~" Jaebum mengiyakan ayahnya sambil sedikit membungkuk.

Malam itu akhirnya mereka habiskan dengan membicarakan mengenai pekerjaan masing-masing. Karena orang tua Jaebum memutuskan untuk menginap, Yugyeom akhirnya ikut menginap disana. Sudah larut malam, orang tua Jaebum pasti tidak akan mengijinkannya.

Dan untuk pertama kalinya, Yugyeom tidur satu ranjang dengan Jaebum. Secara sadar, tanpa pengaruh alkohol, tanpa pengaruh obat apapun. Yugyeom merasa sangat canggung. Sampai-sampai ia berbaring menjauh dari Jaebum.

"Tidur saja yang benar, aku tidak akan macam-macam," ucap Jaebum menyadari sikap Yugyeom.

Pemuda itu lalu berbaring menyamping, membelakangi Yugyeom.

"Maaf," gumam Yugyeom.

Baby?! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang