8. My Home

4.5K 376 2
                                    

Yugyeom bangun tidur dan merasa punggungnya sangat pegal. Latihan kemarin benar-benar melelahkan. Dan hari ini dia masih harus berangkat kerja.

"Kau kenapa?" tanya Jackson yang baru saja selesai mandi.

"Punggung dan pinggang ku terasa sangat pegal. Badanku rasanya mau patah," keluhnya.

"Minum vitamin, jangan lupa banyak minum air putih,"

Yugyeom mengangguk. Pemuda itu lalu beranjak mandi. Selesai mandi dia ikut sarapan bersama Mark dan Jackson. Jackson membuat nasi goreng untuk mereka.

"Mark hyung, apa kau yang kemarin memberikan jaket padaku?"

"Eoh, kemarin ku lihat kau kelelahan dan tidur di sofa. Aku tidak berani membangunkanmu,"

"Gomawo,"

Mark mengangguk.

"Kemarin kau bahkan lupa makan siang," gumam Mark.

Yugyeom tersenyum sambil memamerkan deretan giginya. Dia sangat berterima kasih memiliki teman yang baik dan pengertian seperti ini. Mereka benar-benar menjaganya seperti seorang adik. Padahal mereka adalah dua orang perantauan yang juga jauh dari keluarga.

Mark hanya bisa pulang ke negaranya sekali atau dua kali dalam setahun. Jackson dulu lebih sering pulang jika dapat hari libur. Namun setelah berkencan dengan Mark, dia lebih memilih untuk tinggal. Dia tidak tega meninggalkan pacarnya sendirian disini.

Sebelum menikah, jika Mark dan Jackson pulang ke negara mereka Yugyeom akan pergi ke rumah hyungnya. Tapi kini dia tidak bisa melakukannya lagi. Dia juga tidak bisa pulang ke rumah orang tuanya. Mereka pasti akan curiga dan banyak bertanya. Saat-saat seperti itulah Yugyeom merasa sangat kesepian. Dan yang sering ia lakukan adalah pergi latihan menari.

"Setelah ini aku yang mencuci piring," ucap Mark.

"Tumben," Yugyeom merasa bingung.

Biasanya mereka akan meninggalkan piring kotor di wastafel. Siapa yang pulang awal, dia yang akan mencucinya.

"Pagi ini kami tidak ada jadwal. Jadwal pagi ini sudah selesai kemarin, jadi kami akan santai sejenak," ucap Jackson.

"Jadi karena itu semalam kalian pulang terlambat?"

Jackson mengangguk sambil tersenyum.

"Wah, tidak adil. Kenapa jadwalku paling banyak," keluh Yugyeom.

Jackson meletakkan piring kotornya di wastafel. Lalu mendekat dan berkata di belakang Yugyeom.

"Fighting!" godanya sebelum duduk di depan teve.

Yugyeom menggumam kesal. Mark hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan dua bocah itu.

Yugyeom baru saja selesai berlatih dengan trainee perempuan dari kelas B dan C. Tiba-tiba seniornya menelfon saat dia hendak istirahat sejenak.

"Yugyeom, jadwalmu sudah selesai?"

"Ne, seonbae. Aku baru saja selesai,"

"Datang ke ruanganku sekarang, bantu aku membuat laporan. Laporan yang kemarin tidak diterima sajang-nim. Beliau ingin kita merevisinya,"

"Baik, aku ke sana sekarang," jawab Yugyeom sebelum menutup panggilan.

Dia meraih botol air minumnya. Menenggaknya hingga tandas sebelum keluar dari ruang latihan.

Setelah selesai membuat laporan bersama seniornya, Yugyeom pergi untuk meeting dengan semua pelatih. Itu agenda tiap minggu. Saling melaporkan perkembangan anak didik satu sama lain. Mereka saling membantu dan memberi saran. Disana Yugyeom melihat Mark dan Jackson yang ternyata baru saja datang.

Baby?! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang