42

1.9K 160 3
                                    

   
    
   
Pagi hari setelah pesta itu, Yugyeom terbangun dan mendapati Jisoo sedang membersihkan ruang tamu yang terlihat seperti kapal pecah. Gadis itu juga merapihkan tempat itu. Yugyeom lalu beranjak ke dapur dan membuat sup pereda pengar untuk yang lain.

Setelah sarapan, Jinyoung dan Jisoo pamit pulang lebih dulu. Jisoo harus pergi ke Jeju siang harinya karena ada keperluan syuting. Jaebum sendiri pergi tidak lama setelah Jinyoung dan Jisoo karena harus syuting untuk promo lagu barunya. Sedangkan Mark dan Jackson memilih tinggal karena mereka libur, sekaliam menemani Yugyeom. Meskipun yang lebih muda tidak masalah jika ditinggal sendiri. Dia sebenarnya justru merasa merepotkan Jackson dan Mark, serasa mengambil waktu berdua mereka.

"Ayo makan siang Gyeom," ajak Mark sambil beranjak dari mejanya.

Yugyeom mengangguk sambil merapihkan mejanya. Namun seniornya buru-buru menahan tangan Yugyeom.

"Hari ini Yugyeom makan siang denganku, aku ada perlu dengannya," ucap sang senior sambil tersenyum.

Mark menoleh dan mengangguk pelan kemudian.

"Oh, oke," dia berkata sebelum berjalan meninggalkan mereka.

"Sunbae, ada apa?" Yugyeom bertanya heran setelah Mark pergi.

Seniornya melepaskan tangan Yugyeom sambil tersenyum. "Ah, tidak ada apa-apa. Hanya saja istriku hari ini masak banyak dan aku ingin kau membantuku menghabiskannya,"

"Ku kira ada apa," Yugyeom menghela nafas lega.

"Istriku sangat senang bisa menonton showcase Jaebum kemarin. Dia ingin berterima kasih padamu secara langsung. Tapi dia masih sibuk dengan pekerjaannya. Jadi hari ini dia memasak lebih dan memintaku untuk memakannya denganmu,"

"Kalian jadi repot, seharusnya tidak usah. Lagi pula itu juga bukan apa-apa. Aku hanya merasa sayang saja jika tiket itu tidak digunakan,"

"Dasar, kau ingin merendah untuk meroket ya?" cibir seniornya.

Yugyeom terkikik, "Kalau begitu mari kita bertemu dengan istri sunbae lain kali,"

"Call!"

Yugyeom sedang duduk di depan teve saat ia melihat Jaebum yang baru saja keluar dari kamar dengan rambut basah dan handuk kecil di lehernya. Pemuda itu lalu meletakkan ponsel di atas meja dan memanggil Jaebum.

"Kemari hyung," ucapnya.

Jaebum menurut dan mendekat, "Ada apa?"

Yugyeom meraih handuk Jaebum, "Aku ingin memgeringkan rambutmu,"

Jaebum dan Yugyeom lalu duduk berhadapan. Yugyeom menegakan duduknya sedangkan Jaebum sedikit merunduk dengan tangan kiri sebagai tumpuan. Tangan kanan Jaebum lalu terulur mengusap perut buncit Yugyeom dan menyapa anak-anak mereka.

"Sayang, kalian sedang apa di dalam?" tanyanya.

Cukup lama Jaebum menunggu tapi tidak ada reaksi di bawah telapak tangannya.

"Apa mereka mengabaikanku?" gumam Jaebum.

Yugyeom tersenyum, ia lalu memindahkan tangan Jaebum ke sisi lain perutnya.

"Sebelah sini hyung,"

Benar saja, Jaebum langsung merasakan pergerakan halus di bawah telapak tangannya.

"Ku kira mereka mengabaikanku," ucapnya sambil tersenyum.

Setelah dirasa tidak ada air yang menetes dari rambut Jaebum, Yugyeom menghentikan aktivitasnya. Dia lalu merentangkan handuk di langan sofa. Yugyeom meraih ponselnya dan lanjut menonton video.

"Kau sedang menonton apa?" Jaebum duduk merapat dan ikut menonton. Tangan kirinya melingkar dan memeluk pinggang Yugyeom.

"Cara mengasuh bayi yang baru lahir," jawab Yugyeom. "Kau harus belajar juga hyung, jadi nanti saat aku tidak ada kau bisa mengasuh mereka,"

Jaebum sedikit terkekeh, "Bicara apa kau ini, kau tidak akan kemana-mana meninggalkan mereka,"

"Jadi aku tidak boleh mandi atau ke toilet?" Yugyeom menoleh pada Jaebum.

"Tentu saja boleh,"

"Bagaimana jika ada urusan mendesak dan aku terpaksa harus meninggalkan kalian? Jika mereka menangis apa hyung akan diam saja?"

"Aku akan memanggil ibuku atau ibumu sebelum kau pergi,"

Yugyeom memukul bahu suaminya main-main, "Kita tidak bisa mengandalkan semua orang kapan saja hyung, akan ada saatnya kita harus melakukannya sendiri,"

"Oke, oke, aku akan belajar," Jaebum mengusak rambut Yugyeom dengan tangan kirinya.

Mereka kembali lanjut menonton sambil membahas isi video. Ada beberapa hal yang sulit dipahami dan butuh praktik, Yugyeom merasa mereka perlu pergi ke tempat pelatihan mengurus bayi dan Jaebum setuju.

"Ngomong-ngomong, kau tidak mengambil cuti awal seperti saran dokter Hong?" tanya Jaebum.

"Ah, aku memutuskan untuk mengambil cuti biasa. Jika mereka lahir lebih awal, maka aku akan punya waktu lebih banyak setelah mereka lahir sebelum kembali bekerja,"

"Gyeom, aku sedikit memikirkan ini tapi.... apa kau tidak ingin resign saja dan fokus merawat anak kita?" Jaebum berkata sedikit serius.

Yugyeom tersenyum, "Jika aku mampu membagi waktu, aku usahakan untuk tetap bekerja. Kita akan membutuhkan banyak hal untuk mereka di masa depan. Jadi aku ingin sebisa mungkin untuk membantu hyung. Tapi jika aku tidak mampu, aku akan mencoba memikirkannya lagi.... resign,"

"Kita akan punya dua bayi. Setuju atau tidak, kita akan membutuhkan seseorang untuk membantumu merawat mereka di masa depan,"

"Hyung ingin memanggil pengasuh?"

"Aku tidak ingin kau terlalu lelah dan kerepotan,"

"Aku akan memastikan hyung akan selalu membantuku," Yugyeom nyengir.

"Oke, kau bisa melibatkanku sebanyak yang kau butuhkan," balas Jaebum sambil mengusap lengan Yugyeom dan mendekapnya.


   
    
     
     
    
#20200802

Baby?! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang