16. Just Tonight

3.9K 345 0
                                    

    
     
"Serius bukan kau yang menulis artikelnya?" tanya Jackson pada Yugyeom siang itu saat mereka bertelepon.

"Tentu saja bukan. Untuk apa aku menulisnya,"

"Siapa tau kau berniat menolong suamimu,"

"Dengan berbohong juga?"

"Yah... tidak juga," ada jeda sejenak sebelum Jackson kembali bersuara. "Kau yakin tidak sedang hamil?"

"Aku tutup ya hyung, laporanku belum selesai, bye" Yugyeom mengakhiri panggilan sebelum Jackson sempat menjawab.

Tak lama Jackson menelfonnya lagi tapi tidak Yugyeom angkat. Akhirnya Jackson mengirim pesan.

'Sudah berapa lama? Apa Jaebum sudah tau? Selamat ya, aku turut senang untuk kalian'

Jackson juga menambahkan emoticon hati di akhir kalimatnya.

Yugyeom mendesah berat. Dia memang tidak pandai menutupi keadaan atau berbohong.

Cklek

Tak lama pintu ruangannya terbuka. Yugyeom melihat Jaebum masuk dan mendekat.

"Kenapa kau menghindariku Gyeom?"

"Tidak, aku tidak menghindar," Yugyeom sedikit gugup.

"Kau tidak menjawab telfonku, tidak membalas pesanku, apartemenmu kosong. Aku bahkan tidak tau kau tidur dimana,"

"Aku menginap di luar," jawabnya lirih.

"Kenapa menginap di luar? Ku dengar Mark hyung mengajak Jackson pulang. Kenapa kau tidak bilang? Kau kan bisa tidur di rumahku,"

"Geunyang..."

"Katakan ada apa Gyeom? Aku tidak akan tau apa salahku jika kau diam saja," mohon Jaebum.

"Aku, aku hanya tidak ingin..."

Yugyeom belum sempat menyelesaikan kalimatnya saat seniornya datang memanggil.

"Yugyeom, ayo ke ruang latihan ber... Oh, kalian sedang berbicara. Maaf," senior Yugyeom berniat berbalik pergi.

"Tidak. Kami sudah selesai. Kita bisa ke ruang latihan bersama," jawab Yugyeom cepat. Yugyeom menutup laporannya dan bangkit berdiri.

Pemuda itu segera menyusul seniornya dan mengabaikan Jaebum. Seniornya merasa tidak enak. Ia membungkukkan badan pada Jaebum sebelum pergi.

"Apa kalian sedang membicarakan masalah yang serius?" tanya seniornya sambil berjalan.

"Ah, tidak. Itu bukan apa-apa,"

"Ku pikir ada masalah,"

"Kenapa?"

"Aku dengar dia datang ke agensi untuk mencarimu. Jadi ku pikir itu masalah yang penting,"

Yugyeom terkejut mendengarnya. Dia memang menghindari Jaebum sejak membaca artikel itu dua hari yang lalu. Bahkan setelah melakukan audisi ia pulang ke rumah hyung-nya.

Euigyeom sempat bertanya kenapa sang adik tidak pulang ke rumah suaminya. Yugyeom menjadikan berita Jaebum baru-baru ini sebagai alasan. Dia bersyukur hyung-nya percaya dan membiarkan dia menginap.

Hari ini Yugyeom melatih trainee kelas A dan C. Dia juga ikut latihan koreo untuk comeback TaeHan. Saking sibuknya Yugyeom sampai lupa makan siang dan lagi-lagi tidak sempat istirahat.

Yugyeom berjalan tertatih ke arah halte bus. Perutnya sedikit nyeri dan pinggangnya terasa pegal. Badannya bahkan sampai keluar keringat dingin. Yugyeom takut terjadi apa-apa. Bahkan belum ada sebulan sejak terakhir kali ia pingsan.

Yugyeom berhasil sampai di halte. Ia duduk dan menyenderkan tubuhnya disana. Ia sudah tidak bisa berpikir jernih. Matanya mulai memberat dan perlahan ia memejam.

'Ku mohon semuanya baik-baik saja,'

Yugyeom terbangun dan dia sudah berada di bangsal rumah sakit. Dia melihat Jaebum tidur terduduk di sebelah sambil menggenggam tangannya. Dia bahkan tidak tahu bagaimana bisa berakhir disana.

"Hyung...." Yugyeom mengguncang sedikit tangannya yang di genggam Jaebum.

Pemuda itu bangun dan terkejut.

"Ada apa? Apa ada yang sakit? Perutmu sakit?" Jaebum panik.

Yugyeom menggeleng. "Kenapa aku bisa ada disini?" Yugyeom bertanya lirih.

Jaebum tidak langsung menjawab. Ia mengambilkan Yugyeom minum. Yang lebih muda meminumnya sedikit sehingga tenggorokannya terasa lebih baik.

"Aku tadi sengaja menunggumu pulang. Tapi aku tidak melihat kau keluar gedung agensi. Aku langsung mencarimu dan melihat kau pingsan di halte. Jadi ku bawa kemari,"

"Maaf sudah merepotkan," sesal Yugyeom.

"Tidak apa-apa. Tapi ku mohon jaga kondisimu baik-baik. Kau bahkan pingsan dua kali dalam sebulan,"

"Apa dokter mengatakan sesuatu?" Yugyeom bertanya takut-takut.

"Dokter bilang kau mengalami anemia dan kelelahan. Kau harus di rawat disini sampai kondisimu pulih,"

"Apa hyung mengatakannya pada keluarga kita?"

"Euigyeom sempat menelfon dan aku bilang padanya. Dia ingin kemari tapi aku melarang. Hyung mu mungkin memberitahu yang lain juga dan mereka akan datang besok,"

"Aku benar-benar menyusahkan...." Yugyeom menatap Jaebum merasa bersalah.

"Sudah tidak usah dipikirkan. Yang penting sekarang kau baik-baik saja," balas Jaebum sambil mengusap rambut Yugyeom lembut.

"Aku lupa, kau belum makan 'kan? Mau ku belikan sesuatu?" Jaebum bertanya kemudian.

"Bisa tolong belikan roti hyung?"

"Jangan hanya roti. Yang lain, mau sup?"

Yugyeom menggeleng, "Aku tidak begitu nafsu makan. Tolong roti saja,"

Jaebum menyerah, akhirnya ia mengangguk.

"Tunggu sebentar ya," ucap Jaebum sebelum keluat ruang rawat.

"Besok pagi dokter bilang akan melakukan USG," ucap Jaebum sambil membenarkan letak selimut Yugyeom setelah anak itu makan.

"Besok pagi?" Yugyeom terkejut.

Jaebum menghela nafas. Yang lebih tua meraih tangan Yugyeom dan menggenggamnya hangat.

"Yugyeom, aku sudah tau semuanya,"

'Aku juga,' batin Yugyeom sedikit kesal.

"Malam itu saat aku pulang......"
               
        
     
      
    
      
    
       
      
         

#20200410

Baby?! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang