27. You Are

2.5K 218 0
                                    

Yugyeom duduk di kursi meja makan. Dia menatap ibunya yang tadi tiba-tiba datang sambil membawa sup rumput laut.

"Supaya air susunya lancar," jawab ibunya saat Yugyeom bertanya kenapa membawa sup itu.

"Tapi dia lahirnya masih lama eomma,"

"Tidak apa-apa, tetap saja tubuhmu sudah mulai merespon sejak kau hamil,"

Ibunya benar, dadanya jadi lebih sensitif semenjak ia hamil. Dulu Youngjae pernah memukulnya pelan dan itu terasa sakit. Jujur saja, dadanya juga sedikit bengkak.

Sekarang ibunya sedang menata makanan di meja. Mereka berniat makan malam berdua. Yugyeom juga meminta ibunya untuk menginap malam itu. Meski hari masih belum begitu larut, tapi dia ingin ibunya tinggal lebih lama.

Tidak lama, Yugyeom merasa seperti ada pergerakan halus di dalam perutnya. Yugyeom menyentuhnya lembut, mungkin janinnya memang mulai bergerak. Tapi karena masih trimester kedua, jadi masih belum seaktif itu.

"Kenapa? Perutmu sakit?" tanya ibunya.

Yugyeom menggeleng, "Mereka mulai bergerak pelan," ucapnya.

"Wah, padahal baru memasuki lima bulan," ibunya mengusap perut Yugyeom sebelum duduk di sebelahnya.

"Ini normal?" tanya Yugyeom setelah mendengar kata-kata ibunya.

"Tentu saja. Tapi mereka akan lebih aktif setelah usia 6-7 bulan,"

"Apa itu sakit?"

"Hm... terkadang, terutama saat mereka lapar. Tapi itu akan membuatmu lebih sering ke toilet," ibunya tertawa kecil.

"Kenapa?"

"Karena mereka menendang kantung kemihmu. Dan mereka juga lebih aktif malam hari,"

Yugyeom tidak bisa membayangkan dirinya untuk sering bangun malam hari untuk ke toilet. Baru usia lima bulan saja kadang ia kesusahan bangun, bagaimana jika sudah tujuh bulan delapan bulan?

Melihat ekspresi Yugyeom yang berubah, ibunya tersenyum.

"Tidak usah dipikirkan, nanti kau juga akan terbiasa. Perutmu tidak akan langsung membesar tiba-tiba,"

Yugyeom mengangguk. Ibunya benar. Dia memang selalu berpikir berlebihan.

"Sudah, ayo makan. Nanti keburu dingin,"

Ibu Yugyeom meraih mangkuk dan mulai mengambil sup untuk Yugyeom. Mereka mulai makan bersama.

"Eomma, apa kita punya gen kembar?" Yugyeom penasaran, ia sangat terkejut saat dokter bilang ia hamil anak kembar.

"Yang eomma tau tidak ada. Keluarga appa dan eomma tidak ada yang punya riwayat saudara kembar. Mungkin dari suamimu,"

"Mungkin..." Yugyeom bergumam lirih.

Ia juga belum bertanya pada suaminya. Semenjak tau bahwa dulu ayah Jaebum bersikap buruk dan membuat orang tuanya bercerai, Yugyeom tidak berani bertanya tentang orang tuanya. Itu bukan masa yang indah, dia pasti ingin melupakannya.

"Kalian sudah tau jenis kelaminnya?"

"Belum, usg terakhir belum bisa dilihat,"

"Kau ingin punya anak laki-laki atau perempuan?"

"Apa saja eomma, yang penting sehat,"

"Eomma harap bisa punya cucu perempuan. Bukankah lucu jika kita bisa mengikat rambutnya dan memberinya jepit rambut?"

Yugyeom tersenyum. Eommanya benar, anak perempuan sepertinya lucu.

"Besok aku pulang langsung ke agensi,"

"Kenapa?" Yugyeom merasa heran.

"Tidak tau. Manager hyung bilang begitu,"

Yugyeom mengangguk, "Baiklah, besok aku akan menyambutmu di agensi,"

"Tiba-tiba? Aku jadi penasaran," Jaebum menggodanya.

"Hanya sesekali, aku ingin mencobanya," Yugyeom tersenyum.

"Baiklah. Aku akan tidur sambil memikirkan kira-kira penyambutan seperti apa yang akan kau lakukan,"

"Menurut hyung seperti apa?"

"Mungkin kau akan tiba-tiba memelukku di depan umum sambil berkata, 'suami ku, selamat datang kembali'," Jaebum terkekeh sendiri dengan leluconnya.

Yugyeom juga ikut tertawa. "Aku tidak seperti itu, itu terlalu berlebihan,"

"Aku hanya membayangkan tindakan paling gila yang bisa kau lakukan. Jika ternyata kau tidak melakukannya, setidaknya aku tidak akan malu,"

"Aku tentu tidak akan mempermalukan diriku di depan umum,"

"Memangnya kau pikir aku mau mempermalukan diriku juga?"

Yugyeom tiba-tiba tertawa. "Kau tidak ingat hyung? Kau sudah melakukannya saat awal debut,"

"Aish, kenapa kau masih mengingat hal itu," Jaebum merasa malu.

Jaebum yakin, Yugyeom pasti mengingat ia yang di awal debut sering beraegyeo dan menunjukkan wajah bodoh. Dulu dia sering melakukannya supaya fans senang. Sekarang ia malu jika harus melakukannya.

"Chic and sexy? Itu konyol," Yugyeom tertawa lagi.

"Apa menertawakan suami mu membuat kau senang?" sindirnya.

"Tentu saja. Ini lucu. Lihat sekarang, hyung bahkan tidak mau dibilang imut,"

Jaebum tersenyum diam-diam. Dia masih bisa mendengar tawa bahagia Yugyeom.

"Sayang aku tidak ada bersamamu sekarang,"

"Wae?" Yugyeom mulai berhenti tertawa.

"Aku tidak bisa melihat tawamu,"

"Nanti setelah hyung pulang kita bisa tertawa bersama,"

"Ah, aku jadi ingin cepat pulang. Sayangnya aku sedikit lelah dan masih ingin menikmati pemandangan Jepang sejenak," canda Jaebum.

"Ya, ya, lanjutkan saja,"

"Kau tau, aku bisa lega sejenak. Konser selesai, aku bisa istirahat sejenak sebelum kembali ke Korea dan memulai semua jadwal baru. Kembali bergelut dengan studio, musik, dan menari,"

"Silahkan nikmati waktu luangmu, sajang-nim,"

Jaebum tertawa kecil. "Tapi kau tau, ini belum lengkap,"

"Apa lagi?"

"Kau. Tidak ada kau disini,"

Blush.

Wajah Yugyeom memerah. Satu-satunya hal yang ia syukuri berjauhan dari Jaebum. Pemuda itu tidak melihat dia saat wajahnya memerah seperti ini karena gombalan kecil.

  
    
   
   

#20200430

Baby?! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang