43

1.9K 150 1
                                    

  
    
  
Perlahan, Yugyeom melepaskan tautan bibir mereka. Dia membelai wajah tampan suaminya sambil tersenyum.

"Di masa lalu, aku pasti sudah menyelamatkan seluruh negri," dia berkata sambil tersenyum.

"Dan kau baru menyadarinya?" balas Jaebum.

"Tidak, aku sudah lama tau. Hanya saja aku semakin yakin sekarang," dia tersenyum jahil.

"Ck..." yang lebih tua berdecak mendengar Yugyeom yang sangat percaya diri kali ini, sikap Jaebum pun membuat pemuda itu terkikik.

Jaebum tidak menyangka Yugyeom akan menjawab seperti itu. Biasanya dia akan pura-pura merendah, setidaknya itu yang Jaebum pikirkan setiap kali Yugyeom mendapat pujian. Meski ia yakin Yugyeom tidak berniat melakukannya.

Ibu jari pemuda itu lalu menyentuh bibir Yugyeom yang semakin memerah dan sedikit bengkak setelah kegiatan panas mereka tadi.

"Apa kau tau kapan kita pertama kali berciuman?" Jaebum tiba-tiba teringat sesuatu.

Yugyeom berpikir sebentar sebelum menjawab, "Bukankah itu saat di pernikahan?"

Pemuda itu ingat mereka terpaksa berciuman di hari pernikahan untuk membuat kakek bahagia, meski hanya sekedar menempelkan bibir mereka. Dia sedikit merasa bersalah karena sudah membohongi kakek saat itu. Tapi dia bersyukur bahwa mereka memilih jalan ini. Setidaknya ia dan Jaebum bahagia sekarang.

Jaebum menggeleng sambil tersenyum mendengar jawaban Yugyeom. Ibu jarinya menekan bibir Yugyeom hingga warnanya sedikit memudar lalu melepaskannya. Dia senang melihat warna merah itu kembali, sedangkan Yugyeom hanya diam menerima perlakuan suaminya.

"Itu saat kita minum bersama untuk pertama kalinya. Kita merayakan usia legalmu saat itu,"

"Bukannya itu di kening?"

Yugyeom tidak yakin, dia tidak ingat karena mabuk. Dia hanya ingat Jaebum mengajak ia dan Bambam minum untuk pertama kalinya sebagai perayaan usia legal mereka. Jaebum lalu mengatakan bahwa ia sudah menciumnya dan Bambam atas usia legal mereka saat Yugyeom meminta hadiah. Saat itu Bambam kurang mengerti apa yang sebenarnya terjadi karena dia berasal dari negara lain. Saat mereka merayakan ulang tahun Youngjae tahun sebelumnya, tidak ada yang membahas tentang memberi hadiah setelah memasuki usia legal.

"Aku hanya bilang mencium kalian dan Bambam bertanya dimana. Jadi aku jawab di kening. Tapi itu Bambam, bukan kau. Aku mencium bibirmu," Jaebum mengakui.

Yugyeom sedikit mendekatkan dirinya pada sang suami sambil tersenyum jahil.

"Apa saat itu hyung suka padaku?"

Jaebum dibuat gemas oleh tatapan mata Yugyeom, dia tersenyum sambil mengeratkan pelukan dan mencium kening yang lebih muda.

"Aku tidak yakin tapi saat itu aku sedikit mabuk. Melihat bibirmu yang merah aku tidak tahan untuk tidak menciumnya,"

"Bukankah itu berarti aku menawan sejak awal?" Yugyeom terus mengejar pengakuan suaminya.

"Ada apa denganmu? Kenapa kau tiba-tiba seperti ini, humm? Apakah ini efek dari hormon kehamilan?" Jaebum malah balik bertanya.

"Jika iya memang kenapa?"

"Tidak apa-apa, aku menyukainya," Jaebum langsung menjawab dengan wajah datar. Membuat Yugyeom sedikit mencebik kesal.

"Kalau begitu katakan sejujurnya hyung, kau suka padaku sejak awal kan? Apa aku semenarik itu?"

Jaebum tersenyum, dia lengan polos Yugyeom dengan tangan kanannya yang digunakan pemuda itu sebagai bantal.

Baby?! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang