31. Eyes on You

2.3K 208 3
                                    

  
  
Yugyeom mengusap perutnya. Dia merasakan anaknya menendang lagi. Sekarang mereka bergerak lebih aktif daripada saat Jaebum masih di Jepang. Tapi Yugyeom belum memgatakan apa-apa pada Jaebum. Dia kadang masih suka sensi jika Jaebum tidak menanyakan perihal anak mereka.

Akhir-akhir ini Jaebum juga kembali disibukan dengan persiapan comeback berikutnya. Selain sering lembur, Jaebum juga lebih sering menghabiskan waktu di studio pribadinya jika di rumah. Jaebum yang gila kerja kadang lupa jika dia sudah menikah dan akan segera punya anak. Padahal sesekali Yugyeom ingin Jaebum membicarakan tentang anak mereka. Mengajak bicara anak mereka, seperti yang disarankan dokter.

"Kau kenapa?" tanya Jackson.

Pemuda asal Hongkong itu membuyarkan pikirannya dari Jaebum dan calon anak mereka.

"Hyung, aku penasaran. Apa kau tau gosip-gosip tentang Jaebum hyung yang sedang dibicarakan akhir-akhir ini?"

"Kenapa tiba-tiba bertanya?"

"Bersiap-siap kalau mendadak ada fans yang memergoki kami. Aku takut mereka marah-marah. Kau tau kan hyung, kasus seperti yang terjadi pada artis-artis lain yang terkena skandal?"

"Harus ku akui, kadang sikap mereka memang cukup ekstrem. Tapi aku yakin, Jaebum hyung pasti akan tetap di sampingmu. Kalian akan menghadapi masalah ini bersama,"

Yugyeom tersenyum, "Kau membelanya? Kalian sudah baikan?"

"Lah, memangnya siapa yang musuhan sama dia?"

"Waktu itu kan hyung seperti ingin memukulnya saat aku menginap?"

"Kau pikir siapa yang tidak ingin memukulnya jika sahabat mereka menangis akibat dia? Meskipun aku penggemarnya, jika dia menyakiti orang yang aku sayang aku pasti akan marah!" pemuda Hongkong itu emosi.

"Gomawo, hyung." Yugyeom tersenyum lembut. "Jadi bagaimana cara kalian berbaikan?"

"Ini agak memalukan tapi... aku dapat hadiah spesial darinya. Album Jepang bertanda tangan!" Jackson menjawab bersemangat.

"Kau disogok?" Yugyeom meledek.

"Sedikit,"

"Kau menyerahkan sahabatmu demi sebuah album?"

"Bukan album saja, dia berjanji akan berubah. Jadi aku akan mengawasi. Jika dia tidak menepati janji, siap-siap saja baku hantam denganku,"

"Hyung, memang kau berani melawannya? Kau kan tau dia galaknya seperti apa saat marah,"

"Hehe, jika terpepet," Jackson nyengir sambil mengusap tengkuknya.

Yugyeom tertawa kecil. Dia tau Jaebum sangat menakutkan saat sedang marah. Tapi sejak trainee ia juga merasa bahwa Jaebum bisa melindunginya. Dia juga sering menceritakan kendala yang ia hadapi saat masih trainee pada Jaebum dan juga Jinyoung. Bahkan keputusan ia memilih untuk menjadi pelatih juga sempat ia bicarakan dengan Jaebum.

'Lakukanlah jika menurutmu itu memang benar. Tapi ingat, kau harus bersungguh-sungguh. Jika terjadi masalah, kau harus menghadapinya. Karena itu adalah konsekuensi dari setiap pilihan yang kita buat,' kata-kata Jaebum kala itu kembali terngiang di kepala Yugyeom.

"Dan aku memilihmu. Jadi aku juga harus siap dengan segala konsekuensinya. Tapi kenapa rasanya begitu berat?" gumam Yugyeom.

"Kau mengatakan sesuatu?" tanya Jackson.

Yugyeom menggeleng, "Bukan apa-apa. Hyung, aku ke toilet dulu,"

Yugyeom bangkit dari kursinya dan pergi meninggalkan ruang latihan. Ibunya benar, seiring anaknya semakin aktif bergerak, mereka terkadang juga menendang kantung kemihnya.

Baby?! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang