35. Can't

2.1K 172 5
                                    

   
    
Yugyeom melepaskan coat yang ia pakai lalu duduk kursi. Ia mengambil segelas air putih dan meminumnya.

"Ssshhh..." pemuda itu mendesis pelan saat merasakan nyeri di perutnya.

Yugyeom mengusap perutnya yang tiba-tiba terasa sakit perlahan. Dia tidak mengerti kenapa bisa seperti ini. Perutnya baik-baik saja sebelum ia bertemu Jiyeon tadi. Entah kenapa sekarang justru terasa sakit, itu bahkan lebih sakit daripada saat Jaebum syuting di luar kota.

Yugyeom melihat ke sekeliling. Dia belum masak, tapi perutnya tidak bisa di ajak kompromi. Karena tidak kunjung membaik, Yugyeom memutuskan untuk berbaring sejenak. Dia pikir itu mungkin bisa mengurangi sedikit sakit di perutnya.

Yugyeom bangkit perlahan dan berjalan ke kamar. Ia bahkan membiarkan rumahnya tetap gelap kecuali daerah dapur.

"Gyeom-ah,"

Sayup-sayup Yugyeom mendengar seseorang memanggil namanya. Ia berusaha membuka matanya yang terasa berat.

"Yugyeom," dia mendengar suara itu lagi, seseorang menyentuh lengannya lembut.

Yugyeom berhasil membuka matanya dan menengok ke sumber suara.

"Hyung..." ia berkata lirih.

"Kau baik-baik saja?" Jaebum terdengar khawatir.

"Perutku rasanya kencang sekali hyung,"

"Sejak kapan? Kita ke dokter sekarang ya?"

Yugyeom menggeleng, "Tidak usah. Aku ingin tidur saja mungkin besok sudah baikan,"

Jaebum menghela nafas. "Jika besok pagi masih belum baikan kita langsung ke dokter saja, arraseo?"

Yugyeom mengangguk.

"Kau sudah makan?" tanyanya kemudian.

"Jam berapa sekarang?" Yugyeom balik bertanya dengan sedikit panik.

"Sudah jam sepuluh,"

"Aku belum masak hyung, kau sudah makan?"

Jaebum menggeleng, "Aku baru pulang dan melihat kau tertidur. Kau pasti juga belum makan kan?"

Yugyeom menggeleng. Yang lebih muda memperhatikan Jaebum yang sepertinya baru selesai mandi. Pemuda itu berusaha bangun dengan Jaebum yang membantunya.

"Kau mau kemana?"

"Masak hyung, kita belum makan," Yugyeom menjawab lirih sambil berniat turun dari tempat tidur.

"Istirahat saja, kau bilang perutmu terasa kencang. Aku sudah pesan makanan untuk kita. Sebentar lagi pasti sampai,"

Yugyeom mengurungkan niatnya, dia menatap Jaebum penuh sesal. "Maaf..."

"Sudah tidak apa-apa, kau istirahat saja sekarang," Jaebum tersenyum.

Pemuda itu menata bantal sedikit lebih tinggi supaya Yugyeom bisa bersandar disana. Tidak lama terdengar bel pintu berbunyi.

"Ah, itu pasti pesanannya sudah datang. Aku keluar sebentar," ucap Jaebum sebelum turun dari tempat tidur.

Yugyeom mengangguk. Dia memperhatikan suaminya keluar dari kamar. Karena Jaebum tidak menutup pintu, Yugyeom bisa melihat Jaebum menenteng beberapa bungkus makanan ke arah dapur. Yugyeom turun dari tempat tidur dan memutuskan untuk menyusulnya.

"Kenapa kau bangun? Aku baru saja akan membawa makanan ke kamar," ucap Jaebum saat melihat Yugyeom mendekat.

Pemuda itu menarik kursi di sebelah Jaebum berdiri dan duduk di sana.

"Aku tidak suka makan di dalam kamar," ucapnya.

Jaebum mengangguk.

Yugyeom memperhatikan pemuda itu yang mulai menata makanan di atas meja. Lalu pandangannya teralih pada coat miliknya yang masih tergeletak pada kursi di depannya. Dia lupa membawanya ke kamar tadi. Mungkin karena itu Jaebum khawatir dan membangunkannya.

"Hyung, kau akan membuat lagu lagi di studio malam ini?" Yugyeom bertanya tiba-tiba saat Jaebum merapihkan meja makan.

"Tidak, kenapa?"

"Aku boleh minta tolong hyung?"

Jaebum mengangguk, "Tentu,"

"Temani aku tidur dan usap perutku ya hyung,"

Jaebum sedikit terkejut. Baru kali ini Yugyeom bersikap manja padanya.

"Apa perutmu terasa sakit? Kita ke rumah sakit saja ya?" bujuk Jaebum khawatir.

Yugyeom menggeleng, "Sudah tidak sakit hyung, hanya saja terasa tidak nyaman. Rasanya sangat kencang, seperti tertarik,"

Jaebum mengangguk. Setelah selesai, ia ke kembali ke kamar bersama Yugyeom. Mereka berbaring dengan Jaebum di belakang Yugyeom yang berbaring miring. Jaebum menyusupkan tangannya ke dalam sweater yang Yugyeom kenakan dan mengusap perutnya lembut.

"Sejak kapan seperti ini?" tanya Jaebum.

"Sejak pulang kerja,"

"Kau tadi siang masih baik-baik saja. Apa terjadi sesuatu? Kau sedang memikirkan apa?"

"Tidak ada hyung, mungkin sedikit kelelahan,"

"Jangan menyembunyikan apapun dariku Gyeom. Jika terjadi sesuatu katakan saja, jangan kau simpan sendiri. Aku khawatir padamu,"

Yugyeom menghela nafas. Bagaimana mungkin ia selalu mengeluh pada Jaebum jika pemuda itu saja tidak pernah mengatakan apapun padanya? Dia tidak bisa melakukannya.

"Berjanjilah padaku Gyeom," tuntut Jaebum karena pemuda itu tidak kunjung menjawab.

Yugyeom mengangguk pelan.

Jaebum masih setia mengusap perut Yugyeom sampai akhirnya mereka tertidur bersama.

Yugyeom terbangun dan tidak mendapati Jaebum di sampingnya. Ia turun dari tempat tidur dan keluar kamar. Saat mendengar suara berisik dari dapur, Yugyeom langsung kesana.

"Kau sudah bangun?" tanya Jaebum yang masih sibuk membuat sarapan.

"Kau berangkat jam berapa hyung?" tanya Yugyeom sambil menuangkan segelas air putih untuknya sendiri.

"Aku cuti, hari ini kita akan ke tempat dokter Hong," ucap Jaebum sambil meletakkan makanan di atas meja.

"Kenapa kesana?" Yugyeom bingung, sekarang bukan jadwalnya untuk check up.

"Kita periksa kandunganmu, aku tidak ingin terjadi apa-apa pada kalian," jawab Jaebum sambil duduk di samping Yugyeom.

"Aku sudah baikan hyung, tidak usah kesana,"

"Kau tidak boleh membantah, aku sudah membuat janji dan kita akan berangkat jam 8,"

"Hyung, aku tidak bisa ijin tidak bekerja mendadak seperti ini,"

"Aku sudah titip ijin pada seniormu semalam, dia bilang kau boleh cuti hari ini. Jadi kau tidak punya alasan untuk menolak,"

"Hyung..."

"Sudah, sudah, sekarang makan. Jangan sampai kita terlambat ke tempat dokter Hong," ucap Jaebum mengakhiri perdebatannya dengan Yugyeom.

Yang lebih muda hanya bisa menghela nafas. Daripada berdebat lebih panjang ia memilih diam dan mulai ikut sarapan.
   
    
     
   
    
   



    

#20200517

     
Sering banget ide muncul di saat gak tepat, pas lagi nulis malah tumpang tindih sama yang lain dan akhirnya ga ketulis. Pas udah di post baru inget dan udah ga bisa diselipin 😪

Trima kasih sudah membaca, 🙏
See ya next chap! 💚

          

Baby?! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang