Kim Seok Jin. Jeon Jung Kook. Kim Tae Hyung.
Buku ini bercerita soal Joo Hyun ditengah 3 laki-laki yang menjungkir balikkan perasaanya.
Kepada siapa ia harus bertahan?
RATE MATURE. TOLONG KEBIJAKSANAANNYA YA KAWAN.
REMEDY
Love is selfish, possessi...
Terima kasih kepada teman teman yang telah mendukung karya ini.
Semoga ga bingung sama alurnya yang maju mundur ya.
Komen dan Like darimu sangat lah berarti :)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Chapter pengenalan tokoh: Bae Joo Hyun. . .
.
.
Segala mimpi yang Joo Hyun rancang seumur hidup musnah dalam hitungan hari. Sang ayah yang menjanjikannya kebahagiaan, mendekam di penjara tersandung kasus penipuan dan korupsi. Ibu yang menawarkannya kenyamanan, dua hari lalu ditemukan tak bernyawa karena konsumsi pill antidepresan dosis tinggi. Seluruh kerabat dan kawan tak lagi peduli. Dan sekarang, pihak yayasan bersikeras mengeluarkannya dengan alasan biaya kuliah yang tak dapat dilunasi.
Joo Hyun tidak memiliki apa-apa lagi. Perusahaan yang dirintis ayahnya bangkrut dan telah diakusisi. Harta warisan habis untuk urusan pemakaman ibunda dan membayar hutang sang ayah. Seluruh aset, rumah juga villa disegel dan disita oleh bank.
Teori perspektif tentang 'bagaimana menyikapi hidup' sangat berbeda dengan realitanya. Ingin sekali menentukan tujuan. Berkali-kali menanyakan diri apa yang bisa dilakukan. Namun nyatanya jiwa yang kosong hanya menuntun langkah tanpa arah dan pedoman.
Joo Hyun tak sanggup berjalan lagi. Ia meraih bangku taman dan duduk lesu mengistirahatkan diri. Perutnya meraung sedari tadi. Entah kapan terakhir kali perutnya terisi. Bagaimana ini? Ia bahkan tak sanggup untuk membeli sesuap nasi.
Kepada siapa lagi harus berlutut meminta perlindungan?
Seperti apa lagi harus menyikapi semua polemik kehidupan?
Joo Hyun terisak. Masa bodoh dengan orang-orang yang memandangnya selidik.
Lapar. Kedinginan. Depresi. Tubuh kecil itu tak sanggup menanggung semuanya sendiri. Tidak ada yang mengajarinya untuk bertahan dikala susah. Dari lahir ia diperlakukan bak seorang putri kerajaan. Anak tunggal yang begitu dicinta dan dimanja. Tak disangka kehidupan sang putri berganti dalam semalam. Seperti sebuah kutukan, ia berubah menjadi pengemis dijalanan.
Apa lebih baik ia mati saja?
"Sudah besar, masih saja menangis dan meraung seperti anak kecil."
Tangis Joo Hyun terhenti. Ingin sekali memaki orang yang berucap begitu kepadanya. Siapa sih orang itu? Seenaknya saja kalau bicara. Joo Hyun akhirnya mendongak. Mata sembabnya membulat. Ia terkejut mendapati wajah seorang pemuda tepat didepan matanya. Si pemuda membungkuk untuk mensejajarkan pandangan mata dengan Joo Hyun. Menelisik binar sang gadis lekat-lekat seakan mencari jawaban.
Bohong jika Joo Hyun tidak terpesona. Pemuda itu memiliki wajah yang menawan. Kulitnya putih bersih. Bola matanya begitu jernih bagai embun pagi. Tak lupa bibir bervolume dengan lekukan cupid yang jelas. Laki-laki asing itu memakai hoodie oversize hitam dan celana jeans biru muda. Lengkap dengan sepatu sneakers hitam Nike Air Jordan. Meski terlihat kasual, siapapun juga tahu segala yang melekat pada tubuh laki-laki itu bukanlah barang obral.