Kedegilan Hati

1.1K 200 28
                                    

REMEDY

LOVE IS SELFISH, POSSESSIVE AND ADDICTIVE

§§

.

.

.

.

.

"Tengah malam begini mau kemana?"


Seok Jin terhenyak mendengar suara Ji Soo. Istrinya itu terbangun karena suara gemerisik ketika Seok Jin tengah mengganti bajunya.

"Aku ada urusan sebentar" jelas Seok Jin sembari mengenakan turtlenecknya.

"Apa terjadi sesuatu dengan perusahaan?" tebak Ji Soo. Kali ini wanita itu memaksa tubuhnya untuk bangun. Sambil menguap, Ji Soo menghampiri Seok Jin yang sedang terburu-buru meraih dan memakai coat coklatnya. Sedangkan Seok Jin tidak menjawab apapun. Sebab ada sedikit gerenyut pedih dihatinya jika mengiyakan.

"Jangan menungguku. Tidurlah." ujar Seok Jin kemudian. 

Ji Soo menghela nafas. Didekapnya raga laki-laki itu. Menikmati suhu hangat sang suami yang biasanya menemani tidurnya. 

"Apakah sangat lama? Aku tidak bisa tidur sendirian." keluh Ji Soo. "Anak kita ingin dipeluk Ayahnya."

Nafas Seok Jin tercekat. Ada rasa bersalah yang menyisip didadanya. Ia pun membalas peluk Ji Soo dengan rasa gulana. 

"Aku akan segera pulang. Tidurlah." bisik Seok Jin kemudian mengecup kening sang istri. Berharap Ji Soo tidak akan berkomentar lebih jauh lagi setelahnya. Namun satu kata yang lolos dari bibir Ji Soo membentur segala peka Seok Jin dikepala.

"Aku jatuh cinta pada suamiku sendiri." gumam Ji Soo dituntun oleh rasa kehilangan yang merengkuh insting kehamilannya. "Aku mencintaimu, Kim Seok Jin."










Seok Jin menyetir mobilnya dengan perasaan runyam. Kedegilan hatinya memberikan rasa cemas yang mencekik jiwa. Kelewat sembrono untuk meninggalkan sang istri ditengah tidur pulasnya. Semua itu dilakukan demi seorang wanita bernama Bae Joo Hyun yang bahkan tidak sudi mengangkat teleponnya.


Seok Jin pernah merasakan kehilangan. Kehilangan sang ibunda ketika ia berumur tujuh tahun. Kehilangan masa mudanya untuk memenuhi standar anak sulung keluarga Kim. Kehilangan haknya untuk menikmati indahnya rasa persahabatan demi menghapal semua ilmu ekonomi dan strategi bisnis. Kehilangan cita-citanya untuk mengelola sebuah restoran pribadi. Hingga kehilangan mimpinya untuk berdiri mengikrarkan janji suci pernikahan dengan sang pujaan hati. Seok Jin terlalu banyak melewati ratusan jenis rasa kehilangan dalam hidupnya. Ia tidak sanggup bilamana harus kehilangan cintanya juga.


Hujan deras yang mengguyur jalanan Seoul tak mengurutkan niat Seok Jin untuk pergi mendatangi kediaman Joo Hyun. Sang kekasih hati yang terakhir kali mengucapkan kata 'benci' lewat sorot matanya. Seok Jin pun tak peduli lagi oleh rasa kantuk yang menyergap. Apalah arti tidur jika tersiksa oleh bayangan wajah getir Joo Hyun yang hadir dalam setiap bunga tidurnya? Biarlah sekali saja dalam hidup, ia merasakan arti sebuah perjuangan. Arti ungkapan 'hingga tetes darah penghabisan'. Memperjuangkan sesuatu yang memang ia ingin perjuangkan. Bukan memperjuangkan kepentingan orang lain dengan mengorbankan haknya sebagai manusia. 


Namun sang kekasih tidak ada disana. Disetiap sudut ruang itu Seok Jin hanya menemukan benda mati yang menyapa. Tidak ada sosok cantik yang biasa tersenyum lembut kepadanya. Tidak ada raga yang memeluk untuk melepas belenggu rindu diantara mereka. Joo Hyun tidak berada di apartementnya. Bahkan panggilan telepon Seok Jin yang kesetanan pun tak dihiraukan oleh sang juwita. Seok Jin benar-benar menggila karenanya.

§§

To Be Continued 

To Be Continued 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Note Penulis :

Terima kasih untuk segala support dan komentar kalian semua. Mengingat Remedy ditulis tanpa rangka. Tentu banyak sekali alur di buku ini yang terinspirasi dari feedback kalian.

Hari ini (01/05/2020) work Remedy mendapat rank #3 untuk tag irene (out of 10,5K stories).

Sebenarnya awal publish work ini benar-benar tidak percaya diri. Jadi aku cukup speechless dengan sambutan teman-teman. Sungguh bersyukur bertemu banyak sekali orang baik di wattpad. Teruntuk teman-teman sesama penulis juga pembaca yang meninggalkan banyak dukungan juga kalimat penghiburan. Sepenuh hati aku ucapkan terima kasih! 

Mungkin aku terdengar sangat berlebihan. Tapi, bagi seorang penulis yang memutuskan kembali setelah mati suri dari dunia untaian kata, segala ucap semangat sederhana menjadi begitu berharga.

Maaf jika masih ada kurangnya ya. 

Sekali lagi. Terima kasih!

Luv!

.

.

.

.

.

.

.

RemedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang